Bab 11 Wanita Pelangkah

Hanya tidak lebih dari tiga puluh menit Pak Mardi dan Bapaknya berada di dalam rumah Jamilah. Mereka langsung pamit pulang, tanpa memikirkan rasa lelah akibat perjalanan yang cukup lumayan memakan waktu sekitar hampir empat jam.

Emak menangis sesenggukan di dalam kamar yang sengaja dikuncinya. Bapak dan Jamilah hanya duduk pasrah di ruang tengah.

"Maafkan Bapak, Milah. Kalau pada akhirnya harus seperti ini." Terasa susah sekali Bapak menelan ludahnya sendiri. Melihat putrinya di tolak karena alasan tidak modern dan tidak sesuai dengan kriteria laki-laki itu.

Jamilah menatap Bapak yang sudah berkaca-kaca.

"Bapak akan membatalkan pertemuan mu yang kedua bersama Pak Teguh. Bapak tidak kuat kalau kamu harus dipermalukan lagi di rumah sendiri." Lanjut Bapak sambil menumpahkan air matanya.

Jamilah menggeleng lemah seraya tangannya yang dingin menggenggam tangan Bapak.

"Biarkan pertemuan itu tetap berlanjut, siapa tahu yang kedua ini berbeda. Kita sedang berusaha, berikhtiar Pak. Bapak sama Emak harus kuat, supaya Milah bisa lebih kuat."

"Tapi kalau hasilnya seperti tadi bagaimana?. Bapak enggak sanggup Milah." Bapak terlihat sangat lemah dalam situasi sekarang ini. Berat ujian yang diberikan pada tubuhnya masih bisa ia tahan, tapi kalau sampai mengenai salah satu dari anaknya pasti akan berkali lipat rasa sakitnya.

"Apa pun hasilnya nanti, mungkin itu yang terbaik Pak. Milah tidak masalah, Milah sudah siap. Jadi beri kesempatan Milah untuk tetap bertemu dengan orang itu."

"Sekarang Bapak masuk kamar, tenangkan Emak. Besarkan hatinya dan hibur. Milah mau merapikan ini." Jamilah langsung membawa dua gelas yang masih berisi air putih, yang tidak disentuh sama sekali oleh tamu yang sudah ditunggunya. Begitu juga dengan beberapa piring kue yang masih utuh tidak tersentuh.

Jamilah mengintip dari dapur saat Bapak sudah masuk ke dalam kamar dan terdengar dikunci kembali pintunya.

Air mata yang sejak tadi ditahan dengan sekuat tenaga Jamilah dihadapan tamu dan kedua orang tuanya, kini tumpah juga saat dirinya berada di dapur. Tidak lebih dari satu menit Jamilah mengeluarkan air matanya, yang penting rasa sesak yang bercokol didalam hatinya sedikit berkurang. Ia juga tidak ingin menambah beban, terlebih bagi Emak.

.

.

.

Waktu pulang sekolah telah tiba. Memang terasa ada yang kurang, saat Alexander tidak melihat Jamilah. Wajah tampannya terlihat begitu murung.

Sepasang mata elang milik seseorang, sudah sedari tadi mengintai sosok Alexander yang terlihat tidak bersemangat bahkan terlihat sedih.

"Jalan Pak Supir!." Perintah Alexander yang sudah masuk ke dalam mobil lima menit yang lalu. Seperti biasa tanpa memperhatikan si Bapak supirnya.

Seseorang dibalik kemudi tersenyum tipis, kala mendengar Alexander sudah bisa memanggil orang yang lebih tua dengan lebih sopan. Tidak seperti dulu yang hanya memanggilnya orang dengan sebutan profesinya saja.

"Ayo Pak Supir kita jalan!. Apa lagi yang Pak supir tunggu?, aku sudah masuk dan duduk manis di belakang." Alexander menatap Pak Supir yang terlihat berbeda hari ini.

Memang cukup lama Alexander tidak bertemu dengan Daddy nya, tapi ia selalu melihat wajah itu dalam sebuah bingkai yang diam-diam selalu ia bawa kemana pun ia pergi.

"Daddy...." Satu kali. Alexander mengucek keduanya mata. Melihat jelas pria yang sangat dirindukannya sedang menatap sambil tersenyum kearahnya.

"Daddy..." Dua kali, tiga kali sampai empat kali, Alexander kembali mengucek keduanya matanya, untuk lebih memastikan. Tidak ingin kejadian dalam mimpi itu terulang lagi. Dimana ia begitu merasa bahagia dengan kedatangan sang Daddy, namun saat kedua matanya terbuka, Daddy Emir tetap lah jauh dari sisinya.

Terakhir, Alexander mencondongkan tubuhnya dengan tangan yang terulur guna menyentuh wajah orang didepannya.

"Hei Boy..." Sapa Daddy Emir dengan suara khas yang hanya dimiliki oleh Daddy Emir.

"Kau benar Daddy ku?." Tangan Daddy Emir menyambut tangan Alexander yang terulur, dan menyentuhkan tangan kecil itu pada wajahnya.

Daddy Emir mengangguk. "Iya, aku Daddy mu. Daddy Fahreza Emir Wijaya Santoso.

Hening, kedua pria beda generasi itu masih betah di dalam mobil dengan kedekatan yang seperti sekarang.

"Kau mau duduk di samping Daddy?." Daddy Emir menunjuk kursi sebelahnya. Dan dengan senyum penuh kebahagiaan, Alexander segera pindah ke depan.

"Kau sudah siap?. Daddy akan segera melajukan mobilnya." Alexander hanya mengangguk dengan menatap sang Daddy. Ini salah satu hal yang masih diingat dan menjadi hal yang paling sangat disukai olah Alexander. Dimana ia bisa melihat sang Daddy mengendarai mobil dangan kecepatan tinggi, tapi anehnya Alexander tidak merasa takut sedikit pun, justru ia malah sangat senang.

.

.

.

Memang jarak yang tidak terlalu jauh dari sekolah ke rumah hingga dalam sekejap saja mobil itu sudah sampai di depan rumah.

"Ayo kita turun Boy!."

Alexander menahan tangan Daddy Emir dengan kuat. "Kau tidak membawa wanita itu kan?." Tatapan lembut itu berubah menjadi dingin dan begitu menakutkan.

Daddy Emir mengacak rambut Alexander yang sudah berantakan dengan tangan satunya lagi. "Tidak. Aku datang sendiri untuk mu. Jadi kita akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua, ok Boy?."

Wajah itu kembali cerah, menyingkirkan banyak awan kesedihan. Yang berganti dengan senyum kebahagian anak kecil itu.

"Ok, Daddy."

Keduanya keluar dari mobil bersamaan. Daddy Emir menggandeng tangan Alexander sampai mereka masuk kedalam rumah.

"Mang Tatang, keluarkan semua koper saya yang ada di dalam bagasi. Dan bawa masuk ke kamar yang biasa saya tempati." Perintah Daddy Emir pada Mang Tatang. Pesuruh yang sudah lama mengabdi di rumah Utomo Santoso.

"Iya Tuan Emir." Mang Tatang segera keluar, langsung melaksanakan apa yang diperintahkan Tuannya.

Alexander Membawa Daddy Emir menuju kamarnya. Sampai pada anak tangga Paing atas, keduanya bertemu dengan Kakek Utomo dan Bibi Isti yang akan turun.

"Aku ganti pakaian dulu Dad." Alexander melepaskan genggaman tangan mereka. Ia segera masuk sendiri kedalam kamarnya.

"Kau pulang juga?." Wajah datar Kakek Utomo melihat kebawah. Mencari orang lain yang siapa tahu dibawa oleh putranya itu. Tapi tidak ada siapa pun di bawah.

"Kak Emir..." Sapa Bibi Isti ramah, tapi sayang tidak dengan Emir kalau sudah berinteraksi secara langsung. Seperti ada jarak yang sengaja dibangun oleh Emir.

"Hem" Jawab Emir singkat.

"Aku mau menemui Alexander." Daddy Emir meninggalkan Bibi Isti dan Kakek Utomo.

.

.

.

Malam semakin larut, hawa dingin tidak bisa dihindari akibat deras dan lamanya hujan yang sudah mengguyur rumah Jamilah.

Jamilah sudah menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal tapi tetap saja terasa dingin. Susah sekali mata dan pikiran Jamilah sejalan, kedua matanya sudah begitu terasa perih karena mengantuk yang sudah tidak bisa ditahannya. Tapi pikirannya masih memikirkan banyak hal yang sudah terjadi disepanjang hari ini.

Kembali terngiang dengan perkataan Emak yang sangat mengusik hati yang selama ini luput dari perhatiannya.

"Emak tidak akan pernah rela, atau merestui Julia kalau sampai harus melangkahi Jamilah, lagi!. Lebih baik Emak pergi supaya tidak melihat lagi harga diri Jamilah yang sudah terinjak-injak oleh semua adiknya."

"Apa yang salah dengan diri ku?. Apa salah kalau aku membiarkan adik-adik ku melangkahi ku?. Apa salah jika aku memberikan kemudahan pada mereka yang sudah ingin membangun rumah tangga?. Apa salah aku memberikan kebahagian ku pada mereka yang aku sayangi. Lalu dimana letak salahnya, kalau memang salah?. Bukankah jodoh, hidup dan mati menjadi rahasia Gusti Alloh. Lalu sekarang Julia?. Apa sekarang aku juga sudah mulai takut, dengan apa yang sering dikatakan oleh orang tua dulu. Aku akan sulit mendapatkan jodoh kalau sampai dilangkahi, aku bahkan sampai tiga kali. Apa akan semakin sulit, jauh atau bahkan sudah tidak ada untuk mendapatkan jodoh ku sendiri?. Bukan salah Julia atau pun ketiga adik ku kalau mereka sudah menemukan jodohnya sendiri-sendiri. Mungkin aku yang harus lebih bersabar lagi dalam menantinya, sampai ada orang yang berbelas kasih mau menikahi wanita berumur seperti ku. Maaf kan aku yang terlalu banyak mengeluh dan kurang bersyukur ini." Air mata Jamilah tidak kalah deras dengan air hujan saat ini. Keduanya seakan berlomba ingin menunjukkan air siapa yang lebih banyak. Suara tangis Jamilah sedikit tersamarkan dengan derasnya hujan yang turun mengenai genteng rumah. Atau bunyi berisik guyuran air hujan yang mengenai seng yang digunakan sebagai pengganti genteng yang bocor. Jika tidak, mungkin sebagian orang akan mengira itu suara kuntilanak yang menangis kedinginan.

Jamilah menumpahkan semua rasa yang selama ini tidak pernah dibaginya pada siapa pun. Hanya sang pemilik hidup lah tempat terbaik bagi Jamilah untuk bisa berkeluh kesah tentang apa pun, seperti hal nya malam ini. Membiarkan kedua matanya membengkak dengan lelehan ingus yang berulang kali dibuangnya pada helaian tissue. Bahkan sesekali di lap menggunakan hijab atau tangannya.

.

.

.

Gusti Alloh memang maha adil, ternyata bukan hanya Jamilah saja yang tidak bisa tidur malam ini. Melainkan ada Daddy Emir juga yang masih terjaga. Namun bedanya, Daddy Emir sedang menikmati hawa dingin pedesaan yang lebih dingin lagi karena hujan pun ikut mengguyur rumah mewah Pak Utomo. Bukan memikirkan jodoh seperti Jamilah. Sebab Daddy Emir sendiri pernah menikah hingga mendapatkan dua orang anak, namun gagal yang berujung perpisahan. Dan sekarang pun Daddy Emir sudah memiliki kekasih yang sudah siap untuk dinikahinya.

Daddy Emir sengaja membuka sedikit jendela kaca, mengundang hawa dingin untuk bisa masuk kedalam kamar yang pendinginnya dimatikan beberapa jam yang lalu.

Menatap dengan intens foto wanita yang sudah beberapa hari ini tinggal didalam memori ponselnya. Beruang kali ditatap, dilihat dengan seksama hingga ia menemukan kesamaan yang tidak mungkin dimiliki wanita lain.

"Arkam, aku sudah menemukan wanita itu. aku akan membawa wanita itu datang kehadapan mu. Untuk memohon ampun atas apa yang sudah menimpa mu saat itu."

Sepertinya hujan malam ini tidak akan berhenti, mungkin akan terus hujan sampai pagi. Untuk menemani dua insan yang berlainan jenis dan berbeda tempat guna menikmati kesendirian dan kesedihan masing-masing.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

wah siapa yah Arkam itu,,,

2024-04-29

1

Endang Khairunnisa

Endang Khairunnisa

kayaknya Arkam adalah lelaki dari kota yang melamar jamilah pertama kali dan gagal karena ada cewek yang ngak dibuntingi sama Arkam, dan kayaknya Arkam frustasi lalu bundir, hehheee walaupun udah end tapi kan aku belum tamat bacanya masih difase menebak nebak

2024-01-29

5

Yani

Yani

Siapa Siapa Arkam?

2023-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Wanita Pelangkah
2 Bab 2 Wanita Pelangkah
3 Bab 3 Wanita Pelangkah
4 Bab 4 Wanita Pelangkah
5 Bab 5 Wanita Pelangkah
6 Bab 6 Wanita Pelangkah
7 Bab 7 Wanita Pelangkah
8 Bab 8 Wanita Pelangkah
9 Bab 9 Wanita Pelangkah
10 Bab 10 Wanita Pelangkah
11 Bab 11 Wanita Pelangkah
12 Bab 12 Wanita Pelangkah
13 Bab 13 Wanita Pelangkah
14 Bab 14 Wanita Pelangkah
15 Bab 15 Wanita Pelangkah
16 Bab 16 Wanita Pelangkah
17 Bab 17 Wanita Pelangkah
18 Bab 18 Wanita Pelangkah
19 Bab 19 Wanita Pelangkah
20 Bab 20 Wanita Pelangkah
21 Bab 21 Wanita Pelangkah
22 Bab 22 Wanita Pelangkah
23 Bab 23 Wanita Pelangkah
24 Bab 24 Wanita Pelangkah
25 Bab 25 Wanita Pelangkah
26 Bab 26 Wanita Pelangkah
27 Bab 27 Wanita Pelangkah
28 Bab 28 Wanita Pelangkah
29 Bab 29 Wanita Pelangkah
30 Bab 30 Wanita Pelangkah
31 Bab 31 Wanita Pelangkah
32 Bab 32 Wanita Pelangkah
33 Bab 33 Wanita Pelangkah
34 Bab 34 Wanita Pelangkah
35 Bab 35 Wanita Pelangkah
36 Bab 36 Wanita Pelangkah
37 Bab 37 Wanita Pelangkah
38 Bab 38 Wanita Pelangkah
39 Bab 39 Wanita Pelangkah
40 Bab 40 Wanita Pelangkah
41 Bab 41 Wanita Pelangkah
42 Bab 42 Wanita Pelangkah
43 Bab 43 Wanita Pelangkah
44 Bab 44 Wanita Pelangkah
45 Bab 45 Wanita Pelangkah.
46 Bab 46 Wanita Pelangkah
47 Bab 47 Wanita Pelangkah
48 Bab 48 Wanita Pelangkah
49 Bab 49 Wanita Pelangkah
50 Bab 50 Wanita Pelangkah
51 Bab 51 Wanita Pelangkah
52 Bab 52 Wanita Pelangkah
53 Bab 53 Wanita Pelangkah
54 Bab 54 Wanita Pelangkah
55 Bab 55 Wanita Pelangkah
56 Bab 56 Wanita Pelangkah
57 Bab 57 Wanita Pelangkah
58 Bab 58 Wanita Pelangkah
59 Bab 59 Wanita Pelangkah
60 Bab 60 Wanita Pelangkah
61 Bab 61 Wanita Pelangkah
62 Bab 62 Wanita Pelangkah
63 Bab 63 Wanita Pelangkah
64 Bab 64 Wanita Pelangkah
65 Bab 65 Wanita Pelangkah
66 Bab 66 Wanita Pelangkah
67 Bab 67 Wanita Pelangkah
68 Bab 68 Wanita Pelangkah
69 Bab 69 Wanita Pelangkah
70 Bab 70 Wanita Pelangkah
71 Bab 71 Wanita Pelangkah
72 Bab 72 Wanita Pelangkah
73 Bab 73 Wanita Pelangkah
74 Bab 74 Wanita Pelangkah
75 Bab 75 Wanita Pelangkah
76 Bab 76. Wanita Pekangkah
77 Bab 77 Wanita Pelangkah
78 Bab 78 Wanita Pelangkah
79 Bab 79 Wanita Pelangkah
80 Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81 Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82 Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83 Promo Novel baru David dan Soleha
84 Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85 Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86 Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87 Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88 Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89 Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90 Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91 Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92 Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93 Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94 Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95 Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96 Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97 Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98 Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99 Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100 Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101 Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102 Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103 Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104 Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 Wanita Pelangkah
2
Bab 2 Wanita Pelangkah
3
Bab 3 Wanita Pelangkah
4
Bab 4 Wanita Pelangkah
5
Bab 5 Wanita Pelangkah
6
Bab 6 Wanita Pelangkah
7
Bab 7 Wanita Pelangkah
8
Bab 8 Wanita Pelangkah
9
Bab 9 Wanita Pelangkah
10
Bab 10 Wanita Pelangkah
11
Bab 11 Wanita Pelangkah
12
Bab 12 Wanita Pelangkah
13
Bab 13 Wanita Pelangkah
14
Bab 14 Wanita Pelangkah
15
Bab 15 Wanita Pelangkah
16
Bab 16 Wanita Pelangkah
17
Bab 17 Wanita Pelangkah
18
Bab 18 Wanita Pelangkah
19
Bab 19 Wanita Pelangkah
20
Bab 20 Wanita Pelangkah
21
Bab 21 Wanita Pelangkah
22
Bab 22 Wanita Pelangkah
23
Bab 23 Wanita Pelangkah
24
Bab 24 Wanita Pelangkah
25
Bab 25 Wanita Pelangkah
26
Bab 26 Wanita Pelangkah
27
Bab 27 Wanita Pelangkah
28
Bab 28 Wanita Pelangkah
29
Bab 29 Wanita Pelangkah
30
Bab 30 Wanita Pelangkah
31
Bab 31 Wanita Pelangkah
32
Bab 32 Wanita Pelangkah
33
Bab 33 Wanita Pelangkah
34
Bab 34 Wanita Pelangkah
35
Bab 35 Wanita Pelangkah
36
Bab 36 Wanita Pelangkah
37
Bab 37 Wanita Pelangkah
38
Bab 38 Wanita Pelangkah
39
Bab 39 Wanita Pelangkah
40
Bab 40 Wanita Pelangkah
41
Bab 41 Wanita Pelangkah
42
Bab 42 Wanita Pelangkah
43
Bab 43 Wanita Pelangkah
44
Bab 44 Wanita Pelangkah
45
Bab 45 Wanita Pelangkah.
46
Bab 46 Wanita Pelangkah
47
Bab 47 Wanita Pelangkah
48
Bab 48 Wanita Pelangkah
49
Bab 49 Wanita Pelangkah
50
Bab 50 Wanita Pelangkah
51
Bab 51 Wanita Pelangkah
52
Bab 52 Wanita Pelangkah
53
Bab 53 Wanita Pelangkah
54
Bab 54 Wanita Pelangkah
55
Bab 55 Wanita Pelangkah
56
Bab 56 Wanita Pelangkah
57
Bab 57 Wanita Pelangkah
58
Bab 58 Wanita Pelangkah
59
Bab 59 Wanita Pelangkah
60
Bab 60 Wanita Pelangkah
61
Bab 61 Wanita Pelangkah
62
Bab 62 Wanita Pelangkah
63
Bab 63 Wanita Pelangkah
64
Bab 64 Wanita Pelangkah
65
Bab 65 Wanita Pelangkah
66
Bab 66 Wanita Pelangkah
67
Bab 67 Wanita Pelangkah
68
Bab 68 Wanita Pelangkah
69
Bab 69 Wanita Pelangkah
70
Bab 70 Wanita Pelangkah
71
Bab 71 Wanita Pelangkah
72
Bab 72 Wanita Pelangkah
73
Bab 73 Wanita Pelangkah
74
Bab 74 Wanita Pelangkah
75
Bab 75 Wanita Pelangkah
76
Bab 76. Wanita Pekangkah
77
Bab 77 Wanita Pelangkah
78
Bab 78 Wanita Pelangkah
79
Bab 79 Wanita Pelangkah
80
Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81
Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82
Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83
Promo Novel baru David dan Soleha
84
Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85
Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86
Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87
Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88
Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89
Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90
Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91
Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92
Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93
Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94
Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95
Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96
Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97
Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98
Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99
Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100
Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101
Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102
Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103
Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104
Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!