..."Kudengar kau pria yang manis, tapi nyatanya tak semua gula itu menyehatkan."...
......................
Dua kali putaran pada jam dinding ruangannya, dua menit sudah Leora duduk di kursinya lagi setelah menyelesaikan satu meeting dengan para pengacara yang lain. Akan ada penelitian dalam akhir bulan ini. Dan pada kesempatan tadi, Leora di promosikan sebagai pengacara senior. Leora tak tahu bagaimana ceritanya ia bisa secepat itu mendapatkan promosi jabatan, padahal ada pengacara yang lebih berpengalaman dan sudah memiliki jam terbang yang lebih banyak daripada Leora sendiri.
Menit-menit terakhir untuknya duduk di sana, sambil menunggu jam pulangnya karena ia tidak mengambil lembur apa pun. Hanya saja ia memiliki sedikit kasus yang lumayan rumit. Mengingat bahwa Leora lupa bertanya perihal anak mana yang harus jatuh ke tangan klien-nya. Apa anak resminya? atau anak selingkuhannya?
Rancu, gila, dan memusingkan. Leora memang sudah pernah menangani kasus semacam ini, kurang lebih sama, tapi jelas berbeda. Pada kasus terdahulunya, penggugatnya adalah pihak sang istri di mana menuntut sebuah perpisahan saat suaminya menolak. Tapi kali ini sangat bertolak belakang, suaminya yang meminta berpisah karena katanya istrinya terlalu baik.
Okay, Leora mengerti, hanya saja tidak bisakah saling memaafkan dulu? Atau paling tidak diskusi mendalam? Walaupun Leora juga tahu luka pengkhianatan adalah luka paling bisa membunuh dalam sekali tembak tapi sakitnya menyusul perlahan. Sedikit demi sedikit dan menyiksa terus menerus.
Memutar kursinya, menutup tirai yang ada di belakangnya sambil terus menyemburkan napas lelah keudara. Berharap ada keajaiban yang datang dan membawa raganya terbang ke angkasa. Menemui sang langit yang agaknya selalu ceria walaupun sedang musim dingin.
Kala Leora mengintip pada jendela kacanya, Leora sebenarnya tidak ingin terkejut, tetapi ia yang mudah terkejut pun hanya bisa diam sambil mengamati. Siapa yang datang dan untuk keperluan apa sampai dikawal ramai-ramai? Kalau tidak salah itu adalah Bara sagara, ayah Dimas.
Bunyi sekali satu pesan masuk kedalam ponsel Leora, masuk dan mengusik lamunan Leora sampai menoleh dan membukanya.
Dari; Aletha
Apa Bara Sagara memiliki skandal? Kupikir namanya bersih.
Betewe, untuk apa dia ke firma hukum?
Hanya membaca, tak sempat membalas sampai pintunya terketuk lagi dan membuat Leora terkesiap. Batinnya, ada apa lagi? padahal Leora hanya ingin pulang dan beristirahat.
Tak berselang lama, seseorang masuk kedalam ruangannya. Membawa sebuah bingkisan mahal berupa satu paket parfum Victoria Secret's berbagai varian.
"Untukmu, nona. Dari Mr. Sagara," ucap pria yang Leora ketahui bekerja sebagai office boy di kantornya.
Leora pun hanya berterimakasih, inginnya menolak mentah-mentah, tetapi mengingat bagaimana berkuasanya seorang Bara Sagara membuat Leora tidak boleh gegabah menghadapinya. Lagi pula sepertinya ini terkait dengan kabar putusnya hubungannya dengan anaknya. Bisa saja sekarang Bara lah yang sedang mengambil hati mantan pacar anaknya.
"Terimakasih. Taruhlah di lemari dekat buku itu, aku tidak akan membawanya pulang." Leora menunjuk tempat kosong di rak paling atas. Tempat biasa Leora menyimpan bingkai fotonya tetapi sekarang sudah tidak ada. Leora sudah membuangnya di box sampah.
Satu bunyi notifikasi kembali mengusik Leora, bukan lagi dari Aletha melainkan dari Dimas.
Menyeringai sedikit lalu membukanya. Membacanya satu persatu kata-kata sialan yang ia sudah menebak sebelumnya.
Dari; Dimas
Bagaimana kejutanku?
Sudah menerima paket parfum favoritmu?
Oya, bagaimana dengan promosi jabatanmu?
......................
Satu kata untuk takdirnya hari ini hingga malam menjelang, adalah; terimakasih. Mo
Leora memang kesal setengah mampus, dari pagi hingga petang tadi kejutan demi kejutan berdatangan tanpa diminta. Iya, benar yang namanya kejutan pasti datang tiba-tiba, beda dengan delivery order yang sudah ada estimasinya. Namun, sayangnya takdir tidak memberlakukan sistem delivery order, dan Leora sama sekali tidak bisa memesan takdirnya.
Kembali berangan, andai saja ia bisa memilih takdirnya sendiri, alangkah bahagianya jalan yang ia pilih. Tapi sekali lagi, takdir adalah misteri di mana tak ada yang bisa menebak dan memprediksinya. Selain hanya harapan yang terus mengokohkan alasannya masih tetap memilih hidup.
Bunyi-bunyian pertemuan antara sendok dan piring mulai menginvasi setiap rungu yang mendengar. Hening termakan kecap demi kecap mulut yang mengunyah. Makan malam yang seperti biasanya, hanya saja berbeda dari hari kemarin karena Leora memesan sebuah tart kecil untuk diletakkan ditengah meja makan. Tidak akan lupa bahwa Leora hari ini ulang tahun, walau sebenarnya Leora enggan merayakannya tapi ayahnya sangat antusias sekali sampai memesan sebuah hadiah yang katanya akan datang besok siang.
"Ayah melihat ayah Dimas mengunjungi firma hukum kita, ada apa? Mencarimu?" celetuk ayahnya tiba-tiba, membuat Leora yang semula masih mengunyah makanan dan berniat menghabiskannya pun menjadi mengehentikannya. Menyudahi acara makannya karena mendengar kembali nama itu disebut.
Menggeleng pelan, Bara datang ke kantor bukan untuk menemuinya, tetapi untuk bertemu dengan pimpinan untuk membahas perihal kenaikan jabatannya menjadi seorang pengacara senior.
"Dia datang untuk mempromosikan jabatan untukku," sahut Leora apa adanya. Itu yang tadi Bara sampaikan saat sudah berada di ruangannya ditemani dua orang bodyguard yang senantiasa berdiri di belakangnya.
Mengangguk-anggukan kepala mengerti, ayahnya juga mendengar bahwa divisi sebelah mengadakan promosi jabatan untuk pengacara baru. Tapi ayahnya tidak menyangka bahwa Leora yang akan di promosikan.
"Pantas saja, apa Dimas tahu? Dia pasti akan sangat senang mendengarnya," ujar ayahnya lagi yang langsung membuat Leora terbatuk tanpa sebab. Mengambil gelas minuman dan meminumnya dengan tergesa.
"Yah, Dimas bukan pacar Leora lagi. Kita sudah putus." Leora memberitahu, walaupun sebenarnya Leora juga yakin sekali bahwa ayahnya tidak melupakan kenyataan itu.
"Putus karena apa? Kau tidak mengatakan pada ayah," cecar ayahnya, seolah tidak terima saat hubungan anaknya berakhir.
Leora sempat memutar malas kedua bola matanya, meletakkan kembali gelas yang sedari tadi Leora mainkan. Hendak beranjak, tapi perlu satu kali Leora bicara sebelum benar-benar pergi dari meja makan.
"Aku yakin ayah tahu rasanya dihancurkan oleh sebuah pengkhianatan."
......................
Ayah Leora, Alex Daymion, tidak menyahut pun mencegah Leora untuk tetap duduk di sana sampai makan malam selesai. Alex tetap membiarkan Leora pergi, melenggang bersama satu kalimat yang terucap dan kembali menusuk dadanya kelewat dalam.
Alex tahu betul rasanya dikhianati, sangat. Tetapi bedanya, pengkhianatan istrinya adalah karena semesta yang memintanya. Istrinya yang berjanji akan selalu bersama, berakhir meninggalkannya bersama dua buah hati yang manis karena sebuah kecelakaan tunggal. Alex sempat membenci semesta yang seolah mengambil semuanya, dan dengan kalimat Leora yang ia dengar membuatnya kembali mengilas balik bagaimana dulu ia berjuang untuk hidupnya, motivasi hidupnya hingga memilih tetap hidup dan memberikan yang terbaik untuk dua bunga kuncupnya, dua putrinya.
Tetapi itu dulu, sekarang yang terpenting adalah Alex yang ingin membuat putrinya memiliki kehidupan yang baik. Alex hanya ingin mengulang keberhasilannya membuat sulungnya akhirnya bahagia dengan hidupnya. Dengan suami yang dirinya pilihkan dan sekarang mereka adalah keluarga kecil yang manis. Bersama seorang gadis kecil manis yang selalu menangis tengah malam, cucunya yang gemas.
"Yah, Leora berbeda denganku, kumohon yah, mengertilah..." celetuk Leona yang memang makan dan duduk tepat di depan ayahnya.
Dengan telapak hangatnya Leona menggenggam tangan ayahnya yang nampaknya sedikit terusik dengan kalimat Leora yang barusan terdengar.
Menenangkan sebisanya, hingga Leona sadar bahwa ayahnya kerap emosional jika sudah membahas mamanya. Mamanya telah lama pergi, tetapi dalam hati ayahnya, Leona yakin mamanya tetap di sana dengan balutan kasih yang tak pernah memudar barang hanya sedikit.
"Lanjutkan makanmu, ayah harus bertemu seseorang," ujar ayahnya tiba-tiba. Mendadak sekali sampai Leona bingung mau kemana ayahnya malam-malam. Akan bertemu siapa malam seperti ini?
Lalu ayahnya pergi saja, tanpa menanyakan apakah Leona bahagia dengan hidupnya yang sekarang atau tidak. Paksaan pernikahan yang menyiksa meskipun Leona tidak benar-benar membenci ayahnya. Tetapi ia ingat betul bagaimana dulu ayahnya sangat memaksakan dirinya agar mau menikah dengan pilihan ayahnya.
"Bertemu siapa? Haruskan aku menelpon taksi?" tanya Leona sebelum ayahnya terlalu jauh. Akan bahaya jika ayahnya menyetir sendirian, mengingat ayahnya memiliki rabun senja yang sudah lumayan banyak angkanya.
Ayahnya sempat memberi isyarat dengan tangannya, tidak perlu. "Dia akan kemari," sahut ayahnya dan Leona hanya bisa mengerti tanpa mengucap lebih lanjut.
......................
Malam semakin larut, berteman sepi suasana, akhirnya apa yang Alex tunggu datang juga. Sebuah mobil hitam BMW hitam keluaran terbaru dan seseorang pria yang terlihat keluar dari sana. Pakaian hangat, surai legam acak yang manis, tersenyum begitu inosen kearah Alex yang menyambutnya.
"Harusnya bilang kalau ingin pulang ke Indonesia, aku bisa menjemputmu," celetuk Alex sambil memeluk pria itu dan mengusap punggungnya. Menandakan kedekatan yang sudah kelewat dekat. Dimas ingin menunjukkan itu pada dunia.
Senyumnya melebar tatkala pelukannya melonggar. Dimas tahu bagaimana cara menjadi yang terbaik dimata seorang manusia. Hanya perlu memberikannya sebuah hal manis, maka keinginannya pun akan datang menghampiri.
"Tidak perlu ayah, aku juga mendadak sekali. Aku pulang untuk Leora, yah..." sahut Dimas halus sekali. Sedang berusaha menjadi malaikat di mata ayah Leora.
Seikat buket bunga kesukaan Leora telah Dimas genggam, bersama sebatang cokelat murni yang pahitnya terasa sekali. Dimas inginnya langsung menemui Leora, hanya saja sepertinya ia perlu sedikit menunggu karena semuanya sudah tidak sama lagi. Ada yang sudah berubah, statusnya dan sikap Leora terhadapnya.
"Ayah dengar dari Leora, kalian putus?" tanya ayahnya to the point saja. Rasanya dalam benak tak tenang saat mendengar Leora mengakhiri hubungannya yang sudah berjalan lebih kurang 3 tahun terakhir.
Dimas tidak langsung menjawab. Bingung akan berbohong atau tidak. Berbohong hanya akan menambah daftar masalah nantinya, tapi jika tidak berbohong maka Dimas harus siap kehilangan Leora selamanya, padahal Dimas masih mengharapkan Leora untuk kembali menjadi miliknya. Cukup bagi Dimas bersikap bodoh, ia ingin memiliki lagi apa yang pernah ia miliki, Leora.
"Hanya salah paham, yah. Kami hanya perlu bicara," sahut Dimas meyakinkan. Alasannya klasik, Dimas ingin Leora kembali bagaimana pun caranya.
Ayah Leora hanya menganggukkan kepalanya, mengerti dengan begitu baik. Setiap hubungan pernah mengalami kesalahpahaman, selisih pendapat, atau berbeda prinsip. Dia hanya berharap semuanya akan kembali seperti semula.
"Masuklah dulu, Leora sedang sulit sekali diajak berbicara, apa kesalahpahaman kalian separah itu? Kamu tidak bermain wanita, kan?"
[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments