Aku duduk di kursi ku dengan malas, tidak terasa waktu sudah berlalu tiga bulan. Sekolah dimulai pada awal bulan Juli dan sekarang sudah akhir bulan September.
Kami akan menyambut bulan Oktober, dimana sesuai dengan Iman Katolik, kami akan berdoa bersama-sama satu bulan penuh. Bulan Oktober bukanlah bulan biasa, bagi kami Bulan tersebut di sebut bulan Rosario.
Kebetulan sekali mata pelajaran selanjutnya adalah agama. Kami berkumpul di taman baca, mereka berkata bahwa untuk kali ini guru akan menjelaskan materi dan nantinya akan diberikan beberapa soal cerita.
Kami menuju ke taman baca ketika bel akhirnya berbunyi. Anak laki-laki semuanya hadir, Masing-masing kami duduk mengelilingi meja bundar yang ada di tengah-tengah taman baca.
Masing-masing sisi meja diisi oleh tiga orang. Aku duduk di pinggir, di samping kanan ku adalah anak laki-laki yang berdiri di sampingku saat pengumuman hasil perlombaan.
Melvin.
Daren sendiri duduk di samping, Melvin. Setelah menjelaskan materi, guru membuka suaranya lagi: “Baiklah, sekarang kalian kerjakan tugasnya secara berkelompok. Bentuk tiga kelompok, dengan masing-masing anak perempuan. ”
“Guru, mengapa tidak melakukan undian saja?”Vero, salah satu anak laki-laki dari kelas kami bertanya.
“Aku akan meminta mereka mengawasi kinerja kalian.”
Guru tersenyum senang setelah membentuk kelompok, Aku ada di kelompok yang sama dengan Melvin, Daren dan Vero. Sementara Anastasya satu kelompok dengan Kris, Alex dan Diknas. sementara Agnes bersama dengan Ken, Natan dan Erlang.
Guru membebaskan kami untuk mengerjakannya di manapun yang kami mau selama masih di dalam area perpustakaan. Tim Anastasya dan Agnes memilih untuk menuju ke ruang perpustakaan, kami ditinggalin di taman baca.
“Jadi, dari mana kita akan mulai?” Aku membuka suara, Daren sudah duduk di sampingku.
“Bebas, dengan adanya dirimu kita bisa cepat selesai,” Melvin tersenyum bangga.
“Guru berkata bahwa tugas ini dikerjakan secara Kelompok, ingat aku ditugaskan untuk mencatat kinerja kalian.”
“Hei, jangan keterlaluan begitu Ella. kita adalah teman sekelas.”
“Perlu aku ingatkan bahwa kita juga adalah anak sekolah, jangan malas. ”
Aku mengambil kertas bagian tengah bukuku untuk merobeknya, kemudian ku mulai mencari pena milikku, Rasanya aku belum lama ini memegangnya, kemana dia hilang?
Aku bertanya, “Hei, apa kalian melihat pena milikku?”
“Gunakan punyaku saja,” Vero memberikan pena miliknya.
“Kau tidak mencatat?” tanyaku, dia kemudian tersenyum lembut, lalu berkata; “Aku masih punya satu.”
Aku pun mengangguk dan meraih pena miliknya. Kami kemudian membagi tim menjadi dua sesuai tempat kami duduk, Melvin bersama dengan Vero, dan tentu saja aku bersama dengan Daren.
Tugas kami dibagi menjadi dua bagian, satu bagian berbentuk soal cerita dan bagian lain adalah soal tambahan dari guru kami, Aku dan Daren mendapatkan soal cerita, cukup mudah menurutku.
Melvin dan Vero mengerjakan soal tambahan dari guru. Soal tambahan yang di berikan di luar materi hari ini, seputar Iman Katolik.
“Apa itu doa Novena? Kenapa guru memberi pertanyaan seperti ini? ” Melvin tiba-tiba bertanya.
“Mungkin untuk menguji apakah kita rajin berdoa,” jawabku.
“Kita semua sudah pasti tahu kalau Novena berasal dari bahasa latin yang artinya Sembilan jadi itu adalah doa yang dilakukan selama sembilan hari tanpa henti pada jam yang sama.”
“Sebaiknya kau jawab saja, jangan ribut kelompok lain bisa mendengar kita,” ucap Vero
“Sudah, ayo cepat selesaikan.”
Aku melanjutkan pekerjaanku mencatat apa yang Daren diktekan padaku. Jumlah total soal cerita ada lima nomor, Daren membiarkan aku menulis jawaban dua nomor pertama dan sisanya akan dilakukan olehnya.
Aku meletakkan pena setelah aku selesai dan memberikan lembar kertas itu pada Daren, Aku merasa hari ini Daren banyak diam, biasanya dia akan sangat cerewet ketika kelas berlangsung.
Setelah pekerjaan kami selesai, kami duduk diam menunggu yang lain. Masih ada 20 menit lagi sebelum pelajaran usai, kertas hasil kerja kami dikumpulkan menjadi satu.
“Aku berencana akan mengadakan kegiatan Rekoleksi sebelum akhir semester kenaikan kelas nanti, jadi kita membutuhkan banyak persiapan sekarang... "
“.... Kita bisa mulai membicarakannya minggu depan.”
Kami mengangguk, kemudian berpamitan pada Guru untuk kembali ke kelas. Minggu depan akan memasuki bulan rosario. Kami akan melakukan ibadah di taman baca.
Doa rosario biasanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, untuk setiap peristiwa yang sudah ditentukan pada hari-hari tertentu. Karena jam sekolah yang terbatas kami hanya melakukan doa rosario sebanyak sepuluh kali saja, secara bersamaan tidak bergilir.
Setiap kelas akan bergantian untuk memimpin doa pagi, Setiap anak akan mendapatkan giliran mereka. Setelah ibadah pagi selesai, guru meminta waktu sebentar untuk mengatakan bahwa setelah jam sekolah selesai kami harus berkumpul kembali untuk membicarakan rencana rekoleksi.
Bunyi sirine terdengar dari ruang guru, saat ini adalah jam pelajaran terakhir. Sudah lewat satu minggu, guru menerangkan materi didepan kelas. Ketika mendengar sirine tersebut guru menghentikan penjelasannya sejenak.
“Pemberitahuan untuk semua siswa-siswi Katolik tahun kedua untuk tinggal sejenak setelah kelas selesai, di taman baca, sekian dan terimakasih”
Guru memperhatikan seisi kelas kami lalu melanjutkan pembelajaran. Indira menghentikan pekerjaannya lalu menatap ke arahku.
“Apa yang akan kalian lakukan?” tanyanya.
“Guru berencana melakukan Rekoleksi akhir semester kenaikan kelas nanti, " Aku memberikan jawaban.
“Sangat menyenangkan jika begitu, aku harap kami juga seperti itu. ”
“Maka pergilah dan bicarakan topik itu dengan guru agamamu."
"Hmn, guru mungkin tidak akan mendengarkan aku. ”
Tiga puluh menit setelahnya bel sekolah berbunyi, guru keluar dari ruang kelas kami sementara kami membenahi peralatan belajar kami. Secara kelompok kecil, kami menuju ke taman baca. Sementara indira sudah pamit untuk pulang.
Banyak murid yang sudah masuk ke perpustakaan, Aku dan kedua gadis lainnya segera bergegas agar bisa mendapatkan tempat duduk. Kami duduk di sisi kanan, anak laki-laki lain berpisah tempat.
“Hei, bergeser lah sedikit. Aku masih belum dapat tempat, " Aku menoleh padanya dan bertanya ada diriku sendiri, siapa anak ini?
“Hei, Ella! Kau dengar aku? Bisa kau bergeser, guru akan segera berbicara,” anak laki-laki itu bicara, kemudian aku bergeser memberikan cukup tempat padanya.
Lalu tanpa sadar, aku bertanya padanya, “Kau mengenal aku?”
“Aku belum lama pergi dan tidak mengunjungi kelas mu sejak terakhir kali, dan kau lupa aku? Ingatanmu sangat buruk, ini aku Raka ganteng.”
Uhuk!
Aku batuk kecil dibuatnya, siapa yang akan mengenali dia dengan potongan rambut yang pendek dan tidak ada menutupi dahinya, kepalanya nyari tidak ada rambut seperti sebelumnya, Sebenarnya aku hampir lupa padanya, jika Raka tidak muncul disini, aku juga rasanya tidak melihat dia setiap ibadah pagi.
Atau, aku saja yang tidak memperhatikan sekitar?
Kemudian aku berkedip beberapa kali setelah mendengar suara jentik kan jari di telingaku. Aku melirik pada teman di sampingku, alisnya kemudian dia mainkan seperti memberikan sebuah kode agar aku melirik ke arah depan.
Aku tertegun, diseberang sana aku melihat Daren tampak dengan wajah malas, bibirnya mengkerut pandangannya tidak sedang mengarah padaku kan? Ada apa sih ini? Aku mulai tidak bisa memahami dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments