3. Keputusan.

"Baiklaah.. aku mengerti dan aku tidak sekolot itu. Besok pagi akad nikah di laksanakan. " Kata Sultan Praja.

"Matur sembah nuwun Kanjeng Sultan."

-_-_-_-

"Dinda Tanjung Karang, Kangmas sowan mriki kanthi niyat ingkang sae. Menapa Dinda kersa mbebaturi Kangmas urip kaya swarga?" ( Dinda Tanjung Karang, Kangmas datang kesini dengan niat baik. Apa Dinda bersedia menemani hidup Kangmas sehidup sesurga? )

Kanjeng Romo melirik putrinya yang sepertinya mempunyai niat untuk membangkang.

"Kangmas Riung Saprang Pawilangan.. Dinda mau menerima pinangan Kangmas." Jawab Iyang.

"Alhamdulillah..!!"

:

"Iisshh sok ganteng banget sih." Bola mata Iyang berputar malas melihat Bang Wilang yang masih stay cool menyantap hidangan yang ada di pendopo.

"Apa kau ini cantik? Mau wajahmu kau dandani bagai kue mochi sekalipun saya tidak tertarik, kalau tidak karena Bunda yang ingin saya menikah, mana mau saya menikah sama kamu." Kata Bang Wilang.

"Tinggal batalkan saja apa susahnya."

"Enak saja main batal, saya jauh datang kesini bukan untuk jadi anak yang pembangkang menolak permintaan orang tua." Jawab Bang Wilang.

"Ya sudah terserah, pokoknya setelah menikah jangan pernah minta anak."

"Apa katamu?? Saya mengucap akad nikah itu taruhannya nyawa lalu sekarang kamu mau bilang 'jangan pernah minta anak', kamu gila. Anak kita minimal tiga..!!!!!" Ucap tegas Bang Wilang.

"Nggak. Pokoknya nggak mau.. nggak mau.. nggak mauuuu..!!!!" Pekik Iyang.

Bang Wilang semakin menyeringai nakal. "Hhkk.. hhhkkk.. Kangmaaaass.. Dinda ngidam" ucap Bang Wilang bernada manja menggoda Iyang.

"Iiihh.. apa sih Mas. Jijik banget..!!!!!"

"Hahahahaha..." Tawa Bang Wilang pun terdengar sampai di dalam ruangan.

"Ternyata putra putri kita akur sekali ya." Kata Kanjeng Sultan Praja.

"Injih Kangmas."

"Ribut apa Yah? Itu si nona muda nggak mau punya anak dari Bang Wilang padahal Bang Wilang pengen tiga anak." Sambar Bang Larung menghentikan ucap kedua tetua.

"Opooo??? Nggak mau anak???" Kanjeng Sultan Praja menjadi gusar mendengarnya. "Mbok.. tolong siapkan kupu tarung untuk ndoro ayu sama macan rembang untuk Raden mas..!!" Perintah Kanjeng Sultan Praja.

"Injih Kanjeng."

"Kangmas, apa tidak berlebihan? Ku jamin putraku sanggup. Lain kali saja. Kujamin ndoro ayu saja yang ada di sampingnya sudah cukup membuat perkakasnya kebakaran." Bujuk ayah Risang.

"Nuwun Sewu Kanjeng Sultan, kalau boleh macan rembang nya buat saya saja..!!" Pinta Bang Larung.

Ayah Risang secepatnya menepak belakang kepala putra keduanya. "Buat apa bujangan minum macan rembang?? Mau tawuran sama siapa kamu???"

"Otewe aquarium kembang joyo Yah." Jawab Bang Larung sengaja menggoda sang Ayah.

"Matamuu.. Cepat cari jodoh. Awas kamu ya..!!" Terlihat ancaman Ayah Risang tidak main-main.

Bunda Ratih sedikit terhuyung, beliau sampai bersandar di bahu Ayah Risang.

"Kenapa Bun? Masih pusing ya?" Tanya Ayah Risang.

"Yah, bunda benar-benar hamil." Bisik Bunda Ratih.

"Astagfirullah.. Lailaha Illallah.. kok bisa Bun????" Ayah Risang balik berbisik.

"Anak-anak jangan sampai tau yah. Maluu..!!"

"Iyaa.. iyaaa.. Masa mau balapan sama cucu??" Gumam Ayah Risang.

"Ada apa Dimas?" Tanya Kanjeng Sultan Praja penasaran karena kedua calon besannya berkasak kusuk.

"Nggak apa-apa Kangmas. Dinda Ratih sedang tidak enak badan sejak semalam. Mungkin stress karena masalah pernikahan Wilang dan Iyang." Ayah Risang masih memberi alasan yang masuk akal.

"Saya paham Dimas, setelah ini segera istirahat saja. Nanti malam kami hanya akan mengadakan do'a sederhana bersama warga dan para abdi dalem kemudian besok sore lanjut Akad nikah." Jawab Kanjeng Sultan Praja. "Hmm.. begini Dimas, seperti yang kita ketahui bahwa kesultanan menginginkan kain putih sebagai simbol maka untuk hematnya akad nikah itu di laksanakan sore hari sana agar mereka bisa langsung melaksanakannya baru keesokan harinya Raden mas Pawilangan bisa membawa ndoro ayu saya pergi dari kesultanan."

Ayah Risang terdiam sejenak, mungkin pikiran nya terbayang masa lalu. Tapi ternyata Bang Wilang lebih dulu bereaksi daripadanya.

"Nuwun Sewu Kanjeng Sultan.. tanpa mengurangi rasa hormat.. masalah tersebut sangatlah pribadi dan sakral yang tidak patut di perlihatkan pada khalayak. Memang mungkin benar kain putih itu menjadi simbol kebanggaan tapi itu berarti membuka aib kamar. Kepercayaan saya mengajarkan untuk menutup rapat masalah x, masa kita akan terus melanggarnya. Kebanggaan itu hanya milik laki-laki dalam hal ini suami. Kesucian seorang wanita bukan berasal dari sela paha, tapi dari hatinya."

"Kalau Iyang memang tidak pernah tidur dengan laki-laki maka tidak ada yang perlu di takutkan." Kata Sultan Praja yang berarti apapun itu, segalanya harus terlaksana.

Ayah Risang pun menarik tangan putranya untuk duduk kembali. "Tekan amarahmu disini..!! Kalau tidak, istrimu yang akan menjadi korban" kata Ayah Risang.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

waaahh dapat rezeki lagi papah risang...anakke wes bujang wes arep rabi mah saingan...😀😀😀😀

2023-10-05

0

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Ehhh???? teryata Ayah dan Bunda masih produktif🤭

2023-03-07

1

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Iiiissshhh... Mas Larung tibakno dolane wes tekan adoh🤭🤣✌️

2023-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!