Kaya Dengan Seribu Akun

Kaya Dengan Seribu Akun

Bab 1

Pranggg...

Brakkk...

"Maaf, Saya belum punya uang untuk membayar hutang-hutangnya."

"Tolong jangan rusak perabotan rumah Saya!"

Lay Cresentia, pemilik rumah mengiba pada beberapa orang yang datang dan merusak barang-barang di rumahnya.

Mereka datang dan mengobrak-abrik rumah Lay, meminta padanya untuk pergi meninggalkan rumahnya. Karena rumah tersebut mau diambil untuk membayar hutang yang sudah menumpuk dan tidak dibayar olehnya.

Pemilik rumah, Lay Cresentia dan anaknya Reo Onsi, berusaha untuk mempertahankan rumahnya. Rumah peninggalan dari ayahnya Reo, yang meninggal dua minggu lalu.

"Aku tidak peduli! Kamu harus membayar atau kalau tidak..."

Seringai licik terbit di bibir mereka, para pengacau yang datang. Mereka adalah anak buah dari Lintah Darat, yang datang menagih hutang, tapi dengan melakukan pemerasan dan mengambil paksa atas aset yang dimiliki oleh Lay Cresentia.

Lintah darat di daerah ini memang dikenal keras, sering menggunakan kekerasan fisik dan ancaman dalam melakukan aksinya. Sama seperti yang mereka lakukan terhadap Lay Cresentia dan putranya Reo Onsi.

"Apa?" tanya Lay, yang tidak mendengar kelanjutan dari perkataan orang tadi.

"Hahaha..."

Orang tersebut justru tertawa sambil menaik-turunkan alisnya, memberikan isyarat atau kode genit.

Hal ini membuat Lay takut, dan mundur beberapa langkah. Dia mengerti kode tersebut sebagai ancaman yang mengarah pada pelecehan seksual.

Lay Cresentia adalah seorang ibu rumah tangga dan juga penjaga di sebuah toko kelontong. Dia tinggal bersama anaknya, Reo Onsi di sebuah rumah yang terletak di pinggiran kota.

Mereka hidup dengan susah payah karena penghasilan yang diperoleh Lay Cresentia dari pekerjaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Apalagi suaminya baru saja meninggal dua minggu yang lalu.

"Jika Kamu tidak mau pergi atau melayani kami, maka rumah ini akan kami bakar!" ancam salah satu dari mereka.

"Kamu tahu sendiri kan, jika rumah ini sudah dijadikan jaminan? Jadi, sudah jadi milik Bos Besar. Kalian berdua tidak berhak berada di rumah ini lagi!"

"Tapi kami tidak punya tempat tinggal," keluh Lay mengiba belas kasih.

"Cih! apa peduliku?!"

Orang itu justru mengatakan bahwa, rumah ini akan diambil untuk membayar hutang yang sudah menumpuk dan tidak dibayar oleh Lay Cresentia.

Tapi Lay Cresentia dan Reo Onsi mencoba mempertahankan rumah mereka dan mengatakan bahwa mereka akan mencicil sedikit demi sedikit hutang tersebut. Namun, bukannya mendapat keadilan, mereka malah mendapatkan kekerasan fisik dan bahkan perlakukan yang tidak senonoh dari orang-orangnya lintah darat.

"Layani kami Lay, maka kami akan membiarkan Kamu berada di sini untuk sementara waktu." Lay tentu saja menolak persyaratan tersebut.

Brakkk

"Kalau begitu pergi kalian dari sini sekarang juga!" bentak orang tadi, sambil melempar kursi hingga hancur.

Akhirnya Lintah Darat berhasil mengambil alih rumah tersebut, dan Lay Cresentia dan Reo Onsi terpaksa harus pindah ke tempat yang lebih kecil dan kurang layak huni, yang mereka dapatkan secara terpaksa.

Lay Cresentia dan Reo Onsi adalah korban dari tindakan kekerasan dan pengambilan paksa aset yang dilakukan oleh Lintah Darat. Namun, mereka tidak dapat melawan karena sistem hukum yang tidak mampu melindungi mereka.

Sebagai orang yang kurang mampu, Lay Cresentia dan Reo Onsi tidak memiliki akses ke pengacara atau sistem keamanan yang memadai untuk melindungi mereka. Selain itu, mereka juga menghadapi masalah yang lebih besar yaitu korupsi dan kelemahan sistem hukum yang memungkinkan Lintah Darat melakukan tindakan kriminal dengan mudah.

Hal ini menyebabkan tindakan kriminal semakin meningkat dan merugikan masyarakat yang kurang mampu.

Sebenarnya kasus ini juga memperlihatkan betapa pentingnya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia seperti hak atas properti. Bahwa setiap orang berhak memiliki properti yang mereka miliki dengan sah dan harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan pengambilan paksa. Namun, dalam kasus ini, Lay Cresentia tidak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah menjadi perjanjian di awal, pada saat mengambil hutang untuk keperluan pengobatan suaminya.

Rumah Lay Cresentia berantakan, sebab orang-orang tersebut merusak furnitur, memecahkan kaca jendela, dan merobohkan segala macam benda di dalam rumah.

Mereka juga membuang barang-barang pribadi yang tidak seberapa milik Lay Cresentia dan Reo Onsi ke luar rumah.

Ketika Lay Cresentia dan Reo Onsi berusaha untuk mempertahankan rumah mereka, orang-orang tersebut semakin marah dan menggunakan kekerasan untuk mengusir mereka dari rumah.

Mereka memukul Lay Cresentia, sehingga dengan terpaksa Reo menendang mereka, yang akan melakukan pelecehan seksual terhadap ibunya.

Setelah kejadian tersebut, rumah tersebut menjadi sangat berantakan. Semua benda benda yang berada di dalam rumah telah rusak dan berserakan di seluruh ruangan. Lantai dan dinding juga rusak akibat kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Banyak perabotan di dalam rumah, seperti sofa, meja, dan lemari telah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

Beberapa benda berharga seperti televisi, komputer, dan barang elektronik lainnya juga telah rusak akibat tindakan orang-orang tersebut. Selain itu, barang-barang pribadi yang berharga dibawa mereka dengan paksa.

Selain kerusakan fisik, kejadian ini juga meninggalkan trauma psikologis bagi Lay Cresentia dan Reo Onsi.

Mereka mengalami trauma akibat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Mereka merasa takut dan tidak aman karena rumah mereka telah diambil alih, sehingga mereka terpaksa harus pindah ke tempat yang belum diketahui harus dimana mereka berlindung nantinya.

Lay Cresentia dan Reo Onsi melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian setempat. Namun, mereka tidak mendapatkan tanggapan yang memadai dari pihak kepolisian. Mereka merasa bahwa pihak kepolisian tidak serius menangani kasus mereka dan tidak memberikan perlindungan yang cukup.

Akhirnya mereka mencoba mencari bantuan dari LSM dan advokat yang dapat membantu mereka. Namun, mereka mengalami kesulitan dalam mencari bantuan yang memadai karena mereka tidak memiliki akses ke sumber daya yang cukup dan tidak memiliki uang untuk membayar biaya-biaya hukum yang mahal.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membiarkan kasus ini dan pindah ke tempat yang lebih kecil dan rumah yang kurang layak. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan organisasi kejahatan seperti Lintah Darat.

"Kita mau tinggal di mana Bu?"

"Kita cari-cari kontrakan kecil ya, gak apa-apa kan?" Lay berusaha untuk menghibur anaknya, mengatakan akan mencari kontrakan rumah.

Padahal dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar kontrakan, yang akan digunakan untuk tempat tinggal mereka.

"Kira-kira ada tempat tinggal yang gratis nggak Bu?" Reo bertanya lagi.

Tapi Lay tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena di kota besar ini tidak mungkin ada tempat tinggal yang gratis untuk mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Lanjutkan Thor 😝😠💪👍👍👍

2023-06-13

0

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Yaaahh... begitulah kehidupan orang susah di negeri tercinta ini, selama kamu gak ada duit janganlah berharap lembaga yang berwenang akan bersedia membantu Anda...🤔🙄😫😢😠💪👍👍👍

2023-06-13

0

The end

The end

Lintah darat emg penjahat uang,semoga kita di jauhkan dari meminjam kpd nereka.
kasian banget naseeb Lay🤧🤧semoga kalian segera mendapatkan tempat utk berteduh.
Mampir k Ella,aku kepoo🤭
Makasih dah selipin nn ku🙈😘

2023-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!