Bertemu Kara

...~Happy Reading~...

Setelah pergi ke salon untuk keramas dan berbincang sedikit dengan Audi. Ryana pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke toko kue milik mom Nasya guna bertemu dengan saudara ipar nya.

Ya, Kara. Setelah beberapa tahun dirinya mengalami lupa ingatan. Kini akhirnya ia sudah mengingat bahwa ia memiliki saudara ipar yang seumuran dengan nya.

Dan betapa terkejut nya dia saat melihat perubahan tubuh Kara yang ternyata kini tengah berbadan dua.

“Halo!” sapa Kara melambaikan tangan nya saat sudah berada di hadapan Ryana.

“Hah, iya halo Ra, duduk. Iya silahkan duduk,” ujar Ryana sedikit gugup karena terkejut.

“Akhirnya kamu sudah sembuh ya Na, sumpah aku lega banget karena pada akhirnya kakak ku satu itu tidak jadi duda ababil lagi. Selamat atas kembalinya ingatan kamu,” ucap kara memekik bahagia seraya mengulurkan tangan nya untuk memberikan selamat.

“Terimakasih,” Ryana membalas uluran tangan Kara, dengan sedikit canggung, “K—kamu hamil? Berapa bulan?”

“Iya, sudah menginjak tujuh bulan,” jawab Kara kembali tersenyum, “Tapi single,” imbuh nya sedikit kecewa.

Ya, tidak sepenuhnya kecewa, hanya saja Kara dan Angkasa sempat mengira bahwa kandungan nya akan double atau bahkan triple seperti Raka dan Ryana. Namun ternyata takdir tidak berpihak padanya, ia diberikan janin single alias satu saja.

“Single, double, bahkan triple sekalipun, harus tetap bersyukur. Karena itu pemberian dan rejeki, kalian masih muda. Setelah ini lahir, kalian bisa program lagi,” ucap Ryana mencoba memberikan kata kata bijak, walau sebenarnya dalam hati sangat bergejolak ingin menangis.

Dulu, perut nya juga besar karena berisi tiga janin. Namun karena kecerobohan nya yang tidak hati hati dan adanya unsur kesengajaan dari seseorang, ia kehilangan calon anak anak nya.

Tanpa sadar, Ryana sampai mengusap perut datar nya di bawah meja. Sungguh, bila boleh jujur ia sangat merindukan saat saat dimana dirinya hamil dulu.

Akan tetapi, rasanya itu akan lebih sulit untuk terulang lagi, membuat hatinya kian terasa begitu sakit.

“Hahaha iya kamu benar Na. Mumpung masih muda, jadi bisa segera program lagi. Enw, kapan kamu dan Raka program lagi? Kesehatan kamu sudah sangat membaik, jadi seharusnya sudah bisa segera program kan?” tanya Kara sedikit menggoda saudara ipar nya hingga membuat Ryana seketika ingin tersedak.

“A—aku ... “

“Ryana, kamu tahu kelakuan suami kamu itu saat gak ada kamu? Ckckck, selalu menyusahkan aku, aku sellau di tindas sama dia, bahkan satu hal lagi yang harus kamu tahu, dia sekarang jadi pecandu—“

“Raka memakai narkoba?” tanya Ryana langsung membulatkan matanya dengan sempurna sambil menutup mulut nya saat mendengar pernyataan dari Kara.

“Iks bukan narkoba!” Kara langsung menghela napas nya dengan berat, “Tapi rokok dan minum. Dan aku takut kalau sampai dia merembet ke narkoba juga atau bahkan sexx bebas. Astaga Na, sumpah aku takut banget, tapi syukurlah kamu sudah pulang dan kamu sudah mengingat semuanya. Jadi sekarang aku sudah tidak khawatir lagi,” jelas Kara panjang lebar tanpa bisa berpikir panjang.

“S—sexx bebas?” gumam Ryana pelan, mencoba mencerna apa yang di katakan oleh Kara.

“Laki laki umum nya begitu Na, pertama rokok, terus mabuk, sering clubing terus kenal cewek, puas terus sambung ke narkoba. Iks serem deh pokok nya sekarang, dan juga ya, ka—“ ucap Kara seketika langsung terhenti dengan tiba tiba.

“Ka, apa Ra?” tanya Ryana mengerutkan dahi nya menatap wajah Kara yang terlihat terkejut.

“I—itu suami kamu bukan Na?” tanya Kara masih terus menatap ke belakang Ryana, dimana di luar sana ia melihat saudara kembar nya tengah bersama seseorang.

Deg!

Benar, itu adalah Raka, suami Ryana. Hanya saja, laki laki itu tengah bersama siapa? Batin Ryana.

Apakah itu kekasih Raka? Secepat itukah laki laki itu menemukan pengganti dirinya? Pantas saja, sejak saat itu Raka sudah tidak pernah menghubungi nya lagi apalagi menemui nya.

...~To be continue .......

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***