Kami belum lama ini selesai mengerjakan tugas kelompok tadi, ketika pintu ruang jelas diketuk oleh seseorang yang kemudian mengganggu aktivitas kelas kami, yang berisik sehingga seketika semua menjadi sunyi.
Ketua kelas berdiri lalu membuka pintu untuk melihat siapa tamu gerangan yang datang itu, setelah mereka sedikit mengobrol Ketua kelas kami menoleh dan dia melihat tepat ke arahku.
Aku berkedip bingung, sebenarnya kenapa lagi? Tidak mungkin kan, seseorang mencari aku lagi. Ketua kelas kemudian berkata dengan suara agak keras; “Sudah waktunya pulang, Ella kakak mu menjemput mu.”
Aku tidak punya kakak!
Entah siapa lagi, orang yang mengaku sebagai kakak ku itu, benar-benar deh. Aku merasa kesal, kemudian itu bertambah lagi dengan Daren yang kembali menatap Aku, “Kau punya kakak?"
“Aku itu anak sulung, bagaimana Aku bisa memiliki Kakak? Kakak sepupu iya, tapi tidak ada yang satu sekolah dengan ku.”
“Lalu, yang di luar siapa?”
“Mengapa kau bertanya padaku?” Aku menatapnya.
“Dia mencari dirimu.”
“Lantas, apa? Aku tidak kenal banyak orang di sekolah.” Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba Daren seperti mengajak Aku untuk ribut. Itu membuatku kesal saja, Tadi moodnya sudah baik kenapa sekarang jadi buruk lagi?
Tidak bisa di mengerti.
Aku meninggalkan Daren yang masih terus menatapku, menuju ke pintu kelas untuk melihat siapa yang sudah mengaku menjadi kakakku. Aku kemudian mengernyit, menatap tidak suka pada orang di depanku uang sedang tersenyum cekikikan
“Ayo, ambil tasmu dan pulang denganku.” Putra melirik jam tangannya.
“Aku bisa pulang sendiri, kenapa kau kemari?” Aku bertanya dengan kesal padanya.
“Apa lagi? Tentu saja menjemputmu.”
“Hah? Untuk apa kau menjemput aku? Aku bukan anak kecil!” Aku tanpa sadar menaikkan volume suaraku. Putra ini maunya apa sih? Menyebalkan sekali. Kenapa pula aku harus pulang dengannya? Rumah kami berbeda bahkan jaraknya agak jauh.
“Pulanglah duluan, aku masih ada kerja kelompok.”
“Aku akan menunggumu, aku membawa kendaraan.” Aku kemudian di buat terkejut olehnya, Orang ini belum punya SIM tahu!
Aku dan Putra hanya berbeda satu tahun, Dia lebih tua satu tahun dariku ingat Aku saja baru meng injak usia 13 tahun Oktober kemarin. Sementara Putra sudah akan memasuki usia 15 tahun kelas tiga nanti.
“Aku tidak mau! Pulanglah sendiri" Aku menutup pintu lalu menuju tempat dudukku dengan kesal.
“Apa yang terjadi?” Indira bertanya padaku, itu membuat aku menghela napas.
“Tidak ada, Mari lanjut mengerjakan Tugasnya,” jawabku.
Kami berempat menjadi hening, semua fokus pada pekerjaan masing-masing, sesekali aku merasakan pandangan Daren lagi, aku melihatnya dan dia mengalihkan pandangannya dariku.
Aku pun menghela napas dan akhirnya berkata padangan: “Orang tadi Putra, dia mengajak aku pulang bersama. ”
Daren kemudian melirik aku, “Apakah dia selalu seperti itu? Mengaku sebagai kakakmu?”
“Hum, jika sedang berdua dia meminta aku memanggilnya Om rapi jika di tempat umum dia suka mengaku sebagai kakakku.”
“Ya, begitu memang. Garis keluarga membuat kita bingung.”
“Iya, kau benar. Aku dulu juga bingung, bagaimana bisa tante aku umurnya lebih muda dariku, aku memanggil mereka dengan sapaan saudara tapi nenekku berkata panggil mereka tante.”.
“...”
Pohon keluarga memang serumit itu, kamu tidak akan mengerti jika kakek atau nenekmu tidak pernah menjelaskannya padamu. Itu yang aku rasakan dulu, Aku dan Putra selisih satu tahun, dan dia adalah anak dari saudara nenek ku, sepupu terkecil mamaku.
“Kau punya keluarga yang unik,"
Aku hanya mengangguk saja, kami segera menyelesaikan tugas tersebut lalu pulang. Aku berpikir Putra sudah lebih dulu kembali, tapi ternyata aku salah dia masih tetap menunggu aku di depan kelas.
Aku tidak ingin pulang bersamanya, pertama dia belum punya SIM, kedua dia masih di bawah umur dan ketiga kami tinggal di tempat yang berbeda.
“Ayo kita pulang,” Putra mulai menggenggam tanganku dan ingin menarik aku untuk pergi.
“Aku tidak mau, tadi aku sudah bilang untuk pulang saja duluan. Lagi pula rumah kita berbeda,” ucapku mengingatkan dia.
Tidak, aku tetap akan mengantarmu, sekalian aku ingin bertemu dengan nenekmu.”
Nenekku sesungguhnya adalah tantemu sendiri, Aku hanya berkata itu dalam hati karena aku tidak ingin menarik perhatianmu orang banyak. Aku dan Putra terlibat pertengkaran, sampai pada akhirnya aku terpaksa ikut dengannya.
Sepanjang jalan aku tidak berbicara padanya, aku sangat khawatir karena akan pulang tanpa menggunakan Helm, dan bahkan bersama dengan pengendara yang tidak memiliki surat izin mengemudi.
Ketika aku tiba di rumah, aku langsung meninggalkan dia yang masih memarkir motornya di bagasi. Aku benar-benar tidak ada niat untuk mengobrol dengannya, bahkan ketika Kakek bertanya padaku aku hanya berkata bahwa aku lelah.
Aku langsung masuk ke dalam kamarku yang berada di lantai dua. Adikku yang duduk kelas lima sekolah Dasar ternyata sudah ada di meja belajar ku dan sepertinya sedang mengerjakan tugas sekolahnya.
“Kakak, kau sudah pulang? Bisa bantu aku menggambar? Aku memiliki tugas menggambar, dan besok akan di kumpulkan.”
“Hm, coba aku lihat apa yang sedang kau gambar?” Aku bertanya pada adikku setelah aku selesai mengganti pakaian sekolahku.
Gabriel, dia adalah adik kedua ku dan dia adalah gadis kecil yang baru saja akan berusia 10 tahun depan. Adikku yang satu ini emang tidak memiliki kemampuan dalam seni, tetapi dia selalu mendapatkan juara kelas.
“Apa yang serang kau gambar? Anak kucing?” Aku menatap Gabriel, dan dia hanya mm
Em balas ku dengan berkedip saja.
“Itu Kerbau, Kakak!” Dari nada suaranya aku tahu dia sedang kesal padaku.
“Tidak mirip sama sekali,” Aku menemukan adikku sudah melototi aku, kali ini sepertinya dia benar-benar marah padaku.
“Hei, sudah tidak perlu marah, sekarang biarkan aku yang duduk disitu.”
Gabriel kemudian pindah dari kursi dan pergi keluar kamarku. Aku hanya menggelengkan kepala lalu, mulai neng menggambar seekor Kerbau besar yang sedang mandi lumpur di sawah.
Tidak lama kemudian, Pintu kamarku terbuka dan Gabriel masuk bersama dengan Putra dan nampan makanan. Aku menghentikan pekerjaan ku, lalu menghabiskan makan siangku.
“Eh, kemana Mikhael?” aku tidak melihat adik pertamaku sejak tadi.
“Kakak pergi bermain ke rumah Tetangga.”
Nama adik pertamaku adalah Mikhael, namanya memang agak mirip dengan nama tetangga kami, hanya bedanya adikku ada tambahan "h" sementara teman kecilku tidak ada tambahan "h" di namanya, Mikael..
Nama kami bertiga diambil dari nama tiga malaikat agung, St. Mikael, St. Gabriel dan St. Rafael. Meskipun malaikat Gabriel dan Rafael bergelar Santo, nama mereka cukup feminim sehingga itu membuat orang tua kami memilih nama tersebut sebagai nama Baptis kami..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments