Bab 6. Restaurant Pinggir Sawah 2

Sampai di lantai dua, ternyata suasananya lebih tenang disana, selayaknya tempat makan, banyak pula pengunjung yang sedang makan disana, sekilas melihat menu yang mereka makan adalah menu Spagetty, namun Pak Samsul heran dengan cara mereka makan, mereka tanpa menggunakan alat makan seperti sendok atau garpu, ataupun menggunakan tangan langsung seperti yang Rasulullah ajarkan tapi langsung menggunakan mulut mereka mengambil makanan dari piring, seperti binatang, Pak Samsul bergidik melihatnya. Riana pun menarik tangan Pak Samsul untuk menaiki tangga lagi yang ternyata menuju ke rooftop yaitu bagian atas bangunan, tidak ada atap disini dan ada beberapa meja, Riana mengajak Pak Samsul untuk duduk di salah satu meja yang ada, pemandangannya sangat indah karna bisa langsung melihat langit diatas dengan berjuta-juta bintang bertaburan, bulan sedang bulat sempurna diatas dan sedang terang bulan.

Seorang lelaki tampan menghampiri meja mereka dan menyapa Riana. "Hai Riana, lama gak kesini !!" sambil bermain mata pada Riana, penampilannya sangat casual, beda dengan pengunjung dilantai bawah, lelaki ini penampilannya lebih santai dengan baju kaos dan celana 3/4, wajahnya mirip artis Korea. "Han...!!!" Riana bangkit dan merekapun berpelukan, Pak Samsul hanya melongo melihat keintiman mereka. "Siapa dia, mangsa baru ya.. ?" tanya lelaki yang bernama Han itu menunjuk pada Pak Samsul. "Tutup mulutmu Han ! dia bapak ku" sambil tersenyum pada Pak Samsul Han melambaikan tangannya, Pak Samsul hanya membalas dengan senyuman.

'Maksudnya apa lelaki itu berkata mangsa, apa Riana ini bukan wanita baik-baik' . Pikir pak Samsul, mengingat gelagat Riana yang sedari tadi menggandeng tangan Pak Samsul tanpa malu, Pak Samsul jadi yakin dan ilfiel sendiri. 'Aku harus menjaga jarak dengan wanita ini, aku takut ini menjadi fitnah' pikir Pak Samsul.

Tak lama kemudian setelah kepergian Han dari meja mereka, datang seorang pelayan membawa makanan berupa daging, seperti daging ayam yang dimasak utuh tanpa dipotong-potong berukuran besar, jika dilihat porsinya itu seperti untuk tiga sampai empat orang, karna ukurannya sangat jumbo, entah dimasak apa daging itu, warnanya kemerahan, mungkin itu yang dinamakan ayam pedas batin Pak Samsul.

Tapi tak lama kemudian Riana langsung saja melahap daging itu dengan rakusnya, seperti tidak makan selama satu minggu, Pak Samsul sampai bergidik lihat porsi makan Riana. 'Ya ampun.. anak ini makannya rakus sekali, apa dia lupa baca doa sebelum makan ck ck' Batin Pak Samsul, tak butuh waktu lama daging itupun telah habis, begitukah cara orang-orang disini jika makan? Pikir Pak Samsul mengingat dia melihat ada beberapa orang dilantai bawah yang makan seperti binatang, walau Riana tak seekstrim itu, tapi tetap saja menghabiskan makanan besar itu sendirian dengan waktu yang singkat bagi Pak Samsul adalah suatu yang tak wajar.

Setelah menghabiskan makanannya Riana langsung berdiri dan mengajak Pak Samsul untuk pergi. "Ya sudah Pak, ayo turun!" ajak Riana, dia sudah mau melingkarkan tangannya lagi ke tangan Pak Samsul, namun segera Pak Samsul menghindar dengan sopan "Tolong jangan menggandeng tangan bapak, bagaimnapun bapak sudah punya istri dan anak, takut jadi fitnah!" kata Pak Samsul sambil menangkupkan tangan di depan dada, mendenga itu Riana menjadi salting sendiri, akhirnya Riana membiarkan Pak Samsul berjalan menuruni tangga mendahului Riana, Riana pun diam seribu bahasa selama keluar dari restaurant.