"Aku nggak apa-apa Mbak," jawab Dara.
"Jangan bohong sama aku. Kamu lagi ada masalah apa? kamu kelihatannya, sedang tidak baik-baik saja Dara. Apakah kamu mau cerita ke aku, apa masalah yang sedang kamu hadapi?"
Ratih merangkul bahu Dara. Setelah itu dia mengajak Dara kebelakang.
"Kita duduk di sini saja Dara," ucap Ratih.
"Iya Mbak."
Dara dan Ratih kemudian duduk di halaman belakang rumah Alex.
Dara masih diam. Sejak tadi, dia masih melamun. Masalahnya saat ini, memang sangat berat.
Ibu Dara saat ini sedang menjalani pengobatan di rumah sakit. Satu-satunya yang bisa untuk menyembuhkan ibu Dara adalah dengan jalan operasi.
Dara juga mempunyai dua adik kembar perempuan yang saat ini, masih duduk di bangku SMP. Sejak ibunya sakit, Dara yang menggantikan ibunya menjadi tulang punggung keluarga.
Dara hanya lulusan SMA. Dia bingung untuk mencari pekerjaan yang bagus karena hanya berijazah SMA. Sudah sejak lulus SMA, Dara berusaha untuk melamar pekerjaan di kantor. Namun, tidak ada satu kantor pun yang menerimanya.
Akhirnya, Dara memutuskan untuk mencari pekerjaan serabutan saja seperti saat ini. Menjadi buruh cuci gosok di rumah orang-orang kaya.
"Katakan apa masalah kamu Dara? siapa tahu, aku nanti bisa bantu kamu," ucap Ratih.
"Masalah aku sangat berat Mbak," ucap Dara dengan wajah yang menunjukan kesedihan.
"Katakan saja Dara. Sekarang aku sahabat kamu. Anggaplah aku, seperti kakak kamu sendiri. Cerita saja sama aku semua masalah kamu. Dengan kamu cerita semua masalah kamu ke aku, siapa tahu itu bisa meringankan beban di hati kamu."
Dara menarik nafas dalam. Setelah itu, dia menceritakan semua kondisi keluarganya pada Ratih.
"Ibu aku, sedang sakit Mbak. Sekarang, dia sedang sakit parah di rumah sakit," ucap Dara mengawali cerita.
"Terus?" tanya Ratih penasaran dengan cerita Dara.
"Aku sedang membutuhkan uang dua puluh juta untuk operasi ibu aku." Dara melanjutkan ceritanya.
"Oh. Apakah kamu sudah mendapatkan uangnya?" tanya Ratih menatap Dara prihatin dengan kondisi temannya itu.
Dara menggeleng.
"Belum Mbak. Aku nggak tahu, dari mana aku bisa mendapatkan uang itu. Aku benar-benar bingung Mbak." Dara mengurut keningnya. Tampak jelas sekali, kalau beban fikiran, sedang menumpuk di dalam fikiran Dara saat ini.
"Tunggu sebentar ya." Ratih bangkit berdiri. Dia kemudian pergi ke kamarnya untuk mengambil uang simpanannya.
Ratih kembali dan duduk di sisi Dara.
"Ini, aku punya uang dua juta. Siapa tahu, itu bisa untuk tambah-tambah biaya operasi ibu kamu." Ratih menyodorkan sejumlah uang dua juta pada Dara.
"Tidak usah repot-repot Mbak. Inikan uang Mbak, yang mau Mbak kirimkan ke kampung. Kenapa harus Mbak berikan ke aku." Dara tidak enak, menerima pinjam dari Ratih. Karena Dara tahu, kalau Ratih juga membutuhkan uang itu.
"Tidak apa-apa. Pakai aja dulu. Aku tahu, kalau kamu pasti lebih membutuhkannya dari pada aku." Ratih meraih tangan Dara, dan meletakan uang itu di atas tangan Dara.
"Terimalah Dara. Kamu bisa kembalikan uang itu kapan saja, kalau kamu ada uang lebih," ucap Ratih.
Dara tersenyum. Dia memang sangat membutuhkan uang itu sekarang. Terlebih, ke dua adiknya juga sekarang belum bayar uang sekolah. Mungkin, uang pinjaman dari Ratih, bisa Dara pakai dulu untuk membayar uang sekolah Oca dan Ica adik kembarnya.
Dara menundukkan kepalanya.
"Kamu kenapa lagi?" tanya Ratih.
Dara menatap Ratih. Seperti ada sesuatu yang ingin Dara ucapkan.
"Mbak...''
"Iya Dara. Kamu mau bicara apa?"
"Mbak Ratih. Tadi aku memberanikan diri untuk meminjam uang ke Tuan Alex. Tapi, apa Mbak tahu apa kata Tuan Alex?"
"Apa? Tuan Alex bilang apa sama kamu?" tanya Ratih penasaran.
"Dia mau meminjami aku uang, asal aku mau tidur dengannya satu malam," jawab Dara.
"Apa!" Ratih terkejut saat mendengar ucapan Dara.
"Kamu yakin, Tuan Alex bicara seperti itu?" tanya Ratih yang masih belum yakin dengan ucapan Dara.
Karena mana mungkin, seorang Alex mau tidur dengan seorang wanita yang penampilannya biasa saja seperti Dara. Wajahnya saja, bisa dibilang pas-pasan. Berbeda dari kebanyakan wanita yang sering dibawa Alex. Wanita yang kebanyakan dari kalangan orang-orang kaya dan anak pengusaha.
"Iya Mbak. Aku tidak tahu kenapa Tuan Alex memberikan syarat seperti itu. Aku juga jadi bingung Mbak, aku mau pinjam sama siapa lagi sekarang uang sebanyak itu." Dara tampak sedih saat menceritakan semua keadaannya saat ini.
Ratih mengepalkan tangannya geram saat mendengar cerita Dara. Mendengar cerita Dara, Ratih jadi teringat dengan kejadian yang dulu, waktu dia baru pertama kali kerja di rumah Alex.
Dulu, Ratih juga pernah diiming-imingi uang oleh Alex dengan syarat, dia harus mau tidur dengan Alex. Melayani Alex seperti suaminya sendiri. Tapi, untunglah, Ratih bisa menyelamatkan diri dari godaan Alex itu.
"Kerja di sini, sebenarnya membuat aku resah Dara. Lebih baik, kamu pindah kerja saja. Nggak usah kerja di sini," ucap Ratih.
"Aku belum bisa Mbak, meninggalkan pekerjaan ini. Karena cuma kerjaan ini satu-satunya yang aku punya. Dan aku juga belum dapat gaji dari Tuan Alex untuk bulan ini."
"Ya udah. Tunggu gajimu keluar, lalu kamu pindah kerja saja, ke majikan yang lain. Dari pada, nanti Tuan Alex memaksamu untuk menerima syarat konyol darinya."
Dara menatap sekeliling.
"Mbak. Kita jangan lama-lama di sini. Di rumah ini kan banyak CCTV. Aku nggak mau Tuan Alex marah-marah kalau dia lihat kita nggak kerja dan ngobrol-ngobrol di sini."
"Kamu tenang saja. Di sini aman. Nggak ada CCTV. Ya udah. Kita kembali kerja. Aku juga belum membereskan kamar Tuan Alex."
Dara mengangguk. Dia kemudian bangkit dari duduknya.
"Makasih ya Mbak, uangnya. Nanti pasti aku kembalikan,"
"Iya Dara. Pakai aja dulu."
Ratih dan Dara kemudian bergegas untuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
Ratih berjalan ke dapur untuk mengambil sapu dan pel untuk membersihkan kamar majikannya. Sementara,
Dara berjalan ke kamar Alex untuk mengambil baju-baju kotor Alex untuk dia cuci.
****
Siang ini, Alex masih bersandar di kursi kebesarannya. Sejak tadi, dia hanya senyam-senyum sendiri menatap foto-foto cantik yang ada di dalam ponselnya.
Dia scroll atas bawah, yang akhirnya dia menemukan foto Dara tukang cuci gosok di rumahnya. Alex tersenyum saat melihat foto Dara. Dia memang sering diam-diam mengambil foto wanita yang disukanya.
"Kenapa ya, aku begitu tertarik dengan gadis ini. Dia gadis yang sangat unik dan lucu. Padahal, wajahnya itu biasa saja. Dia memakai kaca mata dan rambut yang selalu di kepang. Tapi, cewek seperti ini, yang masih membuat aku penasaran. Karena selama hidup, aku belum pernah tidur dengan cewek seperti ini. Menurutku, Dara sangat berbeda," gumam Alex.
Tok tok tok...
Suara ketukan dari luar ruangan Alex membuyarkan Alex dari lamunannya.
"Hah, siapa sih. Ganggu orang aja," gerutu Alex.
"Masuk...!" seru Alex.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita masuk ke dalam ruangan Alex. Dia Widi sekretaris Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Dara Muhtar
Jual mahal aja dulu Dara sama Alex nanti dia jatuh cinta beneran sama kamu
2023-03-05
1