Apa Karena Aku Janda?

Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada dimobil. Selama didalam mobil mereka tidak pernah mengobrol. Yola selalu menatap kaca pintu mobil. Sedangkan Rei selalu fokus menyetir.

Tiap hari mereka berangkat bareng ke kampus. Namun, Yola selalu berhenti diterminal. Yang kemudian meneruskan perjalanan ke kampusnya memakai angkot. Rei menyuruhnya untuk membawa mobil sendiri tetapi dia selalu menolak. Dia lebih suka janjian untuk berangkat bareng sahabatnya. Yaitu, Dimas dan Imelda.

Saat Yola turun dari mobil, kedua sahabatnya itu terlihat sedang duduk di warung kopi pinggir jalan dekat terminal tersebut. Dia buru-buru mengucapkan salam kepada Rei. Yang kemudian Rei menjawabnya dan langsung melajukan mobilnya.

Mereka tidak pernah berangkat bareng ke kampus karena menyembunyikan identitasnya sebagai pasutri. Yang tahu hanya kedua sahabatnya itu dan salahsatu Mahasiswa yang menjadi pacarnya Imelda.

Dimas laki-laki berwajah tampan. Hanya saja penampilanya selalu culun. Pakaian dimasukan kedalam, pakai kacamata minus 4, dan berjalan selalu menunduk.

Sedangkan Imelda wajahnya cantik dan badanya sedikit gemuk. Penampilanya selalu memakai celana yang memperlihatkan lekuk kakinya. Tapi bajunya selalu sebetis dan rambutnya selalu dikuncir satu.

Karena melihat Yola yang sudah datang. Imel yang super bawel teriak-teriak menyapa Yola sambil melambaikan tangan. Kemudian Yola dan Imel saling merangkul. Sedangkan Dimas langsung buru-buru berdiri dan memberhentikan angkot. Merekanpun berangkat.

Seperti biasa mereka selalu ngobrol-ngobrol didalam mobil sampai digerbang kampus.

Sesampainya dikampus. Yola tidak pernah menghubungi Rei. Mereka selalu sibuk dengan kegiatanya masing-masing. Kalau mereka berpapasan pun Rei hanya memalingkan wajah. Dan Yola hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.

Dikampus

"Eh, tuh cewek gak ada malunya. Di make up tebel banget kaya ondel-ondel"

"Pas banget sama bajunya tuh, kegedean."

"Dia kenapa ya kaya gitu? Dia anak biologi kan?"

"Gak tahu. Dari awal masuk dia emang kaya gitu. Tapi dia cerdas loh. Terkenal juga dikampus"

"Benar. Dia emang cerdas. Tapi kasihan ya, dia selalu jadi perundungan dikelasnya."

"Coba dia ubah penampilannya."

Para Mahasiswi berbisik-bisik membicarakannya. Tapi, itu adalah makanan dia sehari-hari. Yola tidak pernah menggubrisnya. Setiap, ada yang menghinanya Yola selalu sabar. Dan selalu menghindar.

"Haduh tuh orang. Gak ada bosannya tiap haru ngegibah ya." ucap Imel.

"Biarkan saja. Suka-suka mereka mel. Ayo!" ajak Yola.

"Ayoo. Oh iya. Yola? Kamu masih pisah kamar sama Pak Rei?" bisik Imelda.

"Iya mel,"

"Sampai kapan? Memangnya kalian belum saling mencintai gitu?"

"Aku sih mulai baper. Hahhaa. Tapi gak tahu dengan dia. Mungkin tidak akan pernah kali. Apalagi tiap melihat penampilanku dia terlihat seperti jijik." Yola menunduk.

"Akan ada waktunya. Sabar terus ya!" Imel memeluknya.

"Iya sabar terus Yola! !" ucap Dimas yang selalu membuntuti mereka dan mendengar pembicaraanya. Karena dia hanya bisa nguping. Jarang sekali diajak ngobrol.

"Yeehhhhhh" ucap Yola dan Imel menengok ke belakang.

Masih di Kampus

Hari itu Rei mengajar jam keduanya dikelas Yola. Imelda dan Dimas saat itu duduk bersebelahan dibarisan ketiga. Sedangkan Yola ada dibarisan kedua.

Ilustrasi Reicard Putra Alexandar

Saat Rei masuk ke kelasnya. Yola hanya meliriknya dan cuek. Begitupun dengan Rei yang hanya meliriknya kemudian langsung duduk dan membuka Laptopnya.

Saat Rei akan memulai pelajaran. Tiba-tiba dia ditelpon oleh Rekanya sesama Dosen. Dosen itu bernama Laila. Rei sering memanggilnya Bu Laila. Karena usianya sudah hampir 42 tahun. Bu Laila menelponya untuk menyuruh Dimas agar menemuinya. Karena ada sesuatu yang urgent.

"Muhammad Dimas Edward? Ditunggu diruang Dosen oleh bu Laila." ucap Rei.

"Iya pak. Mohon izin pak." ucap Dimas yang langsung berdiri.

Rei mempersilahkanya.

Namun, saat Dimas yang terburu-buru akan keluar. Dia terjatuh karena langkahnya dihalangi oleh salahsatu Mahasiswa bandel. Semua orang dikelasnya tertawa. Imelda hanya shok. Sedangkan Yola buru-buru menolongnya untuk bangun karena kacamatanya terlepas.

Setelah Dimas bangun dan langsung keluar. Yola menarik baju Mahasiswa bandel tersebut.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Yola melotot.

Rei dan Mahasiswa lainya shok.

"Waw. Sobatnya ngebela. Kenapa emang?" tanya Mahasiswa bandel tersebut yang bernama Devan.

"Bangun gak lho?" teriak Yola menarik baju Devan.

"Hey. Hentikan!" ucap Rei.

Devan hanya menyunggingkan bibirnya. Yola yang mendengar Rei berbicara melepaskan baju Devan.

"Apa yang terjadi?" tanya Rei kepada Yola yang masih berdiri.

"Dia sengaja menghalangi jalan Dimas dengan kaki kirinya."

"Sudah! Jangan ribut disini. Duduk!" titah Rei.

"Bagaimana tidak ribut. Dimas itu sahabat saya dan Imel. Saya akan membelanya." Yola terkekeh.

"Mau ribut apa kamu keluar dari kelas saya?" bentak Rei.

"Keluarin aja pak!" ucap Mahasiswi yang selalu menghinanya.

"Iya pak, benar pak." ucap beberpaa orang anggota geng Mahasiswi tersebut.

"Ondel-ondel gak pantes disini." celeteuk lagi Mahasiswi tersebut

"Jangan menhina orang lain, hey!" teriak Imel melempar buku ke arah Mahasiswi tersebut. Rei yang melihatnya hanya berkaca pinggang.

"Apa lho? Berani ya!" Mahasiswi tersebut mendatangi meja Imel. Dia tiba-tiba akan menarik rambut Imel. Namun, Yola keburu melemparkan tas yang sudah digenggamnya ke arah Mahasiswi tersebut.

"Masih berani lho sentuh Imel?" Yola menatap tajam.

"Masih." Mahasiswi tersebut langsung menarik rambut Imel. Yola langsung mengambil tasnya. Lalu dia mengeluarkan cutter dan mengarahkannya ke arah wajah Mahasiswi tersebut.

"Mau disebelah mana?" tanya Yola. Semua yang ada dikelas menjerit. Mahasiswi tersebut langsung melepaskan rambut Imel. Tak terkecuali Rei, dia langsung teriak.

"Jangan bermain-main dengan cutter Yolanda!"

"Apa Pak? Giliran saya mengeluarkan ini untuk membela sahabat saya. Semuanya jadi shok. Tapi giliran saya diam, saat saya dirundung. Tidak ada seorang pun yang bela saya. Kenapa?" ucap Yola sambil menyimpan cutternya lagi ke tas.

"Lah ya iyalah. Siapa yang mau bela lho cewek ondel-ondel? Kebanyakan yang disini Ilfeel lah sama lho." ucap temannya Mahasiswi tersebut. Semua orang bersorak. Namun, Yola hanya terdiam. Dia menatap Rei, yang menatap Mahasiswi yang bicara tersebut.

Dan tanpa pikir panjang. Yola mengambil tasnya lalu pergi keluar kelas. Namun, sebelum dia keluar. Dia mengeluarkan spidol dari tas nya. Lalu mencoret baju putih Devan. Dengan huruf X. Dan membuang spidolnya. Semua orang dikelasnya shok. Termasuk Rei yang wajahnya sudah mulai penuh amarah. Devan ingin mengejar Yola. Namun, Rei teriak.

"Devan?" teriak Rei. Spontan Devan melirik Rei.

"Bawa barang-barang kamu! Keluar dari kelas saya." ucap Rei.

Tanpa basa-basi Devan pun keluar.

"Imel, Rin, Dan kamu Angel. Silahkan ikut keluar!" titah Rei, sambil menatap mereka.

Devan pergi ke Taman. Sedangkan Yola pergi ke Mushola.

"Misi berhasil. Kenapa kamu males mengikuti kelasnya?" Pesan dari Devan dibaca Yola.

"Dia membuat saya cemburu. Seperti biasanya. Terlihat asyik mengobrol dengan Mahasiswi yang katanya primadona. Cih"

"Oh. Cemburu lagi."

"Ya. Terrimakasih ya van, udah bantu!"

"Sama-sama!".

Dirumah.

Rei sudah lama menunggu Yolanda. Mondar-mandir kesana kemari dan berulang kali melihat jam. Karena, tidak seperti biasanya. Yola telat pulang ke rumah hampir dua jam lamanya. Bukan apa-apa. Hanya khawatir yang dirasakan oleh Rei saat itu. Bagaimanapun Yola adalah istrinya. Terlebih lagi, mamanya hampir tiap malam menanyakan kabar istrinya itu. Saat dia akan duduk untuk merebahkan tubuhnya.

Ting nung ting nung

Tiba-tiba suara bel berbunyi. Rei pun segera membukanya.

Terlihat disana Yola yang baru saja pulang sudah berdiri didepan pintu. Dengan wajah masam, tidak tersenyum, dan hanya memberikan salam. Lalu Rei menjawabnya. Belum mempersilahkan istrinya masuk.

"Darimana?" tanya Rei nada tinggi.

"Rumah Imel, belajar biologi. Tadi gak ikutan kelas, karena Dosennya bikin kesel." Sindir Yola menyunggingkan bibir.

"Kenapa bikin kesal?" ucap Rei.

"Dulu saya pernah berantem hanya untuk membela diri. Dan sekarang saya berantem membela teman. Tapi sikap Dosennya tetap aja sama. Sedikitpun gak ada pembelaan." Sindir Yola.

"Setelah saya cari tahu. Kamu dan Devan hanya bersandiwara. Untung saya tidak membela kamu."

Sontak Yola kaget. Lalu memutarkan bola matanya.

"Memangnya kalau itu benar kenapa?" tanya Yola sambil mencoba menerobos masuk ke dalam saat pintu masih dihalangi oleh Rei.

Namun, tanganya dicekal kencang oleh Rei.

"Begitukah sikapmu kepada suamimu?"

"Dan begitukah sikapmu kepada istrimu?" Yola melepaskan tangan Rei dengan kasar.

"Tiga bulan lamanya kita menikah. Saya ikhlas menerima perjodohan ini. Ikhlas belajar mencintai kamu yang bagi saya sudah pasti, kamu itu laki-laki asing. Saya tiap hari pulang ke rumah. Dirumah hanya tidur, belajar, kadang masak, kadang beres-beres.

Tidak ada kegiatan bareng kamu sedikitpun. Saya tidak tahu kamu ini kenapa. Saya malah bingung sendiri. Namun, saya tidak bersedih. Saya juga tidak akan menyerah. Saya selalu berusaha bakti kepada Suami dan Orangtua.

Tapi nyatanya saya lemah juga. Seperti sekarang. Saya yang hari-harinya bersabar-bersabar. Unjung-ujungnya emosi juga. Dan saya tidak tahu kedepanya. Apa selamanya? Kamu tidak akan pernah menganggap saya ini istri apa gimana?

Dan saya tidak tahu kenapa kamu seperti itu. Apa karena saya tidak cantik, tidak seperti Mahasiswi yang primadona itu, yang katanya lagi dekat sama kamu. Atau karena kamu masih teringat sama mantan kamu itu. Atau,"

"Yolanda? Mulut kamu." Rek melotot.

"Kenapa? Atau karena aku ini seorang janda? Jadi kamu tidak mau menganggap aku ini istri kamu?" Yolanda menyeka air matanya yang sudah diujung bibir mata dengan kasar.

Dreeett dreet dreet

Hp Rei bergetar. Dia melihat siapa yang menelponya.

Namun, hp itu keburu diambil Yola. Dan benar saja. Laura. Mahasiswi Primadona itu menelponya.

"Maaf. Hanya ingin memastikan. Dan benar saja. Dia lagi-dia lagi." teriak Yola sambil menyimpan hp Rei dimeja dengan kasar.

Lalu dia sedikit berlari menaiki tangga. Rei hanya duduk dan menarik nafasnya, lalu membuangnya dengan kasar.

Malam telah berlalu dan waktu berganti menjadi pagi.

Ntah kenapa Yola yang saat itu sedang beres-beres membantu bi Lea. Tiba-tiba penasaran dengan keberadaan Rei. Lalu dia pura-pura nyapu didekat kamar Rei.

Namun, disana sangatlah hening. Tidak ada suara sedikitpun. Pikir Yola mungkin bukan disini. Tapi dia masih penasaran. Mungkin diluar rumah. Dia coba keluar rumah. Menelusuri setiap bagian sudut rumah. Sapu yang dibawanya tidak terlepas dari genggamanya. Takutnya Rei tiba-tiba ada. Jadi dia akan beralasan sedang menyapu. Saat dia sedang menelusuri halaman rumah. Sampailah dia digarasi. Darah mudanya tiba-tiba mendidih karena amarah. Nafasnya naik turun.

"Tiiiiddaaaaaakkkkkkkkk. Kemana mobilnya? Kenapa hanya satu? Dimana mobil putih itu? Apa dia pergi sepagi ini? Apa? Apa jangan-jangan si cewek nyebelin itu sudah janjian denganya? Oh tidaaaakk." oceh Yola. Sapu yang digenggamnya dilempar sembarangan ke Taman.

"Cari siapa?" tanya Rei yang tiba-tiba ada dibelakangnya.

Yola yang sangat kaget. Matanya melotot. Lalu dia buru-buru pergi ke belakang mobil untuk memakai lipstik tebal, alis tebal, tahi lalat palsu dan kacamata. Peralatan itu, sudah disiapkanya dicelemek yang dikenakanya.

Rei yang melihat tingkahnya. Semakin merasa eneg.

Namun, hal itu juga membuat dirinya terasa dihibur. Rei benar-benar belum melihat wajah asli istrinya itu. Karena dia sungguh tidak peduli. Selain rasa cintanya belum ada. Dia juga masih fokus untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Mahasiswi semester 7. Yang terjadi di Hotel Jakarta miliknya.

Saat itu Rei akan kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya berhenti saat Yola memanggilnya.

"Rei tunggu!" Sapu yang dilemparnya diambil kembali.

"Kenapa? Mau ngoceh lagi?"

"Hehe. Jangan su'uzan! Saya hanya mau minta maaf. Maafya semalam. Reog nya lagi keluar hehe."

"Ya memang selalu seperti itu kan?"

"Oh oh nggak. Nggak ih. Em. Em. Kalau boleh tahu abis darimana?"

"Siapa?"

"Kamu. Tadi kan saya cari-car. Eh hehe."

"Nih mulut lemes banget." batin Yola.

"Mau apa cari saya?"

"Mau minta maaf kan. Kan kalau istri salah harus minta maaf duluan. Ya walaupun cinta di rumah tangga kita ini belum ada. Hehe."

Rei tidak menjawabnya. Dia hanya mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Yola.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!