3. You didnt know anything

"Semahal apapun sebuah harapan, tak akan pernah bisa membayar lunas sebuah kekecewaan."

......................

Malam adalah teman yang paling setia. Dia tak akan pernah menghakimimu walaupun dia sudah pengang mendengarkan seluruh ocehan malammu yang kau suarakan dalam hening sunyinya. Nyatanya, Leora hanya ingin dirinya tidur, tetapi jangankan untuk tertidur, memejam pun ia rasa sudah sangat kesusahan.

Leora tak peduli pun jika ada yang menganggapnya berlebihan mendeskripsikan rasa apa yang tengah ia sendiri rasakan sejauh ini, karena nyatanya seperti itulah yang tubuhnya rasakan. Reaksi yang kurang lebih wajar saat pikiran sedang membludak. Dalam konteksnya Leora jelas sedang patah hati, pun sebenarnya Leora juga tidak menyangka efeknya akan seperti ini. Ia pernah putus cinta, tapi tidak separah ini. Leora sampai berpikir ribuan kali tentang ada apa dengan hatinya? Benarkan ia mencintai Dimas sebegitu dalamnya?

Hubungannya dengan Dimas memang sudah lama terjalin. Bersama kisah yang manis untuk sepasang kekasih yang katanya saling mencintai tanpa peduli bagaimana dulu mereka dipertemukan. Pada intinya mereka pernah bahagia karena saling menggenggam satu sama lain. Saling ada dan saling menghargai. Mencoba saling mengerti dan saling memahami. Bukankah sebuah hubungan tak akan pernah bisa berjalan saat pondasi kepercayaan sudah dihancurkan dari satu pihak?

Semahal apapun harapan setelah sebuah kekecewaan tertelan paksa, nyatanya tak akan pernah cukup membayar lunas sebuah luka yang tergoreskan. Setelahnya pernah bahagia, dan pada akhirnya Leora kembali kecewa.

Kelopak indahnya mengedip beberapa kali, menerawang pada pekatnya langit yang berbintang. Menghitung bintang sampai mengantuk adalah hal yang selalu Leora lakukan saat sedang memikirkan hidupnya. Sambil berpikir perihal kenapa semesta selalu mudah sekali membuatnya hancur dan patah berkali-kali.

Menghela napas, merentangkan kedua lengannya, berharap ia akan bisa bernapas lega setelah mencoba berdamai dengan kenyataan. Leora meyakini bahwa hal paling masuk akal agar dirinya tidak melakukan hal konyol setelah patah hati adalah dengan berdamai dengan keadaan dan kenyataan yang ada. Rasanya akan percuma sekali memberontak saat semesta saja tidak mendengarkan rengekannya.

Balkon yang semula selalu sepi, sekarang menjadi tempat paling nyaman bagi Leora mendengarkan musik sambil membaca buku-buku yang berkaitan dengan pekerjaannya. Mendalami kajian-kajian kasus pengadilan yang terjadi akhir-akhir ini.

Entahlah, Leora lebih memilih untuk membaca kertas-kertas itu daripada sebuah novel. Alasan kuatnya adalah karena Leora tidak ingin membuat dirinya mengharap-harapkan hal yang hanya terjadi dalam sebuah fiksi. Kisah cinta romantis dengan romansa indahnya yang selalu berakhir bahagia.

Persetan dengan bahagia, padahal Cinderella saja berakhir bercerai dengan pangeran yang katanya sangat mencintainya.

Kumpulan-kumpulan kenyataan yang mengepal dalam kepala, pada akhirnya membuat Leora rasanya ingin cuti dulu dari peradaban dunia, tapi nyatanya Tuhan tidak memberlakukan fase kehidupan seperti itu.

Hidup itu layaknya mengayuh sebuah sepeda, jika berhenti maka berakhir jatuh. Ayuhlah sebisanya, pelan pun tidak masalah asal jangan berhenti. Leora percaya ini hanyalah masalah waktu, perlu sedikit waktu lagi untuk menyembuhkan hatinya, kendati ia juga meyakini bahwa tak ada luka yang benar-benar sembuh. Mungkin sakitnya sudah berkurang, tapi bisakah menjamin bekasnya akan memudar?

Ditengah hitungan keseratus pada bintang diujung selatan yang sendirian, Leora mendapati ponselnya bergetar dan memunculkan sebuah gelembung pesan yang ternyata dari Aletha, temannya yang tidak ia hubungi selama seharian ini. Sedang malas berurusan dengan siapapun, termasuk orang terdekat sekalipun.

Sudah dikata Leora sebenarnya ingin cuti saja!

...Dari; Aletha...

...Kau sedang ingin cuti hidup? Lagi?...

Menarik oksigen untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak sekali, rasanya seperti kadar oksigen benar-benar menyusut dengan tidak semestinya. Membaca pesan Aletha mengingatkannya pada saat dimana dirinya pertama kali menerima Dimas sebagai kekasihnya, tepatnya 5 tahun yang lalu. Disebuah kafe yang menjadi tempat favoritnya hingga hari ini.

Nyatanya Leora tidak memiliki banyak sahabat. Teman yang hanya sekedar teman dan tahu nama dan hanya membahas perihal pekerjaan, ia punya banyak. Namun, yang benar-benar mengerti dirinya luar dalam hanya satu orang, yaitu Aletha. Aletha adalah teman yang semula adalah saingannya dalam hal prestasi semenjak masih sekolah menengah, dan semuanya berubah saat ternyata mereka mendaftar diperguruan tinggi yang sama dan fakultas yang sama; ilmu hukum.

Meskipun jemarinya gatal sekali ingin membalas, tapi ia berakhir kembali meletakkan ponselnya diatas meja kecil dimana disana laptopnya juga sedang menyala. Banyak sekali pekerjaan yang terbengkalai satu hari tadi, dan ia harus bertanggung jawab untuk diselesaikan malam ini.

Baru saja jemarinya mengapit sebuah ballpen untuk mulai mengerjakan tugasnya yang menggunung minta diselesaikan, satu kali getaran kembali mengusik atensinya. Jika saja itu Aletha, maka sudah dipastikan Leora akan mengabaikannya lagi dan akan berbicara saja esok hari secara tatap hadap. Karena selalu saja Leora merasa tidak puas saat Leora bercerita hanya lewat ponsel, tidak gamblang dan masih mengganjal saja perasaannya. Namun, yang tampil pada jendela pesannya adalah sebuah nama yang sedang menjadi topik hangat beberapa hari terakhir ini.

Tahu? Leora jadi ingin melempar ponselnya, jikasaja ia tidak teringat nomor rekening bosnya ada disana. Urusan uang, dan Leora tidak pernah bermain-main dengan rekeningnya. Biasa, wanita kan realistis.

...Dari; Dimas...

...Sayang, apa tidak ada akhir yang lain selain berpisah? Aku sudah memutus hubungan dengan sekretarisku. Maafkan aku......

......................

Segala harap akan tumbuh merekah pada pagi hari, katanya begitu. Dan harusnya begitu.

Leora bilang ia akan tetap berangkat hari ini, sudah lama sekali ia tidak duduk dikursi rapat dan mendengarkan sambil memahami apa yang seharusnya seorang pengacara lakukan.

Lebai! Padahal baru sehari Leora tidak masuk kerja!

Benar! Tapi memang Leora tidak lebai, itu Leora yang menirukan ayahnya saat mengatakannya sewaktu sedang sarapan. Sungguhan Leora sudah mengira bahwa ayahnya akan membuatnya seperti anak buangan hanya karena tidak mendengarkannya tadi malam, tapi nyatanya ayahnya sangat manis pagi ini. Ayahnya memberinya sebuah bonus karena hari ini Leora ulang tahun yang ke 25, hari bahagia dan harusnya ia merayakannya.

Bersandar pada jendela kaca mobilnya, menerawang pada awan pagi yang berjalan diatas sana. Menaungi keramaian dibawahnya. Kepalsuan dari manusia penghuni bumi yang berlagak selalu senang bekerja, padahal sama sekali mereka membenci jam kerja. Tapi langit siang tetap diam dan menyaksikan mereka yang kerap tersenyum pada siang hari, dan menangis pada kelamnya malam sunyi.

Mengingat momen pagi ini nyatanya membuat Leora kembali mengilas balik memori tahun lalu, tepatnya pada hari dimana ia juga berulang tahun dan disana sebuah pesta kecil diadakan sebagai bentuk rasa syukurnya bersama beberapa teman dan kolega, juga Dimas yang selaku penyelenggara dan pemilik ide manis itu.

Ada sedikit rasa emosional yang menjalar dalam setiap desiran darahnya. Ada kilatan senyum yang berkali-kali mencoba mendobrak kewarasannya. Leora sadar ini bukan waktu yang tepat untuk memutar ingatan indah, tetapi tak ada cara lain selain itu untuk membuatnya bisa berpikir bahwa ia tak pernah salah dengan keputusannya. Keputusan untuk tidak mempertahankan hubungan yang memang sudah tidak Dimas inginkan.

Perkara tadi malam pesan dari Dimas, Leora hanya menduga bahwa sepertinya Dimas sedang mabuk, perkataannya melantur dan gila! Padahal Leora tak pernah membahas perihal sekretaris Dimas, dan pria itu membuka kartu as-nya sendiri. Leora mencurigai hal itu sejak lama, dan malam kemarin Leora mendapatkan jawabannya. Bukan hanya spekulasi tak mendasar, Dimas memang bermain-main dibelakangnya.

Tapi, Leora sudah tidak peduli, sekarang semuanya berakhir dan tugasnya adalah menyembuhkan hatinya. Memulai dari awal, yang entah bagaimana caranya. Ia sudah tak percaya cinta dan romansa, apalagi sebuah hubungan terikat.

Jarak sudah mengenalkannya pada luka paling menyakitkan bagi Leora, dan rasanya bukan lagi sebuah harapan untuknya tetap tersenyum saat rasa kecewanya terlalu dominan dalam dirinya.

"Yah, aku akan bertemu klien hari ini. Tolong katakan pada divisiku untuk tidak perlu menungguku saat rapat," ujar Leora pada ayahnya.

Iya, Leora memang tidak sedang berminat membawa mobil sendiri, ditambah ayahnya yang memang satu kantor dengannya dan satu arah dengan kafe tempatnya akan bertemu.

"Kafetaria," celetuk Leora dan ayahnya langsung mengerti. Lampu sen sudah menyala diikuti mobilnya menepi. Menghela napas sekali lagi, Leora akhirnya meraih gagang pintu dan membukanya. Namun, sesaat sebelum Leora keluar, ia sempat mendengar ayahnya berkata. Kalimat pertama setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 10 menit dari rumah.

"Ayah tidak memaksamu, tapi pertimbangkanlah keputusanmu. Ayah hanya tidak ingin kamu menyesal," ujar ayahnya, dalam manik hitam jelaga itu terdapat ribuan harapan, tapi Leora juga tak yakin akan harapan apa yang ayahnya sematkan padanya. Jika itu perihal hubungannya dengan Dimas, maka Leora mungkin akan mengecewakan ayahnya.

Memilih untuk tidak menanggapi dengan kalimat panjang  yang bisa saja membuat Leora menjadi mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya dikatakan, akhirnya Leora melanjutkan yang sempat tertunda yaitu keluar dari mobil ayahnya. Leora hanya sempat tersenyum simpul sebagai tanda perpisahan.

Leora bukan muak terhadap ayahnya, hanya saja ia perlu waktu untuk menanggapi setiap kalimat ayahnya yang selalu saja membuat hatinya seperti tersayat belati tajam.

Sesaat kemudian Leora membiarkan kedua netranya menyaksikan mobil ayahnya melesat pelan disela keramaian, dengan dirinya yang masih berdiri disana untuk beberapa saat sampai ponselnya bergetar panjang. Telepon dari seseorang masuk kedalam ponselnya dan Leora langsung bergegas menuju ke sebuah kafe yang dimaksud oleh klien-nya.

Malam tadi Leora ditunjuk oleh kepala divisi untuk menangani seorang klien yang membutuhkan bantuan seorang pengacara, pun Leora mengiyakan tanpa pikir panjang karena memang itulah pekerjaannya.

Leora sudah berjanji dalam sumpah pengacara, bahwa: seorang pengacara tidak boleh menolak jika pun klien-nya adalah seorang penjahat sekalipun. Karena jika bukan latar belakangnya pun kasusnya yang dibela, seseorang penjahat tetap memiliki kredibilitas dan harga dirinya yang mesti dilindungi.

Dan Leora tetap mengiyakannya meskipun ia belum tahu persis dan hanya membaca sekilas saja kasus apa yang akan ia tangani dan siapa klien yang sekiranya menunjuk dirinya sebagai pengacaranya.

Menghela napas sebelum mengangkat telepon yang ternyata dari Aletha, masih sempat-sempatnya Leora berpikir bahwa klien-nya tentunya bukan dari kalangan kelas menengah ke bawah, karena Leora yakin kalangan kelas bawah tak akan bisa memberinya uang jasa. Leora adalah pengacara berintegritas dan namanya sudah lumayan dikenal. Bukan mutlak karena kerja kerasnya tentu saja, tetapi juga firma hukum tempatnya bekerja memiliki pengaruh yang lumayan besar untuk karir pengacaranya.

"Menelponku pagi-pagi? Mau memintaku mentraktirmu sarapan?" tanya Leora bahkan saat Aletha belum sempat berbicara.

Menunggu dengan perasaan yang lumayan asing, langkahnya juga memelan sembari menunggu Aletha yang tak kunjung memberinya jawab atas pertanyaannya yang sebenarnya sama sekali tidak membutuhkan jawaban.

Baru saat gendang telinganya tersentak, saat itulah langkahnya benar-benar berhenti pada pijakan terakhirnya.

"Apa kamu memiliki janji dengan mantan kekasihmu itu? Dimas, di kafetaria, kau sudah melihatnya?"

[]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!