Bab 5. Selamat Tinggal

Baru di rawat dua hari di rumah sakit, Nur memaksa ingin terus pulang. Dia kangen Ayu. Di rumah sakit, anak kecil tidak boleh masuk ikut menjenguk. Meski Teguh sudah bilang untuk bersabar dan menunggu sampai kondisi Nur membaik tapi kali ini Nur sangat keras kepala. Keinginannya untuk pulang tak bisa di cegah.

Teguh menanyakan pada dokter apakah boleh mengajak istrinya pulang. Dan kata dokter, jika pasien ingin meninggalkan ruang ICU ada dua kemungkinan yang pertama pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan memburuk, serta manfaat terapi intensif sangat kecil.

Jujur Teguh tak mengerti. Yang dia tahu, Nur hanya ingin segera pergi dari rumah sakit dan kembali pulang.

"Jadi suaminya yang bertanggung jawab sepenuhnya dengan kepulangan paksa pasien ya dok?" Tanya suster itu menyelesaikan tugasnya membereskan tempat tidur yang sempat di gunakan Nur. Karena pada akhirnya Nur diijinkan pulang meski dokter sudah menjelaskan resiko serta akibat kepulangan Nur kepada suaminya. Dokter Fajar hanya mengangguk tanpa bersuara.

"Kita tidak bisa menahan pasien atau keluarganya untuk terus berada di sini." Terangnya, lalu berjalan meninggalkan ruangan itu setelah melakukan visite dokter.

Nur tiba di rumah. Perempuan itu begitu merindukan putrinya. Saat ini dia menatap tanpa berkedip pada putri kecilnya yang sedang tertidur pulas di kamar mereka.

"Nur.. Alhamdulillah sudah pulang kamu. Sudah sembuh ya Nur? Ayu rewel banget pas kamu di rumah sakit kemarin. Mana dari kemarin enggak mau makan lagi. Mertua kamu bingung jadinya, udah dibikinin bubur, digorengin telur, dibeliin bakso juga enggak dimakan sama si Ayu." Kata tetangga yang menjenguk Nur di rumahnya.

"Sudah sembuh kok mbak. Makasih ya mbak mau bantu jagain Ayu." Jawab Nur pelan.

"Dek, istirahat ya.. kata dokter kan kamu harus banyak istirahat. Jangan kecapean, makan dulu ya.. Abis itu minum obat." Kata Teguh saat para tetangga yang menjenguk Nur sudah pulang semuanya.

"Mas.. Aku mau tidur bareng Ayu ya.."

Teguh mengerti, mungkin saat ini Nur kelelahan. Teguh menyelimuti istri dan anaknya. Dia bisa melihat tangan Nur membelai lembut rambut Ayu, menciumi pipi dan kening Ayu beberapa kali.

"Dek.. Kamu tidur aja. Aku ke dapur dulu ya, masak air buat mandi kamu sama Ayu nanti."

Teguh masih bisa melihat senyum itu sebelum dia benar-benar meninggalkan kamar menuju dapur. Beberapa saat setelah memastikan api menyala, Teguh kembali ke kamar. Memeriksa apakah Ayu sudah bangun atau mungkin Nur memerlukan sesuatu.

Ternyata benar, Ayu sudah bangun dari tidur. Namun tanpa menangis atau pun merengek seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Ayu sekarang sedang memeluk ibunya dengan tangan kecilnya. Teguh yang melihatnya tergerak untuk mendekati istri serta anaknya.

"Ibu bubu.." Kata Ayu terbata.

"Iya Yu. Ibu bobo, Ayu makan dulu yuk. Bapak suapin, abis itu mandi."

"Ibu.. ibu.." Ayu memanggil-manggil ibunya ketika Teguh akan mengendong Ayu dengan maksud agar putrinya itu tidak mengganggu Nur yang sedang tertidur.

Perasaan Teguh tak enak. Teguh duduk di tepi tempat tidur, dia sedikit mengguncangkan tubuh Nur, "Dek.." Panggilnya. Tak ada respon. Teguh sudah berpikir yang tidak-tidak.

"Dek.. Bangun dek.."

Sedikit lebih keras Teguh memanggil Nur yang masih terpejam.

"Dek! Ya Allah bangun dek...!" Kali ini Teguh membuat Ayu menangis. Karena anak kecil itu berpikir bapaknya sedang memarahinya atau ibunya. Tangisan Ayu membuat mata indah itu terbuka. Tangis Teguh tak terbendung. Rasanya untuk beberapa saat tadi nafasnya tercekat di tenggorokan. Untungnya dia tak berteriak lebih kencang lagi tadi.

"Iya mas.. Ayu kenapa nangis nak? Sini sama ibu.." Nur memeluk Ayu yang masih menangis.

"Mas kenapa?" Tanya Nur yang sekarang membenamkan mukanya pada samping paha istrinya. Nur lantas mengusap rambut suaminya.

"Kamu enggak tahu gimana takutnya aku tadi dek.. Aku takut,, aku takut kamu enggak bangun lagi tadi.. Dek aku enggak mau kamu ninggalin aku, ya Allah.."

Nur ikut meneteskan air mata. Sebenarnya dia juga takut.. Dia sangat takut jika harus berpisah dengan suami dan anaknya. Bahkan lebih dari yang Teguh rasakan. Itulah sebabnya mengapa Nur tak mau berlama-lama di rumah sakit. Dia tidak ingin menghabiskan waktu yang mungkin hanya tinggal hitungan bulan, atau hari atau jam yang dia sendiri tak tahu itu hanya dengan berbaring di ranjang rumah sakit.

"Jangan seperti ini mas.. Ayu bisa makin kenceng nangisnya." Nur masih bisa menyembunyikan ketakutan yang dia rasakan.

"Mas.." Teguh tak menjawab. Dia memeluk Nur, mendekapnya tanpa suara. Nur membalas pelukan itu.

Semua pasti berubah, mau tidak mau. Semua pasti berpisah, ingin tidak ingin. Semua pasti berakhir, siap tidak siap.

Perpisahan bukan berarti berhenti menyatukan hati, meski tidak ada di satu tempat yang sama.

Perpisahan yang sebenarnya adalah ketika seseorang tidak pernah saling mengingat lagi.

'Aku takut saat memejamkan mata, dan tak lagi bisa membukanya. Aku takut saat membuka mata, malah berada ditempat yang berbeda. Aku takut ditempat berbeda tak ada kamu dan anak kita..'

'Tapi percayalah.. Sekarang ketakutan itu telah hilang.. Aku ikhlas menjalani takdirku. Meski butuh waktu.. aku yakin kamu kuat tanpaku.. Aku yakin kamu bisa menjaga titipan yang diamanahkan Allah kepada mu. Jangan larut dengan kesedihan, lihat anak kita yang ikut menangis tiap kali air matamu jatuh. Mas.. sampai di sini aku menyerah, bukan menyerah untuk berjuang denganmu, atau menyerah karena hujaman rasa sakit ini.. bukan tapi aku menyerah pada takdirku. Mas.. Aku cinta kamu. Dari pertama kali aku melihatmu sampai tiba saatnya tertutup mataku. Aku cinta kamu.'

Pagi itu tak lagi sama.. Meski sudah sekuat tenaga Teguh menyuruh Nur bangun tapi, mata Nur tak juga terbuka. Nur berpulang. Nur meninggalkan dunia dan kembali kepada pemilik Sejati nya. Teguh seperti orang kehilangan akal saat dihadapkan dengan kenyataan jika kebersamaannya dengan istrinya akan secepat itu berakhir.

Dia terus menjerit berteriak menyuruh Nur membuka mata. Pemandangan yang membuat siapapun ikut merasakan haru. Ayu yang tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi sekarang ini jadi ketakutan melihat bapaknya, dia ikut menangis. Nenek Ayu segera membawa Ayu ke rumahnya. Takut bocah kecil itu trauma atau kena sawan nantinya.

Sebelum adzan subuh Nur meminta Teguh bangun untuk sholat subuh berjamaah. Teguh menurutinya.

"Bantu aku pakai mukena ya mas.." Ucap Nur lirih.

Teguh tersenyum dan kembali menuruti permintaan istrinya. Teguh tidak tahu jika saat itu Nur sudah merasakan sakit yang teramat sangat pada kepalanya. Pandangan Nur saja sudah kabur. Dia tak bisa dengan jelas melihat muka Teguh. Tak bisa melihat senyum Teguh untuknya.

Selesai sholat, setelah ucapan salam... Seperti kebiasaan muslim lainnya Teguh melihat ke belakang karena sudah jadi kebiasaan Nur pasti akan mencium tangannya. Tapi, dia terkejut saat melihat Nur masih pada posisi sujud.

Hati Teguh mendesir. Dia tahu ada yang tidak beres. Tapi dia menampik perasaan itu. Dipanggilnya istri sholehah nya.. Tak ada jawaban. Air matanya sudah jatuh tak terbendung. Saat dia pegang bahu itu, Teguh jadi seperti orang gila yang terus berteriak meminta Nur agar bangun dan membuka mata.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Kemarin engkau masih ada di sini

Bersamaku menikmati rasa ini

Berharap semua takkan pernah berakhir

Bersamamu... Bersamamu

Kemarin dunia terlihat sangat indah

Dan denganmu merasakan ini semua

Melewati hitam-putih hidup ini

Bersamamu... Bersamamu

Kini sendiri di sini

Mencari mu tak tahu di mana

Semoga tenang kau di sana

Selamanya

Aku slalu mengingatmu

Doakan mu setiap malam ku

Semoga tenang kau di sana

Selamanya

Terpopuler

Comments

Nik momRiz&Ga

Nik momRiz&Ga

thor,,, cerita apa sih ini? knp bawang nya banyak bget,,, 😭

2025-02-04

2

Awin Sandika

Awin Sandika

jadi teringat almarhum istriku

2024-10-10

2

Happyy

Happyy

😭😭

2024-04-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kaos Kaki
2 Bab 2. Ibu
3 Bab 3. Ingatan Tentang Nur
4 Bab 4. Nur
5 Bab 5. Selamat Tinggal
6 Bab 6. Menikah Lagi?
7 Bab 7. Bekal Sekolah
8 Bab 8. Curhat Teman
9 Bab 9. Bahagia yang Sederhana
10 Bab 10. Ditagih Hutang
11 Bab 11. Ingin Membantu Bapak
12 Bab 12. Dighibah
13 Bab 13. Kebingungan Teguh
14 Bab 14. Dituduh Mencuri
15 Bab 15. Bertemu Orang Baik
16 Bab 16. Tetangga yang Lucu
17 Bab 17. Hari Pertama Kerja
18 Bab 18. Takut Padanya
19 Bab 19. Teguran Bu Guru
20 Bab 20. Kenangan Pahit
21 Bab 21. Alamat Palsu?
22 Bab 22. Kancing Baju
23 Bab 23. Bumbu Asin
24 Bab 24. Kebaikan Ervin
25 Bab 25. Berkabung
26 Bab 26. Begitu Syulit
27 Bab 27. Aksi Janda Depan Rumah
28 Bab 28. Sedihnya Hati
29 Bab 29. Sepatu Baru
30 Bab 30. Pendekatan
31 Bab 31. Pentas Seni
32 Bab 32. Terimakasih
33 Bab 33. Jagung Bakar
34 Bab 34. Ungkapan Hati
35 Bab 35. Cerita Teguh
36 Bab 36. Masalah Ervin
37 Bab 37. Rencana Vera
38 Bab 38. Masih Rencana Vera
39 Bab 39. Perintah Orang Tua
40 Bab 40. Bertemu Calon Suami
41 Bab 41. Cerita Ervin
42 Bab 42. Pertunangan
43 Bab 43. Dinda dan Ayu
44 Bab 44. Ulah Calon Pasutri
45 Bab 45. Hujan
46 Bab 46. Sabar
47 Bab 47. Efek Kehujanan
48 Bab 48. Bertemu Lagi
49 Bab 49. Persiapan Pernikahan
50 Bab 50. Selesai Sebelum Memulai
51 Bab 51. Batal
52 Bab 52. Kompor
53 Bab 53. Menikah
54 Bab 54. Terkacangi
55 Bab 55. Pacar Baru
56 Bab 56. Puber kedua
57 Bab 57. Kebersamaan Singkat
58 Bab 58. Puisi Ayu
59 Bab 59. Bertengkar
60 Bab 60. Resign
61 Bab 61. Pemimpin Baru
62 Bab 62. Kesalahan
63 Bab 63. Tinggal Bersama
64 Bab 64. Pergi
65 Bab 65. Kehilangan
66 Bab 66. Kejutan
67 Bab 67. Perubahan sikap
68 Bab 68. Beberapa Tahun Kemudian
69 Bab 69. Seperti Reuni
70 Bab 70. Berisik setiap hari
71 Bab 71. Iri?
72 Bab 72. Nasehat untuk Dinda
73 Bab 73. Gadis Istimewa
74 Bab 74. Sakit
75 Bab 75. Gangguan
76 Bab 76. Bukan Buta Biasa
77 Bab 77. Hanya mengimbangi ucapanmu
78 Bab 78. Kunjungan Teman
79 Bab 79. Belum Berubah
80 Bab 80. Nasi Bungkus
81 Bab 81. Kecelakaan
82 Bab 82. Target buruan
83 Bab 83. Selamat Jalan Kawan
84 Bab 84. Kesedihan Shopiah
85 Bab 85. Berusaha mengungkap fakta
86 Bab 86. Calon Pesakitan
87 Bab 87. Gundah
88 Bab 88. Haruskah Pergi?
89 Bab 89. Liburan Berakhir Kengerian
90 Bab 90. Kembali ke RS
91 Bab 91. Penyemangat
92 Bab 92. Pergi
93 Bab 93. Cahaya Untuk mu
94 Bab 94. Kenyataan
95 Bab 95. Tangisan
96 Bab 96. Lulus
97 Bab 97. Kesepian
98 Bab 98. Masih ada rasa?
99 Bab 99. Pagi itu
100 Bab 100. Berdamai dengan keadaan
101 Bab 101. Kembali Pulang
102 Bab 102. Keluarga kok gitu
103 Bab 103. Ke tempat kerja
104 Bab 104. Masih tentang Selvi
105 Bab 105. Kisah masa lalu
106 Bab 106. Juteknya Ayu
107 Bab 107. Belum memaafkan
108 Bab 108. Kunjungan ke Kafe
109 Bab 109. Nasehat ibu
110 Bab 110. Dibantu Teman
111 Bab 111. Syarat mbah Ribut
112 Bab 112. Ritual yang belum selesai
113 Bab 113. Alasan pergi
114 Bab 114. Dipersulit?
115 Bab 115. Betapa senangnya
116 Bab 116. Berhasil?
117 Bab 117. Kalah dari istri sah?
118 Bab 118. Bertengkar
119 Bab 119. Kenalan
120 Bab 120. Menjinakkan istri
121 Bab 121. Kena sanksi
122 Bab 122. Keributan
123 Bab 123. Hasil Pemeriksaan
124 Bab 124. Menerima hukuman
125 Bab 125. Ketahuan bohong?
126 Bab 126. Kemarahan Selvi
127 Bab 127. Bertemu tanpa silaturahmi
128 Bab 128. Kembali ke lubang yang sama
129 Bab 129. Derita Selvi
130 Bab 130. Gila?
131 Bab 131. Setan apa yang merasuki mu?
132 Bab 132. Terungkap
133 Bab 133. Pergi tak kembali
134 Bab 134. Hancur
135 Bab 135. Belum Sadar juga
136 Bab 136. Saran
137 Bab 137. Bertemu sang mantan
138 Bab 138. Akhir Untuk nya
139 Bab 139. Menjadi lebih baik
140 Bab 140. Cerita Teguh
141 Bab 141. Rindu
142 Bab 142. Drama?
143 Bab 143. Marah
144 Bab 144. Bertemu lagi
145 Bab 145. Bingung Harus Apa
146 Bab 146. Antara Dua Pilihan
147 Bab 147. Hujan
148 Bab 148. Jawaban Ayu
149 Bab 149. Membuka hati
150 Bab 150.Makin kagum padamu
151 Bab 151.
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155.
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 Bab 210
211 Bab 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 220 Bahu Bakoh
Episodes

Updated 220 Episodes

1
Bab 1. Kaos Kaki
2
Bab 2. Ibu
3
Bab 3. Ingatan Tentang Nur
4
Bab 4. Nur
5
Bab 5. Selamat Tinggal
6
Bab 6. Menikah Lagi?
7
Bab 7. Bekal Sekolah
8
Bab 8. Curhat Teman
9
Bab 9. Bahagia yang Sederhana
10
Bab 10. Ditagih Hutang
11
Bab 11. Ingin Membantu Bapak
12
Bab 12. Dighibah
13
Bab 13. Kebingungan Teguh
14
Bab 14. Dituduh Mencuri
15
Bab 15. Bertemu Orang Baik
16
Bab 16. Tetangga yang Lucu
17
Bab 17. Hari Pertama Kerja
18
Bab 18. Takut Padanya
19
Bab 19. Teguran Bu Guru
20
Bab 20. Kenangan Pahit
21
Bab 21. Alamat Palsu?
22
Bab 22. Kancing Baju
23
Bab 23. Bumbu Asin
24
Bab 24. Kebaikan Ervin
25
Bab 25. Berkabung
26
Bab 26. Begitu Syulit
27
Bab 27. Aksi Janda Depan Rumah
28
Bab 28. Sedihnya Hati
29
Bab 29. Sepatu Baru
30
Bab 30. Pendekatan
31
Bab 31. Pentas Seni
32
Bab 32. Terimakasih
33
Bab 33. Jagung Bakar
34
Bab 34. Ungkapan Hati
35
Bab 35. Cerita Teguh
36
Bab 36. Masalah Ervin
37
Bab 37. Rencana Vera
38
Bab 38. Masih Rencana Vera
39
Bab 39. Perintah Orang Tua
40
Bab 40. Bertemu Calon Suami
41
Bab 41. Cerita Ervin
42
Bab 42. Pertunangan
43
Bab 43. Dinda dan Ayu
44
Bab 44. Ulah Calon Pasutri
45
Bab 45. Hujan
46
Bab 46. Sabar
47
Bab 47. Efek Kehujanan
48
Bab 48. Bertemu Lagi
49
Bab 49. Persiapan Pernikahan
50
Bab 50. Selesai Sebelum Memulai
51
Bab 51. Batal
52
Bab 52. Kompor
53
Bab 53. Menikah
54
Bab 54. Terkacangi
55
Bab 55. Pacar Baru
56
Bab 56. Puber kedua
57
Bab 57. Kebersamaan Singkat
58
Bab 58. Puisi Ayu
59
Bab 59. Bertengkar
60
Bab 60. Resign
61
Bab 61. Pemimpin Baru
62
Bab 62. Kesalahan
63
Bab 63. Tinggal Bersama
64
Bab 64. Pergi
65
Bab 65. Kehilangan
66
Bab 66. Kejutan
67
Bab 67. Perubahan sikap
68
Bab 68. Beberapa Tahun Kemudian
69
Bab 69. Seperti Reuni
70
Bab 70. Berisik setiap hari
71
Bab 71. Iri?
72
Bab 72. Nasehat untuk Dinda
73
Bab 73. Gadis Istimewa
74
Bab 74. Sakit
75
Bab 75. Gangguan
76
Bab 76. Bukan Buta Biasa
77
Bab 77. Hanya mengimbangi ucapanmu
78
Bab 78. Kunjungan Teman
79
Bab 79. Belum Berubah
80
Bab 80. Nasi Bungkus
81
Bab 81. Kecelakaan
82
Bab 82. Target buruan
83
Bab 83. Selamat Jalan Kawan
84
Bab 84. Kesedihan Shopiah
85
Bab 85. Berusaha mengungkap fakta
86
Bab 86. Calon Pesakitan
87
Bab 87. Gundah
88
Bab 88. Haruskah Pergi?
89
Bab 89. Liburan Berakhir Kengerian
90
Bab 90. Kembali ke RS
91
Bab 91. Penyemangat
92
Bab 92. Pergi
93
Bab 93. Cahaya Untuk mu
94
Bab 94. Kenyataan
95
Bab 95. Tangisan
96
Bab 96. Lulus
97
Bab 97. Kesepian
98
Bab 98. Masih ada rasa?
99
Bab 99. Pagi itu
100
Bab 100. Berdamai dengan keadaan
101
Bab 101. Kembali Pulang
102
Bab 102. Keluarga kok gitu
103
Bab 103. Ke tempat kerja
104
Bab 104. Masih tentang Selvi
105
Bab 105. Kisah masa lalu
106
Bab 106. Juteknya Ayu
107
Bab 107. Belum memaafkan
108
Bab 108. Kunjungan ke Kafe
109
Bab 109. Nasehat ibu
110
Bab 110. Dibantu Teman
111
Bab 111. Syarat mbah Ribut
112
Bab 112. Ritual yang belum selesai
113
Bab 113. Alasan pergi
114
Bab 114. Dipersulit?
115
Bab 115. Betapa senangnya
116
Bab 116. Berhasil?
117
Bab 117. Kalah dari istri sah?
118
Bab 118. Bertengkar
119
Bab 119. Kenalan
120
Bab 120. Menjinakkan istri
121
Bab 121. Kena sanksi
122
Bab 122. Keributan
123
Bab 123. Hasil Pemeriksaan
124
Bab 124. Menerima hukuman
125
Bab 125. Ketahuan bohong?
126
Bab 126. Kemarahan Selvi
127
Bab 127. Bertemu tanpa silaturahmi
128
Bab 128. Kembali ke lubang yang sama
129
Bab 129. Derita Selvi
130
Bab 130. Gila?
131
Bab 131. Setan apa yang merasuki mu?
132
Bab 132. Terungkap
133
Bab 133. Pergi tak kembali
134
Bab 134. Hancur
135
Bab 135. Belum Sadar juga
136
Bab 136. Saran
137
Bab 137. Bertemu sang mantan
138
Bab 138. Akhir Untuk nya
139
Bab 139. Menjadi lebih baik
140
Bab 140. Cerita Teguh
141
Bab 141. Rindu
142
Bab 142. Drama?
143
Bab 143. Marah
144
Bab 144. Bertemu lagi
145
Bab 145. Bingung Harus Apa
146
Bab 146. Antara Dua Pilihan
147
Bab 147. Hujan
148
Bab 148. Jawaban Ayu
149
Bab 149. Membuka hati
150
Bab 150.Makin kagum padamu
151
Bab 151.
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155.
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
Bab 210
211
Bab 211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 220 Bahu Bakoh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!