Bab 19 Wanita Pelangkah

Sampai di sekolah, keduanya masih belum ada yang bicara sejak kejadian telepon tadi, antara Emir dan Tiffani.

Jamilah tidak ingin membahas terlalu jauh tentang suami dan tunangannya. Sekuat mungkin Jamilah menepis pikiran-pikiran kotor yang mulai menghampiri otaknya.

Tersisa tiga puluh menit lagi sampai waktu pulang sekolah Alexander.

"Kamu mau minum?." Emir memecah keheningan dengan menawarkan satu botol air minum pada Jamilah.

Jamilah menerimanya, "Terima kasih."

Emir tidak ingin ada jarak yang terlalu jauh antara dirinya dan Jamilah, makanya ia harus bisa lebih mengenal Jamilah lebih baik lagi.

"Dimana ketiga adik mu yang lain?. Tanya Emir, tidak masalah kalau Jamilah mengira dirinya sok kenal sok dekat atau kepo lah.

"Mereka ikut suaminya masing-masing. Ada yang tinggal di Malaysia, ada juga yang tinggal di Jakarta." Jamilah melihat ponsel yang mendapatkan notifikasi pesan masuk dari Ibu Zahra.

"Ayo kita segera turun!." Ajak Jamilah setelah membaca pesan Ibu Zahra yang mengatakan kalau Alexander terlibat perkelahian.

Mereka berdua turun, Emir menahan tangan Jamilah dan membuatnya berhenti. "Ada apa?."

Jamilah menatap Emir, "Alexander berkelahi!."

Emir melepaskan tangan Jamilah, wajahnya yang semula baik-baik saja kini berubah menjadi menyeramkan.

.

.

.

Sampai di ruangan kepala sekolah, Jamilah baru menyadari jika Emir tidak ada bersamanya. Namun Jamilah tetap masuk tanpa kehadiran Emir.

Jamilah duduk usai mengucapkan salam dan melihat beberapa murid lain yang ada di sana juga bersama Alexander.

Jamilah ikut mendengarkan apa yang dijelaskan oleh siswa yang lain. Ketiga siswa yang Jamilah tahu itu adalah anak kelas enam yang waktu kemarin bermain bola bersama Alexander. Ada Wahid, Musa dan Hendra.

"Alexander yang sudah mulai duluan Pak kepala sekolah." Tuduh Musa menatap tidak suka dan penuh kebencian pada Alexander.

Jamilah sendiri bergidik ngeri melihat kemarahan ketiga anak itu pada Alexander. Tapi tetap berusaha usaha tenang.

"Iya Pak kepala sekolah, tiba-tiba saja Alexander menyerang Wahid yang sedang duduk di lapangan." Hendra memperkuat tuduhan Musa.

Alexander yang menjadi tertuduh malah bersikap santai, masa bodoh, seolah tidak terjadi apa pun. Tanpa ekspresi menatap ketiganya dengan tidak gentar.

Wahid belum bisa bicara, masih meringis kesakitan. Walau Ibu Wiwin dan Ibu Zahra sudah mengobati lukanya. Luka yang cukup banyak jika terlihat dari beberapa betadine yang menempel di tangan dan kaki Wahid. Tapi yang paling serius sepertinya ada pada bagian bibir.

"Setelahnya baru Alexander menyerang kami berdua." Musa menyelesaikan tuduhannya.

Pak Ginanjar melihat ke arah Jamilah yang terdiam, Pak Ginanjar menarik nafas dalam-dalam. Kemudian meminta Alexander untuk menceritakan kronologi dari versinya. Namun sayang Alexander tidak mau buka suara, menuduh, menyanggah atau pun mengiyakan.

"Alexander, sekarang kesempatan dirimu untuk membela diri. Menyanggah apa yang teman-teman tuduhkan pada mu, jika itu tidak benar. Kalau benar apa yang mereka katakan, minta maaf dan akui semuanya itu lebih baik." Ucap Jamilah menasihati putra sambungnya. Tapi sepertinya Alexander tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Jamilah. Alexander menatap ketiganya temannya dan berlalu begitu saja dari dalam ruangan Pak kepala sekolah.

Pak Ginanjar menggeleng lemah saat Jamilah hendak memangil kembali Alexander.

"Sekarang kalian boleh pulang. Masalah ini tetap akan Bapak tindak lanjuti." Ucap Pak Ginanjar pada Wahid, Hendra dan Musa.

Jamilah merasa heran sendiri, kenapa Emir tidak menyusulnya kesini?, lalu apa yang dilakukan Emir saat ini?.

"Saya, kalau bukan karena sudah berjanji pada Pak Utomo dan melihat mu sebagai Ibu sambungnya. Rasanya saya sudah tidak bisa mentolerir sikap seenaknya Alexander seperti ini. Tidak memiliki sopan santu, etika saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Padahal saya menyakini jika Alexander anak yang sangat pintar, cerdas bila dibandingkan dengan anak-anka yang lain. Tapi sepertinya Alexander menutupi itu dengan kelakuan-kelakuan minusnya yang seperti sekarang ini." Pak Ginanjar sangat menyayangkan sikap Alexander yang diluar kendali.

"Iya Pak kepala sekolah, atas nama Alexander saya meminta maaf. Nanti saat di rumah saya akan mencoba menanyakan masalah ini lagi. Tapi mohon maaf sekarang saya harus pamit, mungkin Alexander sudah menunggu saya di parkiran." Pamit Jamilah, karena ia tahu Emir dan Alexander pasti sudah menunggunya. Terlebih Jamilah takut jika Emir akan berbuat yang tidak-tidak pada Alexander atau sebaliknya.

"Iya silahkan ibu guru Jamilah." Jamilah segera keluar dari sana setelah mengucapkan salam. Jalan sedikit berlari supaya bisa cepat sampai di parkiran.

Cukup lega perasaan Jamilah saat melihat Emir melambaikan tangan padanya, melihat Alexander juga yang sudah duduk disebelah Emir.

.

.

.

Sampai di rumah, Jamilah langsung membawa semua barang belanjaannya masuk kedalam kamar. Meletakkannya dipojokan tempat tidur sebelum dirapikan.

Sedangkan keributan mulai terjadi dikamar Alexander, saat Emir mulai bertanya dengan suara dan tatapan yang tidak bersahabat pada Alexander.

"Apa?. Apa yang akan Daddy lakukan sekarang pada ku, hah?." Tantang Alexander dengan lantang pada Daddy Emir.

"Kau berani bicara begitu pada ku?." Bentak Daddy Emir penuh Emosi dengan telunjuk yang sudah didepan muka Alexander.

Alexander dengan jiwa pemberontakannya tidak sedikitpun merasa takut saat berhadapan siapa pun, termasuk Daddy Emir.

"Berani!. Aku sangat berani untuk menghadapi pria yang sudah menyakiti Mommy ku. Kau sudah membuat Mommy pergi?, Kau yang sudah membuat Mommy hilang seperti ini?. Kau jahat?!." Teriak Alexander tepat dihadapan Daddy Emir.

Daddy Emir meraih kerah baju seragam Alexander dengan sangat kuat, hingga Alexander berjinjit mengikuti tubuhnya yang sedikit terangkat.

"Tolong hentikan, hentikan!." Surat lembut Jamilah menusuk tajam telinga mereka yang sedang diliputi oleh amarah yang membuncah. Jamilah segera masuk setelah Bibi Isti memberitahu keributan yang tejadi antara ayah dan anak tersebut.

Emir melepas tangannya dari kerah baju Alexander. "Jangan pernah kurang ajar pada Daddy mu sendiri?."

"Kau yang sudah membuat ku kurang ajar seperti ini. Makanya aku berani untuk menghadapi apa pun, termasuk kau Daddy ku. Kembalikan Mommy ku jika kau ingin aku tidak kurang ajar lagi." Jawab Alexander dengan tegas dan sorot mata yang tajam.

"Kau?" Tunjuk Daddy Emir.

Jamilah berada diantara mereka, "Aku memang orang lain bagi mu, bagi kalian berdua. Tapi karena aku ada disini, didekat kalian, bersama kalian. Jadi aku sendiri harus ikut terlibat dengan masalah kalian saat ini." Jamilah menoleh pada Alexander kemudian pada Emir.

"Kalian berdua sama-sama tahu, jika kekerasan dan emosi tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang kalian hadapi sekarang." Lanjut Jamilah.

"Tapi sekarang, kamu ganti baju!. Turun kebawah dan segera makan!. Setelahnya baru kita bicara lagi." Ucap Jamilah dengan suara lembut tapi bernada sangat tegas tidak bisa ada yang membantahnya.

Tanpa menjawab, Alexander segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya.

Kini tatapan Jamilah mengarah pada Emir sang suami.

"Saya tidak ingin menggurui mu disini. Tapi pasti kamu sangat tahu untuk bisa bicara lebih baik lagi dengan anak mu. Alexander bukan orang lain yang harus menerima perlakuan dan sikap kasar mu. Tapi Alexander anak mu, anak pertama mu bersama Mommy Alexander. Yang pastinya kalian sangat menginginkan kehadirannya, bahkan sangat kalian nantikan. Jadi kamu harus memakai hati mu untuk bicara dengan anak-anak mu." Emir menarik tangan Jamilah yang hendak keluar dari kamar Alexander.

"Ajari aku untuk bisa lebih sabar menghadapi Alexander."

"Kita akan sama-sama belajar untuk menghadapi sikap Alexander. Sekarang kamu ganti baju dan ikut turun makan bersama kami, saya tunggu kalian dibawah." Jamilah tersenyum manis sebelum keluar dari kamar Alexander.

"Aku harus belajar banyak dari mu, perintah mu sangat didengar oleh Alexander." Gumam Emir menatap pintu kamar mandi, dimana Alexander masih berada didalamnya dan ia segera keluar dari kamar tersebut.

.

.

.

Alexander sudah turun paling dulu dan langsung duduk menghadap Jamilah yang sedang menyiapkan makanan.

"Ibu lebih percaya mereka atau pada ku?." Tanya Alexander menatap Jamilah dengan intens.

"Pada mu." Jawab Jamilah sambil meletakkan piring di depan Alexander.

"Kenapa?." Tanya Alexander lagi.

"Karena kamu yang bertanya." Jawab Jamilah kembali menatap Alexander dan duduk didepannya.

"Kok begitu." Tanyanya lagi.

"Sekarang waktunya makan, nanti kita bicara lagi." Jamilah menatap Emir yang baru turun dan ikut duduk disampingnya.

Alexander makan dengan lahap tanpa banyak bicara sesuai yang diperintahkan oleh Jamilah. Emir menatap Alexander dan Jamilah secara bergantian. Jamilah memiliki magnet yang cukup kuat untuk menarik Alexander keluar dari sikap arogannya selama ini. Walau terkadang sikap arogan itu selalu datang saat Jamilah tidak bersamanya.

"Wanita yang seperti Jamilah yang kau butuhkan untuk melengkapi kekurangan mu selama ini." Pak Utomo menepuk pundak Emir yang sedang fokus menatap kepergian Jamilah dan Alexander. Pak Utomo duduk disampingnya.

"Aku tidak bisa meninggalkan Tiffani, Tiffani yang sudah banyak berkorban untuk ku dan Joy. Terlebih lagi Tiffani selalu menemani, selama aku terpuruk karena perpisahan ku dengan Isyana." Ucap Emir memegang gelasnya erat.

Pak Utomo mengangguk-anggukan kepala. Ia pun tidak bisa ikut campur terlalu jauh urusan pribadi anaknya.

"Alexander berulah apa lagi disekolah?." Tanya Pak Utomo.

"Alexander belum bicara." Emir menggeleng lemah. Berat menjadi orang tua tunggal saat anak memasuki usia dimana ia sudah bisa mulai protes. Selama ini Emir selalu memilih jalan kasar untuk menyelesaikannya bersama Alexander. Untung saja sekarang ada Jamilah, yang bisa mengerem Alexander dan dirinya.

"Alexander sekarang cerminan kau kecil dulu. Semuanya menurun pada Alexander. Aku dan Ibu mu tidak bisa membimbing mu dengan baik, makanya kau lakukan hal yang sama pada putra mu." Pak Utomo tidak sepenuhnya menyalahkan Emir, sebab dirinya pun dulu seperti itu. Keras terhadap Emir, hingga Emir menjadi pembangkang, pemberontak sampai sekarang. Tidak ada yang bisa menyuruh atau memerintah nya sampai sekarang.

"Aku harap dengan hadirnya Jamilah dalam hidup mu dan Alexander, akan membawa sedikit perubahan baik dalam hidup mu dan anak-anak mu." Lanjut Pak Utomo.

.

.

.

Jamilah mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Alexander saat ini.

"Apa ibu percaya pada ku?." Usai Alexander menceritakan semuanya pada Jamilah.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

untunglah si Jamilah uda menyiapkan mental dan hatinya menghadapi hal ini yah

2024-04-29

1

Yani

Yani

Jamilah pasti mampuh menghadspi segala masslahnya

2023-12-10

1

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

kasihan nasib jamilah,,,smoga sj ada bahagia utk jamilah wlo entah itu dgn siapa.

2023-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Wanita Pelangkah
2 Bab 2 Wanita Pelangkah
3 Bab 3 Wanita Pelangkah
4 Bab 4 Wanita Pelangkah
5 Bab 5 Wanita Pelangkah
6 Bab 6 Wanita Pelangkah
7 Bab 7 Wanita Pelangkah
8 Bab 8 Wanita Pelangkah
9 Bab 9 Wanita Pelangkah
10 Bab 10 Wanita Pelangkah
11 Bab 11 Wanita Pelangkah
12 Bab 12 Wanita Pelangkah
13 Bab 13 Wanita Pelangkah
14 Bab 14 Wanita Pelangkah
15 Bab 15 Wanita Pelangkah
16 Bab 16 Wanita Pelangkah
17 Bab 17 Wanita Pelangkah
18 Bab 18 Wanita Pelangkah
19 Bab 19 Wanita Pelangkah
20 Bab 20 Wanita Pelangkah
21 Bab 21 Wanita Pelangkah
22 Bab 22 Wanita Pelangkah
23 Bab 23 Wanita Pelangkah
24 Bab 24 Wanita Pelangkah
25 Bab 25 Wanita Pelangkah
26 Bab 26 Wanita Pelangkah
27 Bab 27 Wanita Pelangkah
28 Bab 28 Wanita Pelangkah
29 Bab 29 Wanita Pelangkah
30 Bab 30 Wanita Pelangkah
31 Bab 31 Wanita Pelangkah
32 Bab 32 Wanita Pelangkah
33 Bab 33 Wanita Pelangkah
34 Bab 34 Wanita Pelangkah
35 Bab 35 Wanita Pelangkah
36 Bab 36 Wanita Pelangkah
37 Bab 37 Wanita Pelangkah
38 Bab 38 Wanita Pelangkah
39 Bab 39 Wanita Pelangkah
40 Bab 40 Wanita Pelangkah
41 Bab 41 Wanita Pelangkah
42 Bab 42 Wanita Pelangkah
43 Bab 43 Wanita Pelangkah
44 Bab 44 Wanita Pelangkah
45 Bab 45 Wanita Pelangkah.
46 Bab 46 Wanita Pelangkah
47 Bab 47 Wanita Pelangkah
48 Bab 48 Wanita Pelangkah
49 Bab 49 Wanita Pelangkah
50 Bab 50 Wanita Pelangkah
51 Bab 51 Wanita Pelangkah
52 Bab 52 Wanita Pelangkah
53 Bab 53 Wanita Pelangkah
54 Bab 54 Wanita Pelangkah
55 Bab 55 Wanita Pelangkah
56 Bab 56 Wanita Pelangkah
57 Bab 57 Wanita Pelangkah
58 Bab 58 Wanita Pelangkah
59 Bab 59 Wanita Pelangkah
60 Bab 60 Wanita Pelangkah
61 Bab 61 Wanita Pelangkah
62 Bab 62 Wanita Pelangkah
63 Bab 63 Wanita Pelangkah
64 Bab 64 Wanita Pelangkah
65 Bab 65 Wanita Pelangkah
66 Bab 66 Wanita Pelangkah
67 Bab 67 Wanita Pelangkah
68 Bab 68 Wanita Pelangkah
69 Bab 69 Wanita Pelangkah
70 Bab 70 Wanita Pelangkah
71 Bab 71 Wanita Pelangkah
72 Bab 72 Wanita Pelangkah
73 Bab 73 Wanita Pelangkah
74 Bab 74 Wanita Pelangkah
75 Bab 75 Wanita Pelangkah
76 Bab 76. Wanita Pekangkah
77 Bab 77 Wanita Pelangkah
78 Bab 78 Wanita Pelangkah
79 Bab 79 Wanita Pelangkah
80 Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81 Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82 Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83 Promo Novel baru David dan Soleha
84 Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85 Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86 Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87 Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88 Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89 Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90 Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91 Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92 Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93 Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94 Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95 Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96 Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97 Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98 Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99 Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100 Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101 Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102 Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103 Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104 Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 Wanita Pelangkah
2
Bab 2 Wanita Pelangkah
3
Bab 3 Wanita Pelangkah
4
Bab 4 Wanita Pelangkah
5
Bab 5 Wanita Pelangkah
6
Bab 6 Wanita Pelangkah
7
Bab 7 Wanita Pelangkah
8
Bab 8 Wanita Pelangkah
9
Bab 9 Wanita Pelangkah
10
Bab 10 Wanita Pelangkah
11
Bab 11 Wanita Pelangkah
12
Bab 12 Wanita Pelangkah
13
Bab 13 Wanita Pelangkah
14
Bab 14 Wanita Pelangkah
15
Bab 15 Wanita Pelangkah
16
Bab 16 Wanita Pelangkah
17
Bab 17 Wanita Pelangkah
18
Bab 18 Wanita Pelangkah
19
Bab 19 Wanita Pelangkah
20
Bab 20 Wanita Pelangkah
21
Bab 21 Wanita Pelangkah
22
Bab 22 Wanita Pelangkah
23
Bab 23 Wanita Pelangkah
24
Bab 24 Wanita Pelangkah
25
Bab 25 Wanita Pelangkah
26
Bab 26 Wanita Pelangkah
27
Bab 27 Wanita Pelangkah
28
Bab 28 Wanita Pelangkah
29
Bab 29 Wanita Pelangkah
30
Bab 30 Wanita Pelangkah
31
Bab 31 Wanita Pelangkah
32
Bab 32 Wanita Pelangkah
33
Bab 33 Wanita Pelangkah
34
Bab 34 Wanita Pelangkah
35
Bab 35 Wanita Pelangkah
36
Bab 36 Wanita Pelangkah
37
Bab 37 Wanita Pelangkah
38
Bab 38 Wanita Pelangkah
39
Bab 39 Wanita Pelangkah
40
Bab 40 Wanita Pelangkah
41
Bab 41 Wanita Pelangkah
42
Bab 42 Wanita Pelangkah
43
Bab 43 Wanita Pelangkah
44
Bab 44 Wanita Pelangkah
45
Bab 45 Wanita Pelangkah.
46
Bab 46 Wanita Pelangkah
47
Bab 47 Wanita Pelangkah
48
Bab 48 Wanita Pelangkah
49
Bab 49 Wanita Pelangkah
50
Bab 50 Wanita Pelangkah
51
Bab 51 Wanita Pelangkah
52
Bab 52 Wanita Pelangkah
53
Bab 53 Wanita Pelangkah
54
Bab 54 Wanita Pelangkah
55
Bab 55 Wanita Pelangkah
56
Bab 56 Wanita Pelangkah
57
Bab 57 Wanita Pelangkah
58
Bab 58 Wanita Pelangkah
59
Bab 59 Wanita Pelangkah
60
Bab 60 Wanita Pelangkah
61
Bab 61 Wanita Pelangkah
62
Bab 62 Wanita Pelangkah
63
Bab 63 Wanita Pelangkah
64
Bab 64 Wanita Pelangkah
65
Bab 65 Wanita Pelangkah
66
Bab 66 Wanita Pelangkah
67
Bab 67 Wanita Pelangkah
68
Bab 68 Wanita Pelangkah
69
Bab 69 Wanita Pelangkah
70
Bab 70 Wanita Pelangkah
71
Bab 71 Wanita Pelangkah
72
Bab 72 Wanita Pelangkah
73
Bab 73 Wanita Pelangkah
74
Bab 74 Wanita Pelangkah
75
Bab 75 Wanita Pelangkah
76
Bab 76. Wanita Pekangkah
77
Bab 77 Wanita Pelangkah
78
Bab 78 Wanita Pelangkah
79
Bab 79 Wanita Pelangkah
80
Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81
Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82
Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83
Promo Novel baru David dan Soleha
84
Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85
Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86
Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87
Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88
Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89
Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90
Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91
Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92
Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93
Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94
Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95
Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96
Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97
Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98
Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99
Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100
Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101
Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102
Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103
Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104
Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!