Pagi ini, Elivan dan Lintang tengah berada di sebuah perbelanjaan, bukan mall, tapi pusat perbelanjaan tradisional yaitu pasar.
flashback...
“Elivan gak papakan kita pergi ke pasar, mommy ga ada yang buat beli pakaian di mall” ujar lintang sambil memegang tangan Elivan yang sangat kecil saat di bandingkan dengan tangannya.
“Hmm, pasar itu apa mom?” tanya Elivan tak terlalu paham, karena ia belum pernah mendengar kan kata itu. Lintang lagi lagi berpikir, kata apa yang cocok dan mudah di pahami untuk memberikan penjelasan kepada Elivan.
“pasar itu seperti mall, tapi bedanya pasar itu tidak punya gedung, dan pasar itu harganya lebih murah.” jelas Lintang, membuat Elivan sedikit lebih paham, Elivan hanya mengiyakan saja, ia ingin tau seperti apa yang pasar itu.
“tidak masalah, aku tidak meminta untuk di belikan baju yang mahal, aku hanya minta dibelikan baju untuk di pakai bukan untuk show off.” Elivan maju dan memeluk leher Lintang.
“baiklah mari kita pergi” mereka berdua, sepasang ibu dan anak yang tak sedarah, kini telah resmi terikat oleh hubungan tak kasat mata yang telah terbangun dengan sendirinya.
Lintang dan Elivan pergi ke pasar dengan menggunakan angkot demi menghemat biaya pengeluaran mereka.
flashback end.
Lintang melihat sebuah toko yang khusus menjual berbagai macam jenis baju untuk usia bayi hingga anak anak.
Lintang sambil menuntun Elivan memasuki toko itu, ia kemudian mengambil sebuah baju berwarna merah dan bercorak hitam sambil mengukur ke tubuh Elivan.
“bagaimana dengan ini Elivan?” tanya Lintang sambil melihat apakah pas di tubuh kecil Elivan.
“hmm, aku lebih suka pakaian yang berwarna hitam atau putih dari pada warna lain” jawab Elivan yang sepertinya keberatan dengan pilihan warna Lintang.
“baiklah, mari kita tanya yang punya toko” ajak Lintang, Elivan hanya mengangguk dan mengekor karena selama ia hidup di dunia ini, ia tak pernah yang namanya pergi ke pasar, dan di tempat tinggal nya dulu tidak ada yang namanya pasar.
“buk, saya mau beli pakaian yang pas di tubuh balita berusia 4 tahun, tapi warnanya yang hitam bu” ujar lintang, ibu penjaga warung itu mengangguk, kemudian mengeluarkan tumpukan baju berwarna hitam yang di ikat dengan tali rafia.
“adanya ini neng, kira kira cukuplah buat anak nya, anaknya yang ini kan?” tanya ibu itu sambil melihat sedikit ke arah Elivan.
“iya Bu, tapi saya boleh melihatnya sebentar atau mencobanya, takut nya ga muat” Lintang melihat tumpukan baju yang kira kira berisi sepuluh pics.
“iya coba dulu saja”
Lintang mengambil sebuah baju untuk di ukur dan ditanya kepada Elivan, takutnya Elivan tidak menyukai baju yang dipilihnya.
“bagaimana Elivan?” tanya Lintang.
“bagus mom, beli ini saja” Elivan mengangguk kecil ketika ia melihat baju yang berwarna hitam dan bertuliskan never give up.
“ibu, kalau beli semuanya berapa?” tanya Lintang melihat baju yang tersusun di depannya.
“ini per-pics 20 ribu nak, jadi kalau sepuluh jadi dua ratus ribu,” ujar ibu penjaga toko itu sambil tersenyum manis ketika Lintang ingin memborong bajunya.
“tidak boleh kurang bu?” tanya Lintang menawar, baginya, menawar barang di pasar hukumnya adalah wajib, untuk menghemat uangnya.
“seratus delapan puluh aja untuk mbak cantik” ujar ibu itu, Lintang mengangguk, kemudian mengeluarkan dua buah berwarna merah untuk di berikan kepada ibu penjaga toko itu.
“ini kembaliannya, dan ini bajunya, jangan lupa kembali lagi ya neng” ujar ibu itu.
Lintang keluar dari toko itu, kemudian ia mengelilingi pasar untuk membeli semua kebutuhan dapurnya.
“Elivan mau apa lagi nak?” tanya Lintang yang kini telah selesai membeli semua kebutuhan nya, tangannya telah penuh terisi oleh kantung kresek.
di tanya seperti itu Elivan tersenyum, ia akan membuat penelitian baru.
“mom, bolehkah aku meminta untuk di belikan barang elektronik, aku ingin membuat sebuah alat,” ucap Elivan sambil melihat sebuah toko perlengkapan elektronik di depannya. Lintang hanya mengangguk, ia semakin yakin jika anak di depannya ini adalah anak yang Genius. untuk apa balita seusia Elivan memerlukan barang elektronik?
“untuk apa nak?” tanya lintang penasaran.
“Aku hanya ingin membuat sebuah robot yang bisa membantu membersihkan rumah mom” jawab Elivan membuat Lintang lagi, lagi, dan lagi menyeritkan dahinya.
“Apakah kau bisa?” tanya Lintang.
“Aku ingin membuat robot seperti apa yang ku pelajari dari kakek mom” Lintang terkejut, Ku pelajari dari kakek apakah kakek Elivan seorang insinyur robotika?. Lintang mengangguk kemudian membelikan semua kebutuhan Elivan.
“total nya Rp.550.000 mbak” ujar pria penjaga toko elektronik itu. Lintang mengeluarkan jumlah yang di katakan dan membayarnya.
“apakah ada yang lain?” tanya Lintang lagi, ia tak ingin kembali ke sini untuk kedua kalinya hanya untuk membeli sebuah barang yang tertinggal.
“tidak ada mom, ayo kita pulang, aku tidak sabar untuk merakit robot itu”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments