Keputusan Khanaya

Rafa mengejar Khanaya yang menuju wastafel...

‘’Nay tunggu…’’ panggil Rafa

‘’Na, kita udah selesai kan, kita pulang ya..’’ ujar Khanaya Tampa peduli dengan panggilan Rafa

‘’hah, bentar lagi Nay, kenapa sih buru-buru..’’

‘’Lagi gak bersahabat ni badan…’’ balas Khanaya ngarang

‘’kamu sakit Nay…??’’

‘’pokok nya kita pulang aja ya, besok ahad kita sambung..’’

Lima belas menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil, tapi saat dalam perjalan pulang, Rafa bukan menuju rumah, dia membawa Riana dan Khanaya ke cafe.

‘’Mau ngapain kak..??’’ tanya Riana

‘’kakak lapar, kita makan dulu ya..’’ ajak Rafa

‘’Nay, kita makan dulu ya..’’ ajak Riana

‘’Kalian aja, Nay masih kenyang..’’ balas Khanaya

‘’minum aja kalau gitu..’’ balas Riana tak mau ada penolakan

Saat sedang makan tiba-tiba Riana izin ke toilet, dan itu Rafa gunakan untuk mengulang pembahasan mereka tadi.

Lagi-lagi Rafa membahas soal sikap sang mama dan perasaannya.

‘’Kak udah ya, pembicaraan kak Rafa udah gak jelas , dan itu buat Naya gak nyaman..’’

‘’Nay, orang tua kita ternyata sudah saling mengenal, mereka sering bekerja sama untuk urusan catering setiap acara Papa di warung ayah, bahkan Mama menyesal udah bersikap seperti itu ke kamu..’’ Jujur Rafa

‘’Kakak akan sekolah di Kota M, kakak sengaja bilang ini semua ke kamu..’’ Tambah Rafa

‘’Masalah sikap tante, Naya udah ngelupain nya, dan itu juga bukan murni kesalahan tante juga kan, setiap orang berhak berpendapat, dan setiap mata pun punya penilaiannya sendiri dalam melihat..’’

‘’tapi kenapa kakak merasa kamu menjaga jarak..??”

‘’bohong jika itu tidak ada hubungan dengan apa yang sudah terjadi, tapi semua kejadian itu sebuah teguran buat Naya, makasih untuk semua perhatian kak Rafa, tapi itu semua adalah sebuah kesalahpahaman, cukup perhatian itu sewajarnya saja, karna bagaimana pun menjalin hubungan yang lebih dekat untuk kita yang belum halal itu suatu dosa besar kak, dan itu menjerumus ke Zina.."

‘’Naya gak mau menambah dosa itu, sama seperti saat ini, kita ngobrol berdua seperti ini akan banyak menimbulkan banyak opini, dan juga bisa menjadi dosa…’’

‘’Jika itu yang mau kak Rafa bahas, Naya kira sudah cukup, dan soal urusan Pendidikan kak Rafa, Naya doakan semua lancar…’’ tambah Khanaya sambil beranjak

‘’Kakak mau kamu nunggu kakak Nay, menjadikan ikatan itu Halal.. ‘’ Ujar Rafa saat Khanaya mulai melangkah

Khanaya menghentikan langkah nya, lalu berbalik badan melihat ke arah Rafa.

‘’Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kak, Naya masih kelas 11, masih mau kuliah dan juga pasti nya bisa bekerja, bantu Ayah dan Ibu.. urusan lain nya itu biarkan dengan berjalan nya waktu..’’ balas Khanaya

‘’Naya ke depan, kak Rafa makan aja dulu sama Riana’’ Ujar Khanaya sambil membalikan badan nya lagi, dan saat dia berjalan berpapasan dengan Riana yang baru dari toilet

‘’Nay, mau kemana..??’’ tanya Riana

‘’Aku tunggu di depan aja ya, kalian makan aja dulu..’’ balas Khanaya dengan senyum mengembang

Khanaya memilih menunggu di depan, dan saat Rafa dan Riana selesai makan mereka langsung mengantar Khanaya, suasana di dalam mobil ngalah ngalahin sepi nya kuburan.

Riana sempat bertanya ke Rafa tadi, tapi Rafa diam.

Sesampainya di rumah Khanaya langsung masuk, Rafa dan Riana juga langsung pamit.

Malam di saat Khanaya dan keluarga sedang berkumpul pun khanaya menanyakan soal kedekatan sang orang tua dengan orang tua Rafa.

‘’Ayah salah satu pendukung pak Budi, dan kebetulan mereka langganan catering masakan kita jadi pilihan saat Pak Budi ada acara, jadi akrab dari situ..’’ jujur sang Ayah

Khanaya sudah berada di kamar setelah selesai berbincang dengan ayah dan ibu, membantu dua asik nya mengerjakan tugas sekolah.

Khanaya duduk di depan jendela kamar nya, menatap langit yang tak berbintang

‘’andai aku bisa kabur, andai aku bisa memutar waktu, sayangan nya kata andai itu hanya ada dalam lirik lagu..’’ guman nya sendiri

Haruskah dia bahagia atau sedih mendengar kejujuran dari seorang Rafa, sempat berharap lebih dari semua kebaikan dan perhatian Rafa, tapi semakin kesini, seakan dia membuang semua harapan itu.

‘’Bismillah…In sya Allah ini adalah keputusan yang tepat untuk membuang semua harapan itu’’ Guman Khanaya dengan penuh keyakinan.

Masih terlalu dini untuk nya mengenal Cinta, tapi tidak akan bisa di pungkiri usia nya yang remaja dalam masa puber, akan bisa merasakan yang nama nya jantung berdebar dengan seseorang yang lawan jenis dengan nya.

Tapi percaya atau tidak ada campur tangan syaitan di dalam nya, kenapa??

Apa itu pertanda perasaan mereka tidak tulus??

Bukan…

Tapi perasaan itu tidak lah tepat, dan tidak seharusnya tumbuh untuk yang belum tentu akan mejadi sandaran hati nya kelak.

Perjalan nya masih panjang, banyak yang masih harus dia perjuangkan untuk meraih impian.

Ayah pun sudah memberi amanah untuk anak-anak nya, untuk fokus ke sekolah.

Senyum Khanaya mengembang saat telah menjatuhkan keputusan. Walau tak akan bisa di pungkiri akan banyak yang berubah. Tapi ini yang terbaik untuk saat ini.

🍃🍃🍃🍃

Lanjut…???

Sebelum lanjut ingat jangan lupa tinggalkan jejak dukungannya ya. Apapun bentuk nya akan di terima, Like, vote, gift dan komen nya.

Yang belum meninggalkan jejak dukungan nya, semoga dilembutkan hati nya.. Aamiin

Sebaik-baik nya Bacaan itu adalah –Al’Quran

Terpopuler

Comments

Pujiastuti

Pujiastuti

lanjut kak Ajeng semangat 💪💪💪

2022-08-19

0

herni

herni

ngga update hari ini....lanjuuuut

2022-08-14

0

Izda Nuryati

Izda Nuryati

lanjut thor apa ya kira2 keputusan Naya. Benar jg sih langkah Naya masih panjang

2022-08-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ajakan Pertama
3 sikap dingin Rafa
4 Kunjungan pertama
5 Sulit di artikan
6 perhatikan Bayu
7 Acara perpisahan
8 Sikap Mama Rafa
9 penantian sia-sia
10 Rasa Kecewa Khanaya
11 Penjelas Bayu
12 Sebatas Adik
13 Luka tak berdarah
14 Berusaha Biasa
15 Menjauh
16 Ingin menghilang
17 Permintaan Maaf
18 Satu buku dua tangan
19 Ke kebun
20 Keputusan Khanaya
21 Merasa lebih Happy
22 Acara Tujuh Belasan
23 Biarkan seperti air mengalir
24 Malam Perpisahan
25 Berwisata "Ulu Kasok"
26 Sisa Rasa
27 Mohon doa nya
28 Permintaan Khanaya
29 Malam Perpisahan
30 Matkul perdana
31 Wanita itu Strong
32 Berkunjung ke rumah sang Proklamator kemerdekaan
33 Teringat Kejadian Lalu
34 Pulang
35 Melihat nya lagi
36 Akhirnya Wisuda
37 Hari Pertama
38 Menjadi sekretaris dadakan
39 Pertemuan awal
40 Wanita ini
41 Suasana Mencekam
42 Salah ngomong nich!
43 Pak Arga masih Jomblo
44 Tapi langsung bilang ke Ayah ya
45 Bak Genderang mau Perang
46 Masih sekedar Rasa Kagum
47 Menuju kota B
48 Bertemu Bayu
49 Kejadian tak Terduga
50 Belajar di layani sama istri
51 Mau tahu apa mau tahu banget?
52 Sebelum Senyum itu Bayar
53 Izin dengan Ayah
54 Kita Jadi Baygon
55 Satu Payung
56 Kriteria calon suami
57 Kamulah Wanita Itu
58 Permainan Kejujuran
59 Lelaki seperti apa yang harus ku pilih
60 Cinta Bukan sekedar perasaan, melainkan Tanggung jawab
61 Kalau bisa langsung ke KUA
62 Bagai di Sambar petir
63 Seberapa Yakin kamu ingin hidup bersama nya
64 Jawaban untuk Bayu
65 Dia mas Arga, calon suami Naya
66 Di Khitbah
67 Khitbah ku dibalas Ijab Kabul
68 Surat Ar-Rahman
69 Satu Kamar
70 Bos nyuci piring
71 Siapa yang berani ngehujat Istri BoS
72 Ke Butik
73 Kemarahan Arga
74 Berebut kamar mandi
75 Turun ke liang Lahat untuk Naik ke Akhirat.
76 Mama Gak Lihat Kok!
77 Selamat dari mertua, tapi tak selamat dari Suami
78 Artika kena Jewer
79 Pindah ke Apartemen
80 Mulut Netizen
81 Dulu nya Aku dan Kamu, sekarang menjadi Kita
82 Menggoda sang istri
83 Menjadi Putri
84 Promosi - Pernikahan Semalam
85 Menyebar Undangan
86 Manja Mode Terpejam
87 Enggan untuk beranjak
88 Ikhlas seperti Surat Al-Ikhlas
89 Saya lah Suami itu
90 Saran gue di kunci, biar lebih aman
91 Moments Berbagi Kebahagiaan
92 Akhir yang Heboh
93 Jadi rebutan
94 Nanti di kasih Stempel
95 Meninggalkan sang Istri
96 Kabar dari Gani
97 Arga Siuman
98 Amplop Putih
99 Keromantisan mereka
100 Bayu berkunjung
101 kebiasaan baru
102 My Wife is My Secretary
103 Kesempatan dari Khanaya
104 Bumil ngambek
105 Rumah Impian
106 Suasana Rumah Baru
107 Baby Boy
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Prolog
2
Ajakan Pertama
3
sikap dingin Rafa
4
Kunjungan pertama
5
Sulit di artikan
6
perhatikan Bayu
7
Acara perpisahan
8
Sikap Mama Rafa
9
penantian sia-sia
10
Rasa Kecewa Khanaya
11
Penjelas Bayu
12
Sebatas Adik
13
Luka tak berdarah
14
Berusaha Biasa
15
Menjauh
16
Ingin menghilang
17
Permintaan Maaf
18
Satu buku dua tangan
19
Ke kebun
20
Keputusan Khanaya
21
Merasa lebih Happy
22
Acara Tujuh Belasan
23
Biarkan seperti air mengalir
24
Malam Perpisahan
25
Berwisata "Ulu Kasok"
26
Sisa Rasa
27
Mohon doa nya
28
Permintaan Khanaya
29
Malam Perpisahan
30
Matkul perdana
31
Wanita itu Strong
32
Berkunjung ke rumah sang Proklamator kemerdekaan
33
Teringat Kejadian Lalu
34
Pulang
35
Melihat nya lagi
36
Akhirnya Wisuda
37
Hari Pertama
38
Menjadi sekretaris dadakan
39
Pertemuan awal
40
Wanita ini
41
Suasana Mencekam
42
Salah ngomong nich!
43
Pak Arga masih Jomblo
44
Tapi langsung bilang ke Ayah ya
45
Bak Genderang mau Perang
46
Masih sekedar Rasa Kagum
47
Menuju kota B
48
Bertemu Bayu
49
Kejadian tak Terduga
50
Belajar di layani sama istri
51
Mau tahu apa mau tahu banget?
52
Sebelum Senyum itu Bayar
53
Izin dengan Ayah
54
Kita Jadi Baygon
55
Satu Payung
56
Kriteria calon suami
57
Kamulah Wanita Itu
58
Permainan Kejujuran
59
Lelaki seperti apa yang harus ku pilih
60
Cinta Bukan sekedar perasaan, melainkan Tanggung jawab
61
Kalau bisa langsung ke KUA
62
Bagai di Sambar petir
63
Seberapa Yakin kamu ingin hidup bersama nya
64
Jawaban untuk Bayu
65
Dia mas Arga, calon suami Naya
66
Di Khitbah
67
Khitbah ku dibalas Ijab Kabul
68
Surat Ar-Rahman
69
Satu Kamar
70
Bos nyuci piring
71
Siapa yang berani ngehujat Istri BoS
72
Ke Butik
73
Kemarahan Arga
74
Berebut kamar mandi
75
Turun ke liang Lahat untuk Naik ke Akhirat.
76
Mama Gak Lihat Kok!
77
Selamat dari mertua, tapi tak selamat dari Suami
78
Artika kena Jewer
79
Pindah ke Apartemen
80
Mulut Netizen
81
Dulu nya Aku dan Kamu, sekarang menjadi Kita
82
Menggoda sang istri
83
Menjadi Putri
84
Promosi - Pernikahan Semalam
85
Menyebar Undangan
86
Manja Mode Terpejam
87
Enggan untuk beranjak
88
Ikhlas seperti Surat Al-Ikhlas
89
Saya lah Suami itu
90
Saran gue di kunci, biar lebih aman
91
Moments Berbagi Kebahagiaan
92
Akhir yang Heboh
93
Jadi rebutan
94
Nanti di kasih Stempel
95
Meninggalkan sang Istri
96
Kabar dari Gani
97
Arga Siuman
98
Amplop Putih
99
Keromantisan mereka
100
Bayu berkunjung
101
kebiasaan baru
102
My Wife is My Secretary
103
Kesempatan dari Khanaya
104
Bumil ngambek
105
Rumah Impian
106
Suasana Rumah Baru
107
Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!