Ingin menghilang

Sesampainya di kediaman Rafa, Nampak sudah sangat ramai, Khanaya mengikuti kemana langkah Riana, ikut bergabung dengan teman-teman yang lain. Acara santunan juga sebentar lagi akan dimulai.

“Begini yah kehidupan orang berada…’’ ujar salah satu teman mereka

‘’Siapa sih yang gak kenal kelurga Rafa, orang tua juga salah satu donatur Yayasan kita… apalagi ini musim pemilihan…’’ balas yang lain

Khanaya hanya diam, acara doa dan santunan pun di mulai dan semua berjalan lancar, tak heran untuk gunjingan orang berseliweran terdengar. Mulai positif hingga negatif pasti ada.

Acara pun selesai, semua teman-teman Rafa ikut membantu membagikan santunan, ada juga yang membantu membereskan meja-meja.

Saat mereka semua sudah selesai, mereka pun duduk bersila bersama di atas karpet, membentuk lingkaran, Pak Budi menyampaikan banyak terimakasih, bahkan pak budi juga memberikan bingkisan untuk semua yang datang.

Sebelum Khanaya bersekolah di sekolah nya sekarang, masa SMP dia habiskan di rumah sang nenek dan kakek di kota J, jadi wajar saja jika dia belum tahu banyak soal lingkungan kota ini.

“itu loh tan, yang tadi datang nya kesini harus di jemput’’ ujar Bella ke mama Rafa sambil menunjuk Khanaya dengan nada sinis nya

Mama Rafa pun melihat ke arah Khanaya, melihat pandangan mama Rafa, membuat khanaya tertunduk. Riana tahu Khanaya tidak nyaman.

‘’Tinggal dimana??’’ tanya Mama Rafa

“ Tinggal di komplek C bu..’’ balas Khanaya berusa tenang

‘’Khanaya gak pernah minta jemput tante, tapi Riana yang mau jemput, dan Riana jemput nya bareng kak Rafa…” timpa Riana

Mama Rafa tersenyum sinis..

‘’ baru kali ini loh Rafa mau jemput-jemput teman, tante jadi penasaran ada hubungan apa kalian..??’’ tanya Mama Rafa tampa peduli masih banyak teman Rafa.

Khanaya rasa nya ingin berlari, ingin menjerit, ingin segera menghilang, ini yang dia takut kan, harus di pertanyakan.

‘’Tante, kami mau ke belakang dulu ya…’’ ujar Riana sambil menarik Khanaya, karna tahu wajah Khanaya sudah memucat

Saat di belakang tampa sengaja Khanaya menjatuhkan susunan botol air minum, dan itu lagi-lagi membuat nya jadi pusat perhatian.

“Nay… tenang…’’ ujar Riana menenangkan sembari membantu Khanaya menyusun Kembali botol minuman yang berserakan

“Na,, antar aku pulang ya…’’ pinta Khanaya

‘’Sebentar, aku panggil kak Rafa dulu..’’ ujar Riana, Khanaya pun menarik tangan Riana lalu menggelengkan kepala nya,

“kita pinjam motor aja ya, jangan libatkan kak Rafa, aku mohon Na…’’ melas Khanaya, Riana tahu ini cukup berat untuk Khanaya, tapi tampa izin Rafa dia pun pasti akan kena semprot, dan apa kata ayah Khanaya nanti.

‘’pliiisss…’’ lagi-lagi Khanaya memohon, dia udah gak kuat dengan atmosfer di rumah ini

Riana pun mengajak Khanaya berjalan kaki menuju rumah nya, karna rumah Riana dan Rafa tidak terlalu jauh.

Saat mereka sedang berjalan kaki, Rafa yang membawa motor pun menghentikan motor nya, dia bersama Mustofa.

“Kalian mau kemana…???’’ tanya rafa heran

‘’ehmmm…Riana mau ngantar Naya kak..’’ jawab Riana jujur

“Nay, kamu sakit kok pucat gitu…’’ tanya Mustofa yang heran melihat wajah Khanaya tampak pucat

‘’Tunggu disini, kak rafa ambil mobil dulu, biar kak rafa antar..’’ Ujar Rafa

‘’Gak perlu kak, Naya di antar Riana aja…’’ tolak Khanaya

‘’Gak Nay, kak Rafa antar, muka kamu pucat banget..’’

‘’kak, udah Naya bilang, Naya sama Riana aja, tolong jangan merepotkan diri kak Rafa, dirumah kak Rafa juga lagi banyak tamu.. lagian apa kata mereka kalau kak Rafa selalu antar jemput Naya.. Naya gak mau ada salah paham kak, tolong kali ini terakhir kak Rafa jemput-jemput Naya…’’ balas Khanaya sambil menarik tangan Riana, melebarkan langkahnya untuk segera menjauh dari Rafa.

Rafa terpaku, begitupun Mustofa, bingung dengan sikap Khanaya, beberapa hari ini dia sudah cukup bingung, di tambah kejadian barusan. Rafa dengan cepat melajukan motor nya, sesampai nya dirumah langsung mengambil kunci mobil nya, dan saat akan menuju mobil nya, Haikal memanggil nya.

“Lo dari mana aja sich..??” tanya Haikal

“Gue beli tambahan bingkisan bareng Tofa, gue mau nyusul Khanaya..”

“Saran gue ya, Lo coba tanya isi hati lo, Lo itu anggap dia apa…??’’

“Lo apa apaan sih Kal..lo tau gue anggap dia sama kaya Riana…”

“Gue jamin lo gak akan mendapatkan jawaban sikap Khanaya saat ini, kalau lo sendiri gak tahu apa mau lo.. dan lo tahu apa yang terjadi sama Khanaya pas lo pergi..??’’

“Maksud lo…”

“lo tanya langsung ke khanaya… gue pamit udah mau magrib’’

"oh ya, gue jamin dia gak akan jujur.." tambah Haikal sambil berlalu

Rafa terdiam, bingung dengan apa yang terjadi, tapi dengan cepat mengakhiri lamunan nya, dia pun melajukan mobil nya, menuju rumah Riana, dan benar saja sesampainya disana motor Riana masih ada.

Rafa pun masuk, dan benar Khanaya masih di rumah Riana, mereka bersiap untuk sholat magrib.

“Rafa, masuk,, yuk sholat berjamaah..” panggil mama Riana, dan dengan cepat Rafa menuju tempat wudhu, rumah Riana sudah seperti rumah ke dua untuk Rafa, selain papa Riana sahabat Papa Rafa, Papa Riana juga orang kepercayaan Papa Rafa.Mereka sudah saling mengenal sejak kecil, Riana sudah seperti adik nya sendiri, maklum Rafa anak tunggal.

🍃🍃🍃🍃

Ingat Jangan lupa dukungan nya ya...🥰

Sebaik-baik nya Bacaan itu adalah --Al-Qur'an

Terpopuler

Comments

Rafa Ammar Hamizan

Rafa Ammar Hamizan

bahagianya, akhirnya dilanjut ma kk ajeng...
makasih kk ajeng

2022-08-10

0

Ahmad Arif

Ahmad Arif

akhirnya lanjut juga, makasih ka ajeng🙏

2022-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ajakan Pertama
3 sikap dingin Rafa
4 Kunjungan pertama
5 Sulit di artikan
6 perhatikan Bayu
7 Acara perpisahan
8 Sikap Mama Rafa
9 penantian sia-sia
10 Rasa Kecewa Khanaya
11 Penjelas Bayu
12 Sebatas Adik
13 Luka tak berdarah
14 Berusaha Biasa
15 Menjauh
16 Ingin menghilang
17 Permintaan Maaf
18 Satu buku dua tangan
19 Ke kebun
20 Keputusan Khanaya
21 Merasa lebih Happy
22 Acara Tujuh Belasan
23 Biarkan seperti air mengalir
24 Malam Perpisahan
25 Berwisata "Ulu Kasok"
26 Sisa Rasa
27 Mohon doa nya
28 Permintaan Khanaya
29 Malam Perpisahan
30 Matkul perdana
31 Wanita itu Strong
32 Berkunjung ke rumah sang Proklamator kemerdekaan
33 Teringat Kejadian Lalu
34 Pulang
35 Melihat nya lagi
36 Akhirnya Wisuda
37 Hari Pertama
38 Menjadi sekretaris dadakan
39 Pertemuan awal
40 Wanita ini
41 Suasana Mencekam
42 Salah ngomong nich!
43 Pak Arga masih Jomblo
44 Tapi langsung bilang ke Ayah ya
45 Bak Genderang mau Perang
46 Masih sekedar Rasa Kagum
47 Menuju kota B
48 Bertemu Bayu
49 Kejadian tak Terduga
50 Belajar di layani sama istri
51 Mau tahu apa mau tahu banget?
52 Sebelum Senyum itu Bayar
53 Izin dengan Ayah
54 Kita Jadi Baygon
55 Satu Payung
56 Kriteria calon suami
57 Kamulah Wanita Itu
58 Permainan Kejujuran
59 Lelaki seperti apa yang harus ku pilih
60 Cinta Bukan sekedar perasaan, melainkan Tanggung jawab
61 Kalau bisa langsung ke KUA
62 Bagai di Sambar petir
63 Seberapa Yakin kamu ingin hidup bersama nya
64 Jawaban untuk Bayu
65 Dia mas Arga, calon suami Naya
66 Di Khitbah
67 Khitbah ku dibalas Ijab Kabul
68 Surat Ar-Rahman
69 Satu Kamar
70 Bos nyuci piring
71 Siapa yang berani ngehujat Istri BoS
72 Ke Butik
73 Kemarahan Arga
74 Berebut kamar mandi
75 Turun ke liang Lahat untuk Naik ke Akhirat.
76 Mama Gak Lihat Kok!
77 Selamat dari mertua, tapi tak selamat dari Suami
78 Artika kena Jewer
79 Pindah ke Apartemen
80 Mulut Netizen
81 Dulu nya Aku dan Kamu, sekarang menjadi Kita
82 Menggoda sang istri
83 Menjadi Putri
84 Promosi - Pernikahan Semalam
85 Menyebar Undangan
86 Manja Mode Terpejam
87 Enggan untuk beranjak
88 Ikhlas seperti Surat Al-Ikhlas
89 Saya lah Suami itu
90 Saran gue di kunci, biar lebih aman
91 Moments Berbagi Kebahagiaan
92 Akhir yang Heboh
93 Jadi rebutan
94 Nanti di kasih Stempel
95 Meninggalkan sang Istri
96 Kabar dari Gani
97 Arga Siuman
98 Amplop Putih
99 Keromantisan mereka
100 Bayu berkunjung
101 kebiasaan baru
102 My Wife is My Secretary
103 Kesempatan dari Khanaya
104 Bumil ngambek
105 Rumah Impian
106 Suasana Rumah Baru
107 Baby Boy
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Prolog
2
Ajakan Pertama
3
sikap dingin Rafa
4
Kunjungan pertama
5
Sulit di artikan
6
perhatikan Bayu
7
Acara perpisahan
8
Sikap Mama Rafa
9
penantian sia-sia
10
Rasa Kecewa Khanaya
11
Penjelas Bayu
12
Sebatas Adik
13
Luka tak berdarah
14
Berusaha Biasa
15
Menjauh
16
Ingin menghilang
17
Permintaan Maaf
18
Satu buku dua tangan
19
Ke kebun
20
Keputusan Khanaya
21
Merasa lebih Happy
22
Acara Tujuh Belasan
23
Biarkan seperti air mengalir
24
Malam Perpisahan
25
Berwisata "Ulu Kasok"
26
Sisa Rasa
27
Mohon doa nya
28
Permintaan Khanaya
29
Malam Perpisahan
30
Matkul perdana
31
Wanita itu Strong
32
Berkunjung ke rumah sang Proklamator kemerdekaan
33
Teringat Kejadian Lalu
34
Pulang
35
Melihat nya lagi
36
Akhirnya Wisuda
37
Hari Pertama
38
Menjadi sekretaris dadakan
39
Pertemuan awal
40
Wanita ini
41
Suasana Mencekam
42
Salah ngomong nich!
43
Pak Arga masih Jomblo
44
Tapi langsung bilang ke Ayah ya
45
Bak Genderang mau Perang
46
Masih sekedar Rasa Kagum
47
Menuju kota B
48
Bertemu Bayu
49
Kejadian tak Terduga
50
Belajar di layani sama istri
51
Mau tahu apa mau tahu banget?
52
Sebelum Senyum itu Bayar
53
Izin dengan Ayah
54
Kita Jadi Baygon
55
Satu Payung
56
Kriteria calon suami
57
Kamulah Wanita Itu
58
Permainan Kejujuran
59
Lelaki seperti apa yang harus ku pilih
60
Cinta Bukan sekedar perasaan, melainkan Tanggung jawab
61
Kalau bisa langsung ke KUA
62
Bagai di Sambar petir
63
Seberapa Yakin kamu ingin hidup bersama nya
64
Jawaban untuk Bayu
65
Dia mas Arga, calon suami Naya
66
Di Khitbah
67
Khitbah ku dibalas Ijab Kabul
68
Surat Ar-Rahman
69
Satu Kamar
70
Bos nyuci piring
71
Siapa yang berani ngehujat Istri BoS
72
Ke Butik
73
Kemarahan Arga
74
Berebut kamar mandi
75
Turun ke liang Lahat untuk Naik ke Akhirat.
76
Mama Gak Lihat Kok!
77
Selamat dari mertua, tapi tak selamat dari Suami
78
Artika kena Jewer
79
Pindah ke Apartemen
80
Mulut Netizen
81
Dulu nya Aku dan Kamu, sekarang menjadi Kita
82
Menggoda sang istri
83
Menjadi Putri
84
Promosi - Pernikahan Semalam
85
Menyebar Undangan
86
Manja Mode Terpejam
87
Enggan untuk beranjak
88
Ikhlas seperti Surat Al-Ikhlas
89
Saya lah Suami itu
90
Saran gue di kunci, biar lebih aman
91
Moments Berbagi Kebahagiaan
92
Akhir yang Heboh
93
Jadi rebutan
94
Nanti di kasih Stempel
95
Meninggalkan sang Istri
96
Kabar dari Gani
97
Arga Siuman
98
Amplop Putih
99
Keromantisan mereka
100
Bayu berkunjung
101
kebiasaan baru
102
My Wife is My Secretary
103
Kesempatan dari Khanaya
104
Bumil ngambek
105
Rumah Impian
106
Suasana Rumah Baru
107
Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!