"Aku bisa membantu menyelesaikan masalahmu, jika kau tertarik untuk bekerja sama aku sudah meninggalkan kartu namaku. Kau bisa menghubungiku jika kau setuju dengan penawaran ini"
***
Syha menyeduh secangkir teh setelah sekembalinya ia ke penthouse. Perjalanan panjang untuk kembali ke rumah, membuat tubuhnya terasa sangat letih. Ia memandang obat pereda mabuk dihadapannya, entah apa yang membuat dirinya tidak ingin menyentuh pemberian pria itu, yang pasti ia mengetahui Alon Reid adalah tunangan dari saudari angkatnya.
Mungkin itu menjadi alasan tersendiri mengapa ia tidak ingin berurusan dengan pria yang akan segera menikah.
Lagi dan lagi ia teringat pesan tertulis dari Alon, namun pada akhirnya ia menepis pikiran itu dan memilih mengabaikan. Kartu nama yang tergeletak diatas nakas ia lempar begitu saja ke dalam tempat sampah.
"Apa aku melakukan hal yang buruk pada Alon?", gerutunya seorang diri.
perutnya seakan berteriak kelaparan. Ia hanya ingin mengisi perutnya dengan makanan yang enak, segera ia berganti pakaian dan bergegas ke kafe terdekat.
Sesampainya disana, Syha disambut oleh ketiga sahabat karibnya. Hesti, Mona, dan Alian yang menjadi satu-satunya laki-laki diantara mereka.
"Biar kutebak, kau minum lagi tadi malam?", Alian membuka topik pembicaraan, ia memiliki pribadi yang sangat peka diantara sahabat nya yang lain. Terkhusus kepada Syha, mereka sudah menjalin pertemanan sejak dibangku sekolah dasar.
"Ya, aku bertemu seseorang disana", Syha membenamkan wajahnya diatas meja, sembari mengaduk kasar kopi yang ia pesan.
"Siapa?", mereka serentak mempertanyakan siapakah sesosok yang dimaksud. Rasa antusias ketiga sahabatnya itu terlihat jelas dari sorot mata mereka yang bebinar memandangnya.
Apakah kali ini Syha sudah menemukan pengganti baru dari mantan kekasihnya?
Syha menghela nafas berat "kalian tau Alon Reid kan? dia-"
Belum sempat Syha menyelesaikan ucapannya, Hesti sudah lebih dulu memotong pembicaraannya.
"wahh kau sudah melakukan apa pada pria yang sudah bertunangan?".
"Selain suka rasa new pada cocktail kau juga suka mencari sensasi yang fresh ya" Alian menimpali dengan kalimat yang membuat Syha membelalakkan mata, sedetik kemudian sebuah sendok melayang tepat diatas kepala pria itu.
Alian meringis seorang diri, Mona menagih kelanjutan ucapan Syha yang terpotong karena ulah Alian.
"Lupakan saja", Syha menyandarkan punggungnya pada sofa lounge yang panjang, memejamkan mata sesaat lalu tatapannya ia alihkan pada pemandangan dari luar kafe.
Syha mengingat kembali bagaimana perasaan nya yang tidak kunjung mereda karena ulah saudari angkatnya yang terus memancing pertikaian. Hannah mengikis kebahagiaannya dan memasukkan penderitaan kejam kedalamnya.
Kasus pencucian uang yang mengatasnamakan dirinya, memanipulasi Eden dan Maya untuk memberhentikannya di Universitas Bristol membuat ia harus meneruskan studi ke London, Hannah juga menghasut Eden untuk menempatkan dirinya di cabang, dan dia di pusat. Wanita itu juga merenggut Zein yang berstatus sebagai kekasihnya, dan berbagai intimidasi serta tuduhan dilampiaskan ke padanya.
Hannah seolah-olah tutup mata, semuanya ia lakukan untuk menyingkirkan Syha dari kandidat penerus perusahaan Heera. Perbuatan liciknya itu pasti tidak akan bertahan lama, hanya saja Hannah terlampau menikmati tingkah laku itu bertahun lamanya.
Ia merasa jenuh dengan perlakuan Hannah yang berlaku seenaknya, hati kecilnya teringin membalas perbuatan itu dengan setimpal.
"Hei kenapa melamun?", Alian menghentakkan meja, membuat Syha terlonjak kaget dari balutan pikiran yang dipenuhi rasa dendam.
"Kau membayangkan ketampanan Alon ya?", cibir Mona
"Apasih?", bantah Syha yang tidak mengerti arah tudingan Mona.
"Aku memikirkan hal yang sama juga", Mona menopang dagunya diatas meja "andai aku bisa menikah dengannya, rela bersimpuh diriku ini dihadapan pria itu".
"Mona, memiliki impian itu bagus yang ga bagus itu ga punya otak", Alian yang sibuk mengunyah sepotong roti, tiba-tiba memuntah kan makanan itu keluar karena Mona memukul lehernya dari belakang.
"Kau menyindirku hah?!", bentak Mona, tidak mempedulikan Alian yang terbatuk-batuk karena pukulan kerasnya itu.
"Uhuk, kau mau membunuh ku ya?", Alian menepuk dadanya, Mona membalas dengan menjulurkan lidah.
Syha memandang jam tangan dipergelangan tangannya, jarum pendek mengarah pukul 10 pagi. Waktu sarapan sudah usai, Ia harus segera bergegas untuk bekerja. Syha berpamitan kepada sahabatnya, dan melajukan mobil pribadinya menuju kantor cabang.
Sesampainya disana ia disambut oleh petugas keamanan yang sedang berdiri di depan pintu masuk kantor
"Selamat pagi nona muda", sapanya tegas.
Syha membalas dengan anggukan, lalu resepsionis memberikan kabar kalau ada seorang tamu yang ingin bertemu dengannya.
Syha segera menghampiri tamu yang dimaksud ke ruang tunggu, sesaat memasuki ruangan. Ia hanya bisa terpaku diam memandang seorang pria dengan setelan formalnya sedang terduduk dengan mengesap secangkir kopi di tangannya.
Mata pria itu melirik ke arahnya seolah tatapannya itu meminta sebuah jawaban.
Lebih dari 3 tahun ia mengabdi di perusahaan, dan inilah kali pertama pewaris Perusahaan Reid datang mengunjungi kantor cabang Heera.
"Selamat pagi tuan Alon, sebuah kehormatan terbesar anda mengunjungi kantor ini", wanita itu tetap bersikap profesional, walau keringat dingin mengucur dari dahinya. Ia tidak bisa mengingat dengan baik apa yang telah terjadi antara ia dan Alon tadi malam. Yang pasti, keadaan mabuknya pasti sangat merepotkan.
"Tidak perlu formal begitu." Alon menatap intens "jadi bagaimana jawabanmu?". Pria itu tidak memiliki waktu untuk berbasa-basi ia adalah tipikal yang tidak suka dengan kepribadian seseorang yang terlalu banyak pertimbangan.
Syha mengalihkan pandang, Pria ini bahkan tidak memberikan ia celah untuk memikirkan jawaban itu.
"Terkait penawaran pribadi kita, saya belum bisa memberikan jawaban yang anda mau". Jawaban Syha yang terkesan formal, membuat urat kesal pria itu tampak menonjol.
"Jawab saja, kau mau menerima atau tidak?", Alon terus mendesaknya, kesekian kalinya Syha menjawab hal yang sama. Bukan karena ia belum siap menerima tawaran itu, hanya saja ia tidak punya waktu untuk berurusan dengan pria angkuh seperti Alon.
Alon berdeham "Aku sudah bilang kan, aku bisa membantumu menyelesaikan masalahmu", tangkas pria itu sembari mengetuk jarinya diatas sandaran tangan sofa.
"Seperti yang kau tau, aku adalah tunangan dari kakak angkatmu", Syha mengernyitkan dahinya waspada, Eden dan Maya yang sudah berupaya untuk menyembunyikan keberadaannya. Dengan mudahnya Alon menggali latar belakangnya, ia tidak boleh bersikap gegabah. Bisa saja pria ini hanya ingin menggertaknya.
"Anda bicara apa ya?", protes Syha mempertahankan sikap tenangnya
"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan ingin melepas rasa sakit itu" ucapan alon membuat Syha terdiam, sejauh mana pria ini tahu tentangnya? Dan bagaimana Alon bisa tahu jika ia begitu terbelenggu selama ini.
"Sepertinya Anda salah orang, Saya bahkan tidak menemui siapapun semalam"
Syha berusaha menutupi kebohongannya, Alon merespon dengan tersenyum kecil, melihat tingkah wanita ini yang tampak konyol, terlihat sangat menarik.
"Kau harus belajar lagi, jika ingin menjadi pembohong yang ulung" ledek pria itu
"Kalau begitu anggaplah saya rekan bisnis yang bisa kau andalkan, karena aku membutuhkan bantuanmu".
"Sebagai gantinya kau bisa menggunakan ku kapan saja jika kau butuh" Alon menekan perkataannya di akhir, Syha menghela nafas dengan berat. Memanfaatkan sesosok seperti Alon, sebenarnya adalah hal yang menjanjikan. Hanya saja ia tidak akan langsung mempercayai pria asing yang baru ia kenali.
"Ini adalah kesempatanmu untuk membalas perbuatan Hannah", Sahut Alon di sela-sela ia berpikir, syha mengangkat wajahnya. Pandai sekali pria ini mencuci pikirannya.
"Apa maumu", cetus Syha
Alon melingkarkan kedua tangan di dada, kemudian menyilangkan kedua kaki nya
"Aku ingin kau memiliki anak dariku", Pinta Pria itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
francess
bagus thor
lanjutkan
2023-02-22
1