Bab 9 Wanita Pelangkah

Malam pun tiba, sekitar pukul 19.20 WIB. Makan malam di rumah Jamilah baru akan dimulai setelah menunggu Bapak dan Jaka.

Semua anggota keluarga sudah duduk lesehan termasuk Alexander, mengelilingi makanan yang sudah diletakkan Emak di tengah-tengah mereka.

Tidak lama kemudian, makam malam pun usai. Tidak ada makanan yang tersisa pada setiap piring anggota keluarga, pun dengan Alexander. Yang malam ini bisa hanya makan dengan ayam goreng bumbu yang dibuatkan Emak. Sungguh diluar dugaan, dirinya pun tidak mengerti kenapa bisa makan hanya dengan lauk seperti itu?. Padahal selama ini tinggal di rumah Kakek Utomo pun, setiap kali ia mau makan, seorang Chef handal yang sudah dipilih Daddy Emir untuk memperhatikan asupan makanan empat sehat lima sempurna untuk sang putra. Hingga saat ini pun masih berlaku seperti itu.

"Kak Jul, aku punya PR, tolong bantu aku ya?." Jaka sudah mengambil buku, duduk disebelah Julia, bersebelahan dengan Alexander yang duduk berdekatan dengan Jamilah.

"Yang mana?." Julia menyingkirkan remote yang sedang dipegangnya.

Emak buru-buru mengusap pipinya saat Abah masuk ke dalam kamar.

"Kenapa lagi Emak menangis?."

Emak menutup rapat pintu kamar, duduk di bawah ranjang lalu melipat kain yang tadi pagi di jemurnya.

"Mungkin kalau Jamilah sudah menikah waktu itu, ia akan memiliki anak seusia Alexander."

Emak mengenang kejadian beberapa tahun silam, sebelum pada akhirnya Jamilah terus-terusan dilangkahi oleh ketiga adiknya. Dimana pada waktu itu, pernah ada pemuda kota yang datang membawa lamaran untuk Jamilah. Jamilah meminta waktu hanya tiga hari untuk menyakinkan hatinya, tapi selang dua hari Jamilah langsung memberikan penolakan atas lamaran pria kota tersebut. Dengan alasan satu hari setelah lamaran itu, datang seorang gadis kota yang begitu cantik dan sangat terlihat jika wanita itu dari kalangan berada menemui Jamilah. Wanita itu pun membeberkan dengan hasil testpack kalau dirinya sedang berbadan dua dan pria yang melamar Jamilah lah ayah dari calon anaknya.

"Emak masih saja mengingatnya. Itu sudah lama sekali Mak. Ini sudah kehendak Gusti Alloh. Jadi kita sabar saja, Jamilah saja tidak pernah mengeluh apa pun. Jamilah menjalani hidupnya sesuai dengan hati dan pikirannya, Insya Alloh Gusti Alloh akan mempermudah jalan Jamilah."

"Gimana Emak bisa lupa Pak, kalau dari situ awal mula anak kita menerima setiap kemalangan dalam hidupnya. Hingga para tetangga kadang memanggil Jamilah wanita pelangkah. Tapi Jamilah malah membalas mereka dengan senyuman, tapi Emak tahu pasti hati Jamilah sangat sedih Pak. Coba Bapak ingat-ingat, ada enggak saudara jauh kita yang memiliki anak laki-laki yang usia tidak jauh dari Jamilah?. Enggak apa-apa lah beda dua sampai empat tahun Mah itu masih wajar Pak."

Bapak mengangguk-angguk sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Jodoh juga harus diusahakan Pak, enggak ujuk-ujuk turun dari langit dan langsung menikahi Jamilah. Semuanya juga harus ada usahanya." Emak memasukkan kain-kain dan beberapa baju ke dalam lemari. Kembali mengintip kedekatan Jamilah dengan Alexander. Lagi-lagi Emak mengelap pipinya setelah menutup pintu.

"Iya Mak. Besok Bapak akan ke kota untuk menemui Saudara kita yang tinggal di sana, atau siapa tahu mereka memiliki kenalan yang anak bujang nya belum menikah?." Bapak menyanggupi ide Emak, karena tidak ada salahnya jika mereka berusaha membantu mencarikan jodoh untuk Jamilah.

Sementara itu di ruang tenang, Julia dan Jaka sedang menonton acara kesukaan keduanya yaitu sketsa komedi.

Jamilah berdiri, membantu menarik tangan Alexander lalu merapikan hijabnya.

"Ayo kita tidur, ini sudah malam. Besok kita harus bangun pagi."

Jamilah merapikan tempat tidur, menggelar selimut tebal di bawah ranjang, dengan satu bantal dan satu guling untuk dirinya tidur dibawah.

"Kamu tidur di atas kasur. Ibu tidur di bawah sini." Jamilah meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal kerena dari tadi ditekuknya.

Alexander hendak turun dan ingin menukar posisi mereka.

"Ibu guru Jamilah aja yang tidur di atas, biar aku yang dibawah. Ini kan tempat tidur Ibu, aku yang menumpang tidur disini."

"Tidak, kamu tetap tidur di atas. Biar Ibu yang di bawah, tidak ada bantahan ya?." Jamilah meminta Alexander untuk segera tidur. Jamilah sendiri sudah memiringkan tubuhnya menghadap ke kanan. Hingga memunggungi Alexander.

Alexander merebahkan tubuh, menghadap Jamilah yang memunggunginya. Dengan pakaian yang serba panjang dan tetap mengenakan hijab instannya. Sampai tidak terasa kedua mata Alexander yang terus menatap punggung Jamilah kini sudah terpejam dengan sempurna. Begitu juga dengan Jamilah yang sudah tertidur, hampir berbarengan.

Tiba-tiba Alexander membuka mata, ia segera melihat ke bawah dimana Jamilah masih tidur dengan posisi yang sama.

"Hampir jam dua"

Tidak lama, Alexander melihat Jamilah yang sudah duduk. Merapikan hijab lalu bangkit berdiri. Segera Alexander menutup kedua matanya, pura-pura tidur.

Alexander kembali membuka matanya sedikit, guna melihat apa yang dilakukan Jamilah setelah dari luar. Alexander mendapati Jamilah dengan mukena dan sajadahnya yang terhampar. Usai mengucapkan salam dan melantunkan dzikir, kini kedua tangan Jamilah menengadah ke atas untuk beberapa lama sampai terkahir Jamilah mengucap aamiin sambil mengusap wajah.

Merapikan kembali mukena dan sajadah lalu digantungnya lagi.

"Apa Tuhan bisa membawa Mommy kembali pada ku?." Tanya Alexander pada Jamilah yang sedang membuka salah satu buku yang sudah sering dibacanya.

Jamilah menoleh pada Alexander yang tengkurep sambil menopang dagu.

"Asal kamu memintanya dengan serius dan sepenuh hati"

Entah apa yang dipikirkan oleh Alexander saat ini, tapi Jamilah menangkap raut wajah kebahagian yang tidak bisa disembunyikan oleh anak kecil itu.

.

.

.

Pagi-pagi buta, sehabis sholat subuh. Bapak berpamitan pada Emak dan Jamilah untuk mengunjungi saudara yang ada di kota. Tanpa memberitahu Jamilah alasan yang sebenarnya.

"Bapak hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut bawa motornya." Ibu sudah membungkus beberapa keripik pisang yang dibelinya dari tetangga, sebagai buah tangan dari Bapak.

"Kalau ada apa-apa cepat kabari kami." Jamilah memberikan beberapa lembar uang pecahan 100rb pada Bapak sebagai pegangan aja untuk di jalan. Memiliki kendaraan memang harus sudah siap dengan segera resikonya. Bapak memasukkan uang tersebut kedalam dompet, lalu menaruhnya didalam saku jaket bagian depan.

"Iya Milah, Emak. Bapak jalan dulu ya. Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam...." Emak dan Jamilah menunggu di depan rumah sampai motor Bapak benar-benar tidak terlihat lagi.

"Alexander mau diantarkan pulang atau di jemput?."

"Mungkin dijemput. Tapi Milah belum tanya Emak. Entar aja Milah tanya."

Keduanya kembali masuk ke rumah. Emak langsung ke dapur dan Jamilah masuk ke kamar.

Alexander sudah duduk ditepi ranjang dengan muka bantal dan rambut yang acak-acakan.

"Di dekat rumah Ibu guru Jamilah ada enggak teman aku atau anak yang sekolah di tempat kita."

"Ada banyak, tapi mereka jarang main ke daerah sini. Mereka lebih sering main ke kampung sebelah atau lebih sering main bola di lapangan dekat sawah."

"Bisa kita melihat lapangan yang Ibu guru Jamilah bilang?."

"Bisa, tapi setelah kamu mandi dan sarapan ya."

"Ok"

.

.

.

Beberapa menit kemudian, bukan hanya Jamilah dan Alexander saja yang pergi kelapangan tapi Jaka dan Julia juga. Bedanya Jaka dan Julia menuju ke sana nya dengan berjalan kaki. Berbeda dengan Jamilah yang membonceng Alexander.

Sampai di lapangan, sudah banyak anak-anak yang wajahnya sudah dikenal Alexander. Ternyata banyak anak yang sekelas dengan dirinya.

"Ibu guru..." Anak-anak didik Jamilah mengerubungi Jamilah untuk bersalaman, kemudian mereka melanjutkan kembali bermain sepak bolanya.

Tono, Agus, Lili dan Iwan yang merupakan teman satu kelas dengan Alexander. Keempatnya mulai tidak menyukai Alexander sejak membuat ulah di sekolah saat upacara.

"Tono, Agus, Iwan, Lili, tolong ajak Alexander bermain bola bersama kalian?."

Keempatnya saling pandang, sebelum akhirnya Tono mengiyakan Alexander untuk ikut bermain.

"Tapi kami melawan mereka Ibu guru." Tunjuk Toni pada anak-anak kelas enam. Ada Musa, Wahid, Caca dan Hendra.

Jamilah tahu mereka semua anak baik jadi tidak masalah main bersama pun.

"Iya enggak apa-apa." Jawab Jamilah setelah mendapatkan persetujuan dari Alexander untuk tetap bermain bersama mereka.

"Ayo Alexander, bergabung bersama kami." Iwan menarik kencang tangan Alexander saat Jamilah tidak memperhatikan mereka. Hingga Alexander terhuyung mengenai Agus yang sudah bersiap pasang badan untuk membenturkan tubuh mereka saat beradu.

"Awwww...." Ternyata Agus menyikut juga bagian perut Alexander yang membuatnya tambah meringis. Sebab tubuhnya sendiri sedang tidak siap untuk menerima serangan apa pun.

"Kita bisa bermain cantik kan?." Bisik teman yang lainnya.

Tanpa sepengetahuan Jamilah, Alexander mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman dan Kakak kelasnya saat bermain sepak bola. Bahkan Jaka dan Julia pun tidak mengetahuinya, padahal mereka begitu dekat dengan posisi Alexander. Sementara Jamilah sendiri sedang berbincang dengan Ibu Wiwin dan Ibu Zahra.

Sudah tidak dapat menahan tubuh dari beberapa kali serangan yang dilancarkan oleh mereka. Alexander berlari ke arah Jamilah dengan tubuh sempoyongan.

"Alexander sudah main bolanya?."

Alexander hanya mengangguk dan segera minta pulang.

Jamilah berpamitan pada Ibu Wiwin dan Zahra, lantas ia segera menyalakan motor dan mengendarainya dengan pelan.

Sepintas melihat dari kaca spion, Alexander terlihat meringis dan memegang bagian perut.

Jamilah menepi di tempat yang aman, guna melihat apa yang terjadi apa Alexander.

"Kamu kenapa?." Jamilah turun dari motor sambil memegang tubuh Alexander yang akan ambruk.

Alexander menggeleng lemah. "Aku tidak bisa bermain sepak bola jadi badan ku pada sakit semuanya. Nanti sampai di rumah tolong siapkan air panas untuk berendam. Supaya cepat menghilangkan rasa sakit-sakitnya." Alexander menutupi apa yang dilakukan oleh teman-temanya itu. Entah karena alasan apa Alexander melakukan itu?.

"Iya nanti sampai rumah Ibu akan merebus air untuk mu." Jamilah kembali menaiki motor dan segera membawanya lagi.

.

.

.

Jamilah langsung saja menuangkan air panas pada baskom yang berukuran besar. Supaya muat untuk Alexander berendam.

"Air panasnya kurangnya?." Tanya Jamilah dari balik pintu kamar mandi.

"Sudah cukup Ibu guru Jamilah. Terima kasih." Jawab Alexander dari dalam. Ia merasakan sekujur badannya sakit semuanya. Ada memar pada kedua paha Alexander karena ulah Caca dan Musa yang bilangnya tidak sengaja menendang paha Alexander sebab posisi bola yang sedang diperebutkan.

"Apa Ibu guru Jamilah akan mempercayai ku kalau aku katakan yang sebenarnya tentang mereka saat tadi bermain bola?. Mengingat Ibu guru Jamilah mengatakan pada ku mereka adalah anak-anak yang baik." Gumam Alexander lirih.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

waduh kena bully yah si Alex ternyata

2024-04-29

1

Oma Komariah

Oma Komariah

aku suka ceritanya..

2024-01-25

2

Yani

Yani

Alexsander kenapa ga cerita na !

2023-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Wanita Pelangkah
2 Bab 2 Wanita Pelangkah
3 Bab 3 Wanita Pelangkah
4 Bab 4 Wanita Pelangkah
5 Bab 5 Wanita Pelangkah
6 Bab 6 Wanita Pelangkah
7 Bab 7 Wanita Pelangkah
8 Bab 8 Wanita Pelangkah
9 Bab 9 Wanita Pelangkah
10 Bab 10 Wanita Pelangkah
11 Bab 11 Wanita Pelangkah
12 Bab 12 Wanita Pelangkah
13 Bab 13 Wanita Pelangkah
14 Bab 14 Wanita Pelangkah
15 Bab 15 Wanita Pelangkah
16 Bab 16 Wanita Pelangkah
17 Bab 17 Wanita Pelangkah
18 Bab 18 Wanita Pelangkah
19 Bab 19 Wanita Pelangkah
20 Bab 20 Wanita Pelangkah
21 Bab 21 Wanita Pelangkah
22 Bab 22 Wanita Pelangkah
23 Bab 23 Wanita Pelangkah
24 Bab 24 Wanita Pelangkah
25 Bab 25 Wanita Pelangkah
26 Bab 26 Wanita Pelangkah
27 Bab 27 Wanita Pelangkah
28 Bab 28 Wanita Pelangkah
29 Bab 29 Wanita Pelangkah
30 Bab 30 Wanita Pelangkah
31 Bab 31 Wanita Pelangkah
32 Bab 32 Wanita Pelangkah
33 Bab 33 Wanita Pelangkah
34 Bab 34 Wanita Pelangkah
35 Bab 35 Wanita Pelangkah
36 Bab 36 Wanita Pelangkah
37 Bab 37 Wanita Pelangkah
38 Bab 38 Wanita Pelangkah
39 Bab 39 Wanita Pelangkah
40 Bab 40 Wanita Pelangkah
41 Bab 41 Wanita Pelangkah
42 Bab 42 Wanita Pelangkah
43 Bab 43 Wanita Pelangkah
44 Bab 44 Wanita Pelangkah
45 Bab 45 Wanita Pelangkah.
46 Bab 46 Wanita Pelangkah
47 Bab 47 Wanita Pelangkah
48 Bab 48 Wanita Pelangkah
49 Bab 49 Wanita Pelangkah
50 Bab 50 Wanita Pelangkah
51 Bab 51 Wanita Pelangkah
52 Bab 52 Wanita Pelangkah
53 Bab 53 Wanita Pelangkah
54 Bab 54 Wanita Pelangkah
55 Bab 55 Wanita Pelangkah
56 Bab 56 Wanita Pelangkah
57 Bab 57 Wanita Pelangkah
58 Bab 58 Wanita Pelangkah
59 Bab 59 Wanita Pelangkah
60 Bab 60 Wanita Pelangkah
61 Bab 61 Wanita Pelangkah
62 Bab 62 Wanita Pelangkah
63 Bab 63 Wanita Pelangkah
64 Bab 64 Wanita Pelangkah
65 Bab 65 Wanita Pelangkah
66 Bab 66 Wanita Pelangkah
67 Bab 67 Wanita Pelangkah
68 Bab 68 Wanita Pelangkah
69 Bab 69 Wanita Pelangkah
70 Bab 70 Wanita Pelangkah
71 Bab 71 Wanita Pelangkah
72 Bab 72 Wanita Pelangkah
73 Bab 73 Wanita Pelangkah
74 Bab 74 Wanita Pelangkah
75 Bab 75 Wanita Pelangkah
76 Bab 76. Wanita Pekangkah
77 Bab 77 Wanita Pelangkah
78 Bab 78 Wanita Pelangkah
79 Bab 79 Wanita Pelangkah
80 Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81 Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82 Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83 Promo Novel baru David dan Soleha
84 Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85 Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86 Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87 Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88 Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89 Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90 Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91 Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92 Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93 Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94 Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95 Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96 Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97 Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98 Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99 Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100 Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101 Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102 Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103 Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104 Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 Wanita Pelangkah
2
Bab 2 Wanita Pelangkah
3
Bab 3 Wanita Pelangkah
4
Bab 4 Wanita Pelangkah
5
Bab 5 Wanita Pelangkah
6
Bab 6 Wanita Pelangkah
7
Bab 7 Wanita Pelangkah
8
Bab 8 Wanita Pelangkah
9
Bab 9 Wanita Pelangkah
10
Bab 10 Wanita Pelangkah
11
Bab 11 Wanita Pelangkah
12
Bab 12 Wanita Pelangkah
13
Bab 13 Wanita Pelangkah
14
Bab 14 Wanita Pelangkah
15
Bab 15 Wanita Pelangkah
16
Bab 16 Wanita Pelangkah
17
Bab 17 Wanita Pelangkah
18
Bab 18 Wanita Pelangkah
19
Bab 19 Wanita Pelangkah
20
Bab 20 Wanita Pelangkah
21
Bab 21 Wanita Pelangkah
22
Bab 22 Wanita Pelangkah
23
Bab 23 Wanita Pelangkah
24
Bab 24 Wanita Pelangkah
25
Bab 25 Wanita Pelangkah
26
Bab 26 Wanita Pelangkah
27
Bab 27 Wanita Pelangkah
28
Bab 28 Wanita Pelangkah
29
Bab 29 Wanita Pelangkah
30
Bab 30 Wanita Pelangkah
31
Bab 31 Wanita Pelangkah
32
Bab 32 Wanita Pelangkah
33
Bab 33 Wanita Pelangkah
34
Bab 34 Wanita Pelangkah
35
Bab 35 Wanita Pelangkah
36
Bab 36 Wanita Pelangkah
37
Bab 37 Wanita Pelangkah
38
Bab 38 Wanita Pelangkah
39
Bab 39 Wanita Pelangkah
40
Bab 40 Wanita Pelangkah
41
Bab 41 Wanita Pelangkah
42
Bab 42 Wanita Pelangkah
43
Bab 43 Wanita Pelangkah
44
Bab 44 Wanita Pelangkah
45
Bab 45 Wanita Pelangkah.
46
Bab 46 Wanita Pelangkah
47
Bab 47 Wanita Pelangkah
48
Bab 48 Wanita Pelangkah
49
Bab 49 Wanita Pelangkah
50
Bab 50 Wanita Pelangkah
51
Bab 51 Wanita Pelangkah
52
Bab 52 Wanita Pelangkah
53
Bab 53 Wanita Pelangkah
54
Bab 54 Wanita Pelangkah
55
Bab 55 Wanita Pelangkah
56
Bab 56 Wanita Pelangkah
57
Bab 57 Wanita Pelangkah
58
Bab 58 Wanita Pelangkah
59
Bab 59 Wanita Pelangkah
60
Bab 60 Wanita Pelangkah
61
Bab 61 Wanita Pelangkah
62
Bab 62 Wanita Pelangkah
63
Bab 63 Wanita Pelangkah
64
Bab 64 Wanita Pelangkah
65
Bab 65 Wanita Pelangkah
66
Bab 66 Wanita Pelangkah
67
Bab 67 Wanita Pelangkah
68
Bab 68 Wanita Pelangkah
69
Bab 69 Wanita Pelangkah
70
Bab 70 Wanita Pelangkah
71
Bab 71 Wanita Pelangkah
72
Bab 72 Wanita Pelangkah
73
Bab 73 Wanita Pelangkah
74
Bab 74 Wanita Pelangkah
75
Bab 75 Wanita Pelangkah
76
Bab 76. Wanita Pekangkah
77
Bab 77 Wanita Pelangkah
78
Bab 78 Wanita Pelangkah
79
Bab 79 Wanita Pelangkah
80
Bab 80 Wanita Pelangkah (Tamat)
81
Promo Novel baru Pernikahan Rahasia
82
Promo Novel baru Sebuah Pilihan
83
Promo Novel baru David dan Soleha
84
Bab 1 Season 2 : Wanita Pelangkah
85
Bab 2 Season 2 : Wanita Pelangkah
86
Bab 3 Season 2 : Wanita Pelangkah
87
Bab 4 Season 2 : Wanita Pelangkah
88
Bab 5 Season 2 : Wanita Pelangkah
89
Bab 6 Season 2 : Wanita Pelangkah
90
Bab 7 Season 2 : Wanita Pelangkah
91
Bab 8 Season 2 : Wanita Pelangkah
92
Bab 9 Season 2 : Wanita Pelangkah
93
Bab 10 Season 2 : Wanita Pelangkah
94
Bab 11 Season 2 : Wanita Pelangkah
95
Bab 12 Season 2 : Wanita Pelangkah
96
Bab 13 Season 2 : Wanita Pelangkah
97
Bab 14 Season 2 : Wanita Pelangkah
98
Bab 15 Season 2 : Wanita Pelangkah
99
Bab 16 Season 2 : Wanita Pelangkah
100
Bab 17 Season 2 : Wanita Pelangkah
101
Bab 18 Season 2 : Wanita Pelangkah
102
Bab 19 Season 2 : Wanita Pelangkah
103
Bab 20 Seosan 2 : Wanita Pelangkah
104
Promosi Novel Baru "Lala, Si OB Lugu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!