Seorang abdi membawa tubuh si bayi bersama jasad kedua orang tuanya dan orang orang yang tewas bersama mereka. Dan benar saja, seluruh tubuh itu dilemparkan ke sungai. Namun sebelumnya tubuh tubuh itu diikat pada sebuah batu dengan menggunakan rotan.
Satu persatu tubuh itu ditenggelamkan. Seorang abdi yang memiliki nama Projo itu kembali memandang wajah bayi milik tuannya yang terdahulu. Bayi tersebut tertawa, binar matanya membuat Projo tidak tega untuk menenggelamkan sang bayi. Projo pun memutuskan membuat sebuah keranjang anyam dari rotan.
" Kang, kamu mau membuat apa."
" Oh ini aku mau membuat keranjang, tadi kebetulan pas jalan kesini aku banyak melihat rempah obat. Nanti aku akan mengambilnya."
" Oh begitu, ya sudah kang. Saya kembali duluan."
Projo menghela nafasnya lega saat. Beruntung tadi dia sempat menyembunyikan sang bayi dibalik pohon besar. Setelah beberapa saat dia pun selesai menganyam keranjang tersebut.
" Pinter koe le, ndak nangis sama sekali. Maafkan kami yo le yang ndak bisa melindungi romo dan ibu mu. Kalau suatu hari kamu hendak marah dengan kami, marahlah. Aku sendiri akan menerimanya. Semoga kamu bisa hidup dengan baik."
Projo meletakkan si bayi ke dalam. keranjang anyam yang sudah dia lapisi dengan kulit pohon serta beberapa dedaunan lebar. Sebelumnya Projo juga sudah merobek beberapa kain milik tubuh tubuh tak bernyawa tadi untuk mengalasi sang bayi.
Projo meletakkan bayi mungil itu di keranjang anyam rotan buatannya lalu ia pun turun ke sungai. Ia menaruhnya di atas air dan membiarkan keranjang berisi bayi itu terbawa arus.
" Sekali lagi maaf ya tole "
Tak ingin berlama lama merasa sedih di sana Projo kembali ke atas. Ia harus segera pulang sebelum Duranjaya curiga.
Benar saja, saat kembali ke padepokan Duranjaya memanggil Projo ke pendopo.
" Mengapa kau begitu lama. Apa yang kau lakukan. Apakah kau sudah membunuh bayi itu?"
" Tentu saja sudah den."
" lalu apa itu yang kau bawa?'
" Ini rempah dan tanaman obat den, saya tadi r mengambil beberapa rempah obat yang baik sebagai salah satu pendukung untuk menguatkan tubuh dalam proses memperkuat ilmu kanuragan."
Duranjaya memicingkan matanya, ada rasa tidak yakin dalam hatinya. Namun mengingat Projo memang ahli dalam obat obat an Duranjaya pun mempercayai apa yang dikatakan Projo
" Baiklah, jika yang kamu katakan itu benar maka segera buatkan untuk ku.'
" Sendiko dawuh Den."
" Oh iya, Projo dan kalian semua sekarang panggil aku Ki Bala, Ki Balaaditya. Sekarang akulah pemimpin Padepokan Pedang Sakti ini."
" Baik Ki Bala!"
" Baik Ki!"
" Hidup Ki Bala!"
Semua orang besimpuh di tanah mereka memanggku satu tangannya di lutut dengan kepala menunduk. Dan satu tangannya lagi memegang pedang yang mereka ketukkan di tanah.
Duranjaya yang sekarang mengubah namanya menjadi Ki Balaaditya itu tersenyum dengan senyum penuh kemenangan dan kepuasan. Terlebih saat dia melihat seluruh orang tunduk hormat kepadanya.
Apa yang dicita-citakan kini akhirnya terwujud. Ambisinya untuk menguasai Padepokan Pedang Sakti menjadi kenyataan. Walaupun ia harus menggunakan cara yang sungguh keji yakni menghabisi nyawa kakaknya sendiri.
***
Malam berganti fajar. Lambat laun mentari merangkak dari ufuk timur menimbulkan semburat kuning di sekitar langit gelap. Suara kokokan ayam begitu melengking membangunkan sebagian orang yang masih berbalut mimpi.
Seorang pria berusia sekitar 30 tahunan itu keluar dari rumah bambu miliknya. Ia mengambil sebuah cangkul yang berada di pojok rumah dan memanggul nya di bahu kanan. Sedangkan tangan kirinya membawa sebuah bakul.
" Sepertinya hari ini aku akan makan ikan."
Pria itu keluar dari rumah bambu miliknya lalu berjalan menuju sungai. Namun sebelumnya ia meninggalkan cangkulnya terlebih dulu di ladang.
Ia berjalan menuruni sungai dengan berpegangan pada akar akar pohon yang menjalar. Namun tatapan pria paruh baya itu tertuju pada sebuah cahaya yang berasal dari sebuah keranjang yang ada di tengah sungai.
" Apa itu? Seperti?"
Pria itu menaruh bakul nya lalu berjalan masuk ke air. Ia sungguh tekejut, cahaya berwarna putih itu berasal dari tubuh seorang bayi. Ia pun mengambil keranjang rotan itu dan membawanya ke tepian sungai.
Pria paruh baya tersebut menepuk pelan pipi bayi yang masih merah dengan pelan. Namun rupanya bayi itu sama sekali tidak merespon. Detak nadi bayi malang itu sungguh sangat lemah. Nampaknya dia kedinginan dan mungkin kelaparan juga.
Hup
Hiaaaa
Pria itu duduk bersila, ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada lalu menaikkan tangan kanannya ke atas seperti gerakan mengambil sesuatu dari langit. Muncul sebuah cahaya kuning keemasan dari telapak tangan kanan pria itu. Lalu ia memasukkan cahaya tersebut pada tubuh bayi mungil di depannya.
Syuuuuuh
Cahaya kuning keemasan masuk perlahan ke tubuh sang bayi dan membaur dengan cahaya putih milik bayi itu.
Oweeeeek
Owek
Pria berpakaian serba hitam dengan ikat kepala serta sabuk yang melingkar di pinggangnya tersebut tersenyum lebar. Ia sungguh lega mendengar tangis bayi tersebut.
" Matursuwun Gusti, bayi ini masih bisa diselamatkan. Siapa yang melarung mu nak? Tapi aku rasa bayi ini bukan bayi biasa. Cahaya putih yang ada di tubuh mu itu berasal dari seorang pendekar sakti. Baiklah kau sekarang ikut dengan ku saja, aku beri kau nama Damar Pawitra. Artine pelita suci atau lampu karena cahaya yang keluar dari tubuhmu itu aku yakin bisa menyinari ornag ornag nanti. Haihs. Niatnya nyari ikan malah dapat bayi."
Pria tersebut pun membawa Damar kembali ke rumah. Ia harus segera memberi susu pada si bayi. Ini merupakan pekerjaan rumah selanjutnya untuk pria itu.
" Harus ke mana aku mencari susu untuk bayi itu. Oh iya Nyi Sambi juga punya bayi. Aku akan meminta tolong padanya."
Pria itu bergegas, dia berlari dengan sangat cepat.
Tok ... Tok .. Tok ...
" Nyi ... Nyi Sambi."
Dari dalma rumah wanita yang bernama Nyi smabi itu keluar dengan terburu buru mendengar suara tetangganya.
" Ada apa Ki Pramadana?"
" Nyi, aku minta tolong, tolong susui bayi ini."
Nyi Sambi sungguh terkejut, wajahnya penuh dengan tanya. Tetangga yang ia tahu adalah pria tak beristri itu dari mana bisa mendapat bayi.
" Nyi, aku tahu apa yang kau pikirkan. Nanti ku jelaskan. Tolong susui dia dulu."
Nyi Sambi mengangguk, ia pun mengambil Damar dari gendongan Ki Prama dan membawa nya masuk.
Nyi Sambi sungguh terpesona oleh wajah sang bayi. Baru saja ia melihat bayi itu namun rupanya bayi itu langsung bisa menempati hati Nyi Sumbi.
" Duh Gusti, kamu sungguh tampan le."
Damar menyusu dengan sangat lahap. Nyi Sumbi terkekeh pelan.
" Pelan pelan sayang, nanti kamu bisa tersedak."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
💞 NYAK ZEE 💞
pinter juga Projo ngelesnya.....
2023-02-28
3
💞 NYAK ZEE 💞
untung masih ada orang baik ngak jadi ditenggelemin......
2023-02-28
2
L K
ya blm paruhbaya too kn masih 30 an
2023-02-14
2