Yolanda Menghilang

Sore hari sekitar jam setengah 4

Saat itu Yola baru saja mengantarkan Imelda. Lalu dia pergi ke Pantai untuk nyantai. Sengaja, tidak mengajak Imelda atau Dimas. Karena dia tahu merekapun punya urusanya sendiri. Dan dia juga tidak mau membebani mereka.

Ketika dia sudah memarkirkan motornya. Dia berjalan ke arah Pantai. Lalu tidak sengaja bertemu dengan Revan yang sepertinya sedang terburu-buru. Tubuh mereka bertabrakan. Mereka saling meminta maaf. Untungnya saat itu Yolanda sudah menggunakan make upnya. Sehingga, kecantikanya tertutupi. Paras Revan yang hampir sebelas dua belas dengan Rei membuat dirinya menatap Revan sebentar.

"Maaf. Nama kamu siapa ya? Sepertinya saya sempet lihat kamu dikolam renang tadi?" tanya Revan tersenyum membuyarkan tatapanya.

"Oh hehe. Nama saya Yolanda. Kamu bener lihat saya tadi? Terus nama kamu siapa?"

"Benar, tadi saya lihat kamu waktu diparkiran. Saya Revan."

"Ooooh Revan. Maafya tapi tadi saya gak lihat kamu. Oh iya Kamu pakai kemeja dasi, kenapa ada disini?" tanya Yolanda polos.

"Ini salahsatu tempat yang cocok, untuk orang yang lagi kesepian."

"Hehe. Benar juga yah."

"Kok minggu pakaianya kantoran, kenapa?"

"Meeting mendadak tadi pagi."

"Oh gitu."

"Ya. Boleh saya tebak?"

"Tebak apa?"

"Sepertinya kamu wanita yang sangat cantik. Hanya saja punya visi, dengan misi merubah penampilan kamu?"

Nb: Visi itu tujuan. Sedangkan Misi, jalan atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.

"Dan masalalu menjadi alasanya hehe."

"Oh. Apa kamu masih sekolah?"

"Ya saya kuliah."

"Tinggal dimana?"

"Jaktim, sama suami."

Revan terkejut.

"Udah punya suami harusnya dirumah. Urusin suaminya. Kenapa malah kesini?"

"Haha. Ceritanya panjang."

Pagi harinya diKampus.

Dimas dan Imelda sudah berada diruang kelas. Mereka menunggu kedatangan Rei. Karena saat itu bagian pelajaranya.

"Mel? Si Yola masih belum bisa dihubungi?"

"Belum."

"Apa kita tanya Pak Ricard ya? Mungkin dia sakit."

"Kita coba tanyain nanti ya."

"Hey? Ngobrolin apa? Serius amat." tanya Devan yang tiba-tiba menepuk pundak Imelda.

"Ih kamu ngagetin. Si Yola gak bisa dihubungi" Imelda kesal.

"Tanya suaminya aja kenapa sih? Riweh amat ngurusin tuh anak."

"Iya nanti juga mau." ucap Dimas yang menatap layar hpnya.

Dreet dreet

Hp bergetar milik Rei.

Saat itu, dia sedang menenteng tas laptopnya untuk masuk ke kelas. Kemudian masuk ke kelas. Seperti biasa. Para Mahasiswa menyambutnya. Lalu dia duduk dan membuka laptopnya. Sembari nunggu laptopnya loading. Dia melihat hpnya yang tadi bergetar. Disana terlihar chat masuk dari Dimas.

"Selamat pagi.

Pak, apa Yola ada dirumah? Dari kemarin hpnya gak bisa dihubungi. Sekarang gak masuk kelas."

Rei lalu melirik ke kursi Yolanda. Benar saja bangku itu kosong. Namun Rei masih saja cuek. Tidak terlihat shok atau gimana. Dia membalas pesan Dimas.

"Saya belum bertemu denganya. Terakhir bertemu kemarin pagi. Dia minta izin untuk pergi bersama Imel." Balas Rei.

Chat hanya di intip oleh Dimas.

Dikantor Revan "PT Raffertyson Investama"

Saat itu terlihat Revan yang sedang menatap layar laptopnya. Seperti mengecek sesuatu. Karena dia sedang menyamakan isi dari sebuah dokumen yang dibawa oleh seorang wanita cantik berpakaian formal dan seorang laki-laki bersetelan jas. Tidak lama kemudian hpnya berbunyi.

Trut trut trut

Dihpnya terlihat nama "Pak David CEO"

"Papah? Kenapa dia menelpon?" tanya Revan dalam hatinya. Yang sesekali melirik kedua orang yang ada didepannya.

Telpon belum diangkat

"Pak maaf, telponnya gak diangkat?" tanya Seorang wanita.

"Ini mau. Tunggu sebentar ya." ucap Revan kepada mereka berdua.

Revan berdiri dan sedikit menjauh dari mereka.

"Hallo pak?"

"Pak? Memangnya papa ini siapa kamu?" tanya David disebrang.

"Saya masih ditunggu karyawan pak. Lagi menyamakan data."

"Oh lagi ada orang. Yasudah. Nanti jam makan siang, tolong kamu ke panti ya. Temuin mama kamu."

"Iya pak."

Dipanti Asuhan

Terlihat Yolanda yang baru saja selesai membantu Karina memasak. Sambil mencuci piring Karina mencoba mengajak ngobrol Yolanda.

"Yola, udah lama kenal sama Revan?"

"Baru kemarin tante, kalau tante?"

"Sudah. Dia anak yang sangat baik dan tanggungjawab. Tetapi,?" Tidak melanjutkan perkataanya.

"Kenapa tan?"

"Kamu tahu gak? Orang yang diajak Revan kesini. Berarti dia orang yang dipercaya sama Revan."

"Berarti aku dipercaya tan?"

"Iya. Sebenarnya Revan sudah mau menikah. Tapi calon istrinya meninggal. Tepat. Seminggu sebelum pernikahanya."

"Kalau boleh tahu, meninggalnya kenapa?"

"Nanti tante kasih tahu ya. Sekarang, tante minta tolong dulu. Kamu cek ke ruang bayi ya! Biar tante yang beresin bekas masaknya."

Yola pun mengiyakan perintah Karina dan pergi ke ruang bayi.

Disana, terlihat banyak sekali bayi yang sangat lucu-lucu, dan usia merek kebanyakan diatas usia tiga bulan.

Saat Yola menggendong bayi laki-laki yang sedang menangis. Dia mengingat akan pernikahanya dengan Ricard. Baru sehari tidak bertemu dan tidak melihat hpnya. Dia sudah sangat menggebu-gebu ingin bertemu denganya.

"Bayinya sangat lucu. Hanya mimpi kali, untuk aku bisa memilikinya." batin Yolanda merasa sedih.

Dikampus

Semua orang pada keluar kelas untuk beristirahat. Kecuali, Dimas. Dia menghampiri Rei yang baru saja menutup laptopnya.

"Punya waktu sebentar?"

"Tentu."

"Apa tidak mengkhawatirkan Yola?"

"Nggak. Biasa saja."

"Terus bagaimana dengan kasusnya?"

"Laura punya kakak laki-laki. Dia bekerja dikantor Revan."

"Apa kita akan mencari tahu tentang Revan darinya?"

"Ya. Tapi tidak sekarang."

"Saya akan beusaha cari Yola. Semoga ketemu."

"Ya semoga dia pulang."

"Apa bapak mulai mencintainya?"

Rei berdecih.

"Belum sama sekali. Saya masih mengingat mantan saya. Belum bisa melupakanya."

"Hem. Berusahalah mencintainya, kalau tidak mau ada perceraian."

"Hem. Kamu sudah pandai menasehati saya."

"Tentu lah. Saya sudah menganggap bapa itu abang saya."

Rei hanya tertawa dan berdiri mengajak Dimas keluar.

Jam 13:15 WIB Dipanti Asuhan

Yola yang sedang terdiam melamun, sambil mnghadap keluar jendela diruang bayi.

Disisi lain, Revan yg baru saja datang membawa banyak makanan dan mainan. Dia langsung bertemu dengan Karina.

"Mama?" panggil Revan.

"Revan? Kamu kesini kenapa gak bilang-bilang?" tanya Karina yang sedang mengajak main anak-anak.

Mereka saling bertukar kabar dan membagikan makanan dan mainan ke anak-anak.

15 menit kemudian, Revan menanyakan keberadaan Yolanda. Karina memberitahukan bahwa Yolanda sedang ada diruangan bayi. Yolanda yang masih melamun, mengingat kejadian saat dia melihat Laura memeluk Rei pun, sangat terkaget saat suara seseorang memanggilnya.

"Yolanda?"

Spontan dia berbalik badan.

"Pak Revan?"

Revan dan Yolanda sama-sama kaget. Yolanda yang saat itu tidak memakai make up sangat terkejut. Begitupun dengan Revan yang sangat terpesona karena kecantikan Yolanda. Mereka berdua saling menatap, hingga ada suara tangisan bayi yang menangis.

"Maaf." ucap Revan

"Tidak apa-apa." Yola merasa malu.

Lalu menggendong dan memberikan susu kepada bayi yang menangis. Sedangkan Revan, dia hanya duduk santai sambil mengajak ngobrol Yolanda.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!