Matahari pagi menyapa sekumpulan makhluk bumi untuk segera terbangun dari lelapnya tenggelam dalam alam mimpi, menggantikan tugas bulan yang sudah selesai menemani peristirahatan mereka disana.
Syha menikmati sarapannya di balkon, membuka setiap lembar majalah yang menampilkan kerajinan kaca lampion yang indah dengan corak klasik dan abstrak dari para pengrajin terkenal. Ini bisa menjadi pembangkit ide untuk inovasi baru dari karya tangannya.
Sebuah notifikasi ponsel, mengalihkan perhatiannya sesaat.
Phone chat
Alon
"Aku akan kesana" 07.15
Syha membaca pesan itu sekilas dari tampilan depan ponselnya. Bukannya membalas, ia meletakkan hp nya dan kembali melihat majalah. Membiarkan Alon disana yang terus menanti balasan.
Setelah menyelesaikan sarapan
Syha
"Kenapa?" 08.00
Alon
"Apanya yang kenapa?" 08.01
Syha mengernyitkan dahi, cepat sekali pria ini membalas pesannya. Ia kembali mengabaikan dan memilih untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi di pagi hari.
Syha
"Knp kau menjemputku" 08.30
Alon
"Turuti saja" 08.31
Syha
"Y" 08.40
Alon
"?" 08.41
Sudut pandang Alon
"Apa jarinya bongkar pasang sampai membalas pesan selama ini?", gerutunya seorang diri.
❁
Alon memarkirkan mobil tepat di pintu masuk apartemen, melirik setiap pergantian jarum yang bergerak pada jam tangannya. Ia mendengus kesal, disaat bersamaan Alon melihat wanita itu melangkah mendekati mobilnya. Rambut yang terikat, membuatnya terlihat sangat feminim. Style apapun sangat cocok pada Syha, membuat pria itu memandang heran ke arahnya.
Lusa yang lalu Alon melihat wanita ini dengan gaya seksinya, sekarang feminim, apa kah ada gaya imut, polos, dan.. . Alon menepis pikiran kotornya.
"Apa kau memang membalas pesan selama itu?", ujar Alon sesaat Syha baru saja memasuki kedalam mobil.
Wanita itu mendelik jengah. "Ya", ucap Syha cuek
"Aku akan memelihara merpati setelah ini", Alon memasang sabuk pengaman, ia benar-benar hampir tidak bisa menahan dengan sikap ketus makhluk disamping nya.
"Untuk apa?", tanya Syha, wajahnya terlihat sangat bingung.
"Kalau balasanmu selama itu, percuma aku meminta nomormu. Mending sekalian saja aku kirim pesan pakai merpati".
"Kau berharap apa sih?", kritik wanita itu, bukankah itu haknya untuk membalas pesan selama apa dan bagaimana?.
Kenapa pria ini jadi menaungi kemauan diatas dirinya.
"Balasan cepat", pinta Alon, Syha menghela nafas berat.
"Aku sibuk", jawab wanita itu, lalu ia memalingkan wajah ke kaca mobil. Seolah ingin menyudahi perdebatan diantara mereka.
Alon menelan salivanya, kenapa sikapnya terlalu sensitif. Beriringan hari yang ia lalui, Alon tidak bisa menahan gejolak hati kecilnya yang ingin sekali menghancurkan dengan remuk bongkahan es dari sifat Syha.
Alon melajukan mobilnya di sepanjang jalan tol. Syha yang sedang memandang kosong pada lampu-lampu jalan yang tersusun simetris, melihat sebuah benda berkilau terjatuh dari kop mobil.
"Apa ini?", tanya wanita itu penasaran, ia memandang ukiran berlian yang tampak bersinar. Hatinya mengucapkan kagum pada keindahan permata ini.
Alon melirik sekilas "Ehm, itu pemberian dari saudariku"
"Ukirannya cantik", Alon terkejut dengan pernyataan Syha barusan, baru kali ini ia mendengar balasan yang sedikit sopan ditelinga nya
"Begitulah", tukas nya sembari memutar stir ke kanan "kau suka ya? Ambil saja jika kau mau"
"Ga", tolak nya ketus
Alon mengusap rambutnya, rasanya ia sudah mulai frustasi, "Apakah aku harus menambah perjanjian di antara kita untuk tidak bersikap cuek satu sama lain?"
Syha menaikkan satu alisnya "Aku harus apa?"
"Aish", desis Alon jengkel "Pantas saja aku bersemangat menyelipkan namamu disetiap dosaku"
"Apa kau bilang?" seru Syha kasar
Tidak ingin melihat singa beringas ini menerkam nya hidup-hidup, Alon mengunci mulutnya untuk berhenti membantah.
Sesampainya di rumah sakit, Alon menanyakan resepsionis mengenai jadwal pertemuan nya pada dokter kandungan.
Syha mengedarkan pandangan, melihat beberapa pasien sedang menunggu loket antrian untuk diperiksa.
Disana ia bertemu dengan Zein, melakukan pembayaran administrasi yang jaraknya tidak jauh dari ia berdiri. Zein memanggil namanya,
Alon merasakan Atmosfer yang berbeda mendekati mereka. Segera ia membalikkan badan dan melihat seorang pria sudah berdiri tegak tepat dihadapan calon istrinya.
"Syha? Kau ada perlu apa kesini", tanya Zein dengan raut wajahnya yang tampak gembira, akhirnya ia kembali bertemu dengan pujaan hatinya setelah sekian lama. Zein melirik pada pria bertubuh tegap yang menatap nya dingin, seolah auranya mengatakan kalau ia akan mati terbunuh disini.
"Alon? Kau juga ad-"
Alon menyela perkataan Zein "Memangnya kenapa?", ujarnya dingin namun sedikit menekan
"Ya aku ingin tahu kalian sedang apa disini?", Zein tersenyum tipis, masih sibuk memandangi wanita cantik dihadapannya.
Urat kesal menukik jelas pada pelipis Alon, berani sekali pria ini memandang wanita yang akan ia nikahi.
"Masuklah dulu, aku akan mengurus pria ini", titahnya dengan memaksa
Zein mengubah topik "Syha, apa kau ada waktu malam ini?"
"Kau-", Seru Alon dengan nada tinggi
"Ada, hubungi saja aku jika kau butuh", Pernyataan Syha membuat Alon membelalakkan mata, apa wanita ini bercanda? Didepan matanya, Syha berani menerima ajakan pria lain yang mengajaknya untuk bertemu?.
Zein tersenyum lebar "Terima kasih, aku tunggu saat makan siang" Zein melirik penuh intimidasi ke arah Alon "saya permisi tuan Alon"
Alon menyeringai, sepertinya pria itu memang ingin menyulut untuk dihabisi
"Hei, kenapa kau ingin bertemu pria sialan itu?"
"Bukan urusanmu Alon", Syha melangkah meninggalkan pria itu, ia ingin segera melakukan pemeriksaan untuk menyelesaikan ini semua.
"Jelas ini urusanku, bukankah kau sudah sepakat kita-"
"Perjanjian kita berlaku setelah menikah, selama kita belum menikah aku masih bebas kan?", perkataan Syha membuat Alon membisu ditempat, kenapa wanita ini pandai sekali mempermainkan keadaan?.
Keduanya menemui dokter yang sudah menyelesaikan pemeriksaan pada Syha, ia menyodorkan hasil tes dan obat-obatan
"Anda hanya perlu menyutikkan obat ini secara rutin, kami akan terus melakukan pengecekan setelah 2 minggu terhadap perkembangan sel telur", tukas dokter itu
"Apa anda alkoholic nona?"
Syha membalas dengan anggukan
"Anda harus menghilangkan kebiasaan tersebut, demi kesehatan anda. Ini akan memberikan peluang besar terjadinya kehamilan" kemudian dia melanjutkan "diharapkan peran suami mampu memberikan dukungan kepada istrinya ya"
Alon memberikan senyuman terbaik diwajahnya sembari merangkul bahu wanita itu dengan penuh kasih sayang ia menjawab "Tentu dok"
Syha membulat kan mata, mencubit paha pria itu dengan keras "Jangan macam-macam!" dengus Syha
Dokter itu tertawa kecil, Alon melanjutkan ucapannya "kami Masih hangat seperti pengantin baru dok, padahal kami sudah menikah 5 tahun"
Syha semakin melotot
"apa 5 tahun?", jerit nya dari dalam hati. Dari mana pria ini bisa mengatakan hal tidak masuk akal.
Wanita itu berbisik kecil pada Alon
"Tolong kalau mau bohong pake akalmu"
Alon menyeringai "Aku pakai dengkul makanya jadi kek gini"
°•°
"Apa kau mau buah stroberi", ucap Alon setelah mereka menyelesaikan berbagai pemeriksaan.
"Tidak perlu, aku bisa beli sendiri"
"Bisakah kau berhenti menolak?", pinta Alon memohon "Kalau kau merasa bekerja sama denganku, turuti saja mauku". Lanjutnya
"Yasudah", Syha berbalik badan dan melangkah kan kakinya menuju pintu keluar.
Alon tersenyum kecut, ia mencoba menghibur perasaan nya yang terus tertolak dengan brutal oleh wanita itu.
"Ingatlah Alon sebesar apapun masalahmu, tetaplah mengeluh"
"Mengeluh lah sampai masalah mu semakin membesar" sahut Syha dari kejauhan.
"cih giliran nyolot aja semangat banget", cibir Alon dari dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments