..."Semakin aku memikirkannya, semakin dekat juga takdir mempertemukan dia denganku."...
...~~~...
Di saat Iklima ingin mencari taksi, tiba-tiba saja matanya melihat seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berada.
Hadwan, dia baru saja keluar dari sekolah bersama dengan Ikbal. Kali ini Hadwan keluar kelas terlambat, dan tidak seperti biasanya, karena mengumpulkan bukunya dulu kepada guru. Di mana, buku miliknya belum sempat mendapatkan nilai dari guru pelajarannya.
"Hadwan, mau aku antarkan pulangnya?" tanya Ikbal yang sudah berada di parkiran motor.
"Terima kasih atas tawarannya, tapi enggak papa, Bal. Saya bisa naik angkot saja di depan sana," jawab Hadwan tanpa membuat Ikbal merasa sakit hati karena penolakannya.
"Sirius enggak papa? Aku bisa antar kamu, kok." Ikbal kembali menawarkan pulang bareng kepada Hadwan. Namun, nampaknya Hadwan masih tetap dengan jawaban awalnya.
"Enggak papa, kamu pulang saja duluan. Lagian masih banyak juga angkutan umum di sini, tenang saja," balas Hadwan sembari tersenyum tipis yang di mana hanya terlihat oleh Ikbal seorang.
"Baiklah, kalau begitu. Aku duluan," ujar Ikbal dan pergi meninggalkan Hadwan yang masih tetap berada di halaman sekolah.
Tidak jauh dari situ, Iklima melihat Hadwan dan Ikbal yang masih berbincang di halaman sekolah, sedangkan ia berada beberapa langkah dari sana.
"Bukanya dia Hadwan?" tanya Iklima pada dirinya sendiri, seakan dibuat penasaran olehnya.
Setelah kepergian Ikbal, Hadwan kembali melanjutkan langkahnya dengan menatap jalanan, seperti biasanya. Namun, hal itu tanpa sadar membuat Iklima terus memperhatikan gerakannya.
Pada saat Hadwan melewatinya, Iklima malah mengikutinya dari belakang. Sampai pada pinggir jalan, Hadwan menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Maka dari itu, ia pun langsung berhenti, dan menoleh ke arah belakang.
Iklima langsung mengalihkan perhatiannya kepada ponselnya. Dengan begitu, Hadwan tidak merasa curiga.
Dari kejauhan, terlihat angkutan umum berhenti di hadapan Hadwan, dan dia pun langsung masuk ke dalam angkot tersebut. Untuk itu, Iklima juga melakukan hal yang sama. Padahal niat awalnya ingin menaiki taksi, tetapi karena rasa penasarannya itu, membuat ia melakukan hal yang jarang dilakukannya.
Di dalam angkot itu, Iklima terlihat sangat bingung. Dia terdiam sebentar, dan duduk di pojokan yang masih kosong. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki duduk di dekatnya, dan terus memperhatikan Iklima. Oleh karena itu, Iklima dibuat risih dan takut dengan tatapannya, apalagi penampilannya sudah seperti pereman.
Di sisi lain, Hadwan melihat Iklima yang mulai risih dan tidak tenang dengan laki-laki yang berada di sampingnya. Sampai pada detik kemudian, laki-laki itu mulai berani mendekatkan tubuhnya kepada Iklima, sedangkan hal itu sangat membuat Iklima ketakutan.
Hadwan dengan santainya berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri laki-laki tersebut.
"Maaf, Pak. Bolehkah saya duduk di sini? Di sana anginnya terlalu kencang. Saya tidak kuat," tanya Hadwan sedikit berbisik, tetapi masih bisa didengarkan oleh Iklima.
Laki-laki yang bertubuh besar itu menatap wajah Hadwan dengan tidak suka, tapi karena berada di tempat umum. Dia mengalah, dan duduk di dekat pintu yang tadi sempat ditempati oleh Hadwan.
"Silakan," jawab laki-laki itu dan Hadwan segera menempati kursi yang dekat dengan Iklima.
"Terima kasih, Pak," ucap Hadwan. Dengan segera, dia menempatkan tasnya di samping Iklima, dengan tujuan untuk membuat Iklima merasa nyaman, dan terhindar dari bersentuhan dengannya.
Iklima hanya diam saja, dia masih belum mengerti dengan sosok Hadwan yang kini berada di sampingnya. Akan tetapi, Iklima juga sangat bersyukur, karena dengan adanya Hadwan, ia merasa sangat tenang dan dilindungi dari laki-laki yang mulai berbuat tidak baik terhadapnya.
Diam-diam, Iklima teseyum melihat sikap dan perbuatan Hadwan yang diam-diam melindunginya dari laki-laki yang mempunyai niat buruk terhadapnya.
Namun, tatapan laki-laki itu masih saja terus menerus, menatap wajah Iklima yang terbilang cantik. Maka dari itu, banyak yang menyukainya.
Hadwan masih memperhatikan gerakannya, tanpa disadari oleh Iklima, Hadwan terus menghalangi laki-laki tadi untuk menetap kepada Iklima. Dengan begitu, Iklima tidak akan merasa terganggu.
Setelah lama berada di angkot, Hadwan sampai melewatkan tempat yang seharusnya berhenti, karena ia ingin memastikan gadis yang berada di sampingnya itu pulang dengan selamat. Dan tidak mendapatkan gangguan lagi.
Maka dari itu, di saat Iklima turun dari angkot, Hadwan juga ikut turun dari sana. Angkutan umum pun pergi begitu saja, setelah Iklima dan Hadwan membayarnya.
"Terima kasih," ucap Iklima secara tiba-tiba.
"Sama-sama," jawab Hadwan. "Lain kali, jangan menggunakan pakaian yang terbuka seperti itu di tempat umum. Dengan begitu, kamu akan lebih terjaga dan tidak digangu," lanjut Hadwan sembari menundukkan kepalanya.
Iklima terdiam, dia sudah paham, apa maksud dari ucapan Hadwan barusan. Akan tetapi, ia belum siap untuk menutupnya.
Merasa tidak mendapatkan respon dari Iklima, Hadwan pun langsung membuka tasnya, dan mengeluarkan sesuatu di dalam sana.
"Pakailah ini! Hijab ini akan membuatmu lebih terjaga, dan terhindar dari orang-orang yang mempunyai niat buruk terhadapmu. Ini untuk Kakakku, tapi saya berikan kepadamu, karena kamu sangat membutuhkannya," kata Hadwan sembari memberikan hijab kepada Iklima. Walaupun demikian, pandanganya masih tetap sama, menatap ke bawah.
"Bagaimana dengan Kakakmu? Apa dia tidak akan marah, karena jilbabnya kamu berikan kepadaku?" tanya Iklima, sedikit hati-hati.
"Kakakku enggak akan marah, dia sudah mempunyai banyak. Dan saya juga bisa membelikan yang baru lagi untuknya. Ambilah, tidak papa," jawab Hadwan.
Tanpa menunggu lama lagi, Iklima pun menerima hijab pemberian dari Hadwan, dan menatap hijab itu dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.
"Terima kasih, tapi entah kapan aku akan memakainya," ucap Iklima lirih.
"Pakailah ketika kamu sudah siap," balas Hadwan dan akan segera pergi dari hadapan Iklima.
"Assalamualaikum," ucap Hadwan, kemudian dia pergi meninggalkan Iklima. Itupun setelah mendapatkan angkutan umum, untuk kembali pulang ke rumahnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Iklima. Setelah itu, ia pun segera masuk ke dalam rumahnya yang terbilang sangat mewah.
Sepanjang perjalanan masuk ke dalam rumah. Iklima terus saja tersenyum, entah kenapa. Bahkan, Nadira sempat merasa heran dengan tingkah putrinya pada kali ini.
"Nak, kamu kenapa?" tanya Nadira yang langsung menghampiri putri kesayangannya.
"Enggak kenapa-kenapa, Ma." Iklima kembali memasang wajah senangnya.
"Loh, Mama lihat tadi itu kamu senyum-senyum sendiri pada saat memasuki pintu rumah," ujar Nadira sembari menatap wajah putrinya.
"Enggak papa, Ma. Jangan dipikirkan!" Sengaja Iklima langsung mengalihkan pembicaraannya, dan segera mencium punggung tangan Mama Nadira.
Tanpa merasa curiga, Nadira pun tidak kembali menanyakan sesuatu kepada putrinya.
"Jangan lupa, nanti malam pergi ke bawah! Kita makan bersama dengan Ayah," ujar Mama Nadira sembari tersenyum.
"Siap, Ma," jawab Iklima dan segera masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ayano
Ngerasa aman dia ☺☺
Aww.... langsung ada layar bunga-bunga
2023-05-30
1
Ayano
Pelecehan 😠
Kamu mesti nolongin dia
2023-05-30
1
Ayano
Kek ngeliatin jodoh
Persis sinetron banget ini 🤗🤗
Aku kek nonton film jadinya
2023-05-30
1