Dosa Pernikahan Di London
..."Bahkan kau tidak lagi tahu jika aku pernah dilahirkan ke dunia ini."...
...𝓡𝓪𝓼𝔂𝓱𝓪𝓷𝓭𝓪 𝓜𝓸𝓸𝓷...
...✺...
𝘽𝙍𝙄𝘿𝘼𝙇 𝙎𝙃𝙊𝙒𝙀𝙍
Gemuruh sorakan mendominasi paviliun menyambut pesta melepas masa lajang bagi calon mempelai pernikahan, sang mempelai wanita tampak bersenang-senang, berpelukan dan bersenda gurau dengan para bridesmaid. Gelas Champagne terangkat ke udara, bersulang menikmati berbagai jenis mocktail yang tersedia di mini bar.
"I didn't expect you to get married so soon sweety."
Jey mencium manis kedua pipi yang merekah dari Hannah, menyodorkan beberapa kado dan buket bunga.
"Lucu sekali, terima kasih" Hannah tersenyum sumringah mengedarkan pandangan sembari menanti sesosok yang tidak kunjung datang menampakkan diri.
"Dimana Alon?" Tanya Jey karena gadis ini juga tidak melihat batang hidung pria itu sedari tadi.
"Late maybe," balas Hannah mengarahkan netra nya berkeliling mencari keberadaan Alon.
Jey mengacungkan jari menunjuk tepat pada jalan masuk gapura yang terbingkai dengan megah "itu Alon kan?"
Spontan Hannah berpaling ke arah yang di tunjuk oleh sahabat nya, lantas melambaikan tangan sembari berseru dengan keras "Alon kenapa kau lama sekali-"
Tidak sempat wanita itu melanjutkan ia sudah lebih dulu terperangah dengan kedatangan sang tunangan. Pria itu menggandeng seorang wanita asing masuk kedalam ballroom.
Tamu undangan yang hadir ikut merasa tercengang, hentakan setiap langkah kedua sejoli itu membius pandangan untuk tertuju pada mereka.
Hannah yang berstatus sebagai tunangan Alon, menukik kedua alisnya kepada sesosok insan yang bersanding bersama calon suami nya itu.
"Siapa dia?" Gerutu Hannah dari dalam hati, memandang keperawakan yang tampak tak asing baginya.
Sepasang mata terkunci menatap satu sama lain, Hannah menelan saliva nya berat. Ia menatap tak percaya jika wanita itu adalah adik angkatnya sendiri yang sudah lama hilang kabar.
Jey menggaet lengan sahabatnya lantas berbisik pelan, "Han kenapa calon mu menggandeng wanita lain?"
Hannah terpaku dengan rahang mengeras, terlihat buku jemarinya memutih karena kepalan tangan yang erat.
Syha bergidik ngeri dengan sorotan mata yang mempertanyakan keberadaannya, Eden dan Maya-orang tua angkatnya ikut merasakan keterkejutan yang sama.
Alon berbisik pelan, "aku yang akan bicara, kau cukup bersandiwara jika kita memang saling mencinta."
Syha mengangguk dengan patuh, mengatur ritme jantung nya yang terus berdegup tidak karuan.
Alon berpindah melingkarkan lengan pada pinggul wanita itu untuk mendekat, bahunya saling bertaut satu sama lain.
"AKU AKAN MENIKAH DENGANNYA," ucap Alon dengan lantang.
Sekumpulan khayalak terlonjak kaget, mereka saling berpandang bingung. Atmosfer membumbung tidak masuk akal.
"Kau bercanda ya?" Ujar Yuna saudari tertua Alon yang menyaksikan perangai adiknya sudah melampaui batas, "pernikahan mu 2 hari lagi, dan kau mengganti mempelai sesuka hatimu?"
Sekumpulan tamu undangan terdengar saling bersahut menimbulkan ketegangan ditengah kericuhan.
"Lah dia kan sudah mau menikah?"
"Apa mempelai wanita akan diganti?"
"Cih, wanita simpanan kali ya"
"Kasihan sekali, mendekati pernikahan malah bawa kupu-kupu malam"
Berbagai cibiran dari mulut ke mulut terdengar menusuk gendang telinga, berbagai firasat kotor mengintimidasi akal sehat.
"Bukankah kakak sudah mendengar ucapanku tadi?" Sanggah Alon yang masih berkutat dengan keputusannya.
Yuna yang tersulut dengan bantahan Alon, tidak menerima atas telatah nista adiknya,
"Apa kau tidak memikirkan perasaan Hannah, Alon!" Ia berdiri dengan kasar, hingga kursi makan itu terjatuh.
"Alon apa maksud mu ini!" Bentak Fred yang kini angkat suara terkait masalah yang terjadi. "Siapa wanita yang kau bawa kemari?"
"Dia wanita yang ingin aku nikahi, Appa" Alon menekan kembali ucapannya. Kelam matanya menatap sang ayah dengan keseriusan.
Fred membalas dengan tatapan bingung, padahal ia sudah menentukan Hannah sebagai pasangan dari anak bungsunya, tetapi Alon malah ingin menikah dengan seorang wanita yang entah berantah asalnya.
"Aku bertemu dengannya saat perusahaan menugaskan ku di London, aku jatuh cinta dengannya" tarikan nafas itu terdengar kasar disana, Alon mencengkram kedua bahu rapuh Syha dengan kuat, "Tapi tidak kusangka aku membuat wanita yang ku cintai mengandung anak dariku."
Sontak seluruh pasang mata terkejut dengan penjelasan yang pria itu paparkan.
Alon mengalihkan kedua pupil matanya untuk saling beradu pandang dengan wanita disamping nya "Aku ingin bertanggung jawab atas anak didalam kandungan ini," sambungnya.
Flashback
Bulan purnama mengiringi malam kota London dengan keindahan perak yang tampak pudar dari atas sana, awan gelap menjadi pengantar kesendiriannya di balik bintang-bintang. Seandainya bulan itu dapat dijangkau oleh tangan manusia, pasti ia sudah lama hilang terjamah.
Berbagai retro musik berputar dalam dentuman yang keras, kerumunan manusia larut dalam pengaruh alkohol. Terlihat seorang pria berdarah asia meneguk wine ditangannya, ia memiliki kulit pucat pasi, tubuhnya semampai dan bermata hazel. Alon memijit pelipisnya pelan, larut dalam bayang-bayang terkait pertunangannya bersama wanita yang tidak ingin ia nikahi.
"Aduh brey ada masalah apa" asisten pribadi Alon, Adam dengan keadaan mabuknya duduk berdampingan.
"Diajak hura-hura malah merana ga asik banget," desis Adam ia kembali meneguk dengan tandas bir ditangannya.
"Kau terlalu mabuk, pergilah sana" desis Alon, mengisyaratkan jika ia tidak ingin diganggu. "Bukannya ngurangin beban malah nambahin beban," lanjutnya.
"Kenapa kau bisa bertunangan dengan Hannah sih?" Adam bertanya di balik cegukan nya yang tidak terhenti.
Alon menoleh sekilas, "bisnis lah kau kalau mabuk jadi bodoh ya?" Sesalnya. Disebalik Perspektif Alon, Adam sama sekali tidak berguna jika sudah dibawah gemerlap lampu sorot.
Setelah kepulangan Hannah menyelesaikan studi di Bristol, Eden menawarkan putri nya untuk dinikahkan. Bagi keluarga Reid, pernikahan bisnis ini akan meraup keuntungan yang fantastis bagi kedua perusahaan besar yang sejak awal terikat kerja sama.
"Wanita secantik itu masa mau kau tolak, kalau ga mau buat aku saja," Adam mengisyarat, mengangkat kedua alisnya.
Alon mendelik sinis, "ku kasih pun tu cewek juga ga bakalan mau samamu."
"Alon kau lihat lah diriku ini," Adam menarik pria itu untuk memandang setiap lekukan inci wajahnya. "Robert pattision seperti remahan roti jika mau disandingkan denganku."
Alon memutar bola matanya dengan jengah, "kalau sekelas Robert Pattision saja remahan roti lalu aku ini apa?"
"Bakteri!" Sosor Adam tidak mempedulikan mimik wajah atasannya yang tampak tersinggung.
Alon menggambarkan wajah kekesalan, lebih menyibukkan diri dengan meneguk wine yang tersisa. Berkalut resah dengan cara apa ia membatalkan pernikahannya namun tidak kunjung menemukan celah.
"Adam, menurutmu bagaimana aku membatalkan pernikahan? Kau tau kan Adle bagaimana," Alon menatap dalam-dalam asistennya yang sibuk mencerna. Adle presiden direktur adalah dalang dibalik paksaan pernikahan ini. Menyandang julukan The mr. G(old) meski telah lansia hidupnya diabadikan untuk harta dan kekuasaan.
"Ada satu jalan," Adam memposisikan tubuhnya berhadapan.
Alon mengangkat kedua alis dengan raut penasaran, "apa?" Tanyanya.
"Rayuan" jawab pria itu dengan yakin lalu ia melanjutkan, "seperti ini, oh Tuan Presdir yang Agung nan perkasa, berjenggot panjang bak helaian sutera. Saksikan lah hamba yang hina ini, memohon kepada baginda untuk tidak mempersunting hamba bersama wanita pilihan baginda. Tuan Adle kapan saya bisa naik gaji!" Adam membanting gelas sloki dengan kepiluan.
"Yang gaji kau itu aku sialan," umpat Alon.
Dikala dua pria hanyut dalam pikiran tak menentu, seorang wanita dengan tenue mini dress bewarna navy duduk di bar stools tepat berseberangan. Rambut bergelombang dengan rona brunette, berhasil mencuri perhatian sekilas. Kulit putih kemerahan dan lekuk tubuh yang nyaris terlihat sempurna, serentak menarik atensi keduanya.
"Pak Alon, wanita ini oke juga jatahku ya" ucapan Adam tidak direspon sepatah kata pun oleh Alon, pria itu tampak tidak berhenti memandang wanita asing disampingnya.
"Aku ingin cocktail tequela," sembari menunggu pesanan Syha mengedarkan pandang ke sekitar. Sekumpulan kaum hawa tampil dengan tenue Sexy, ini adalah yang pertama bagi nya mengenakan busana terbuka. Sebelum nya ia menikmati Alkohol di bar bertemankan hoodie yang longgar.
Alon terpaku membisu netra nya menilik wanita itu dari rambut hingga kaki seolah mampu menghipnotis nya untuk tidak berekspresi apapun.
Syha merasakan hawa yang tidak mengenakkan, lantas ia menoleh mendapati sesosok pria yang meneliti setiap inci tubuhnya seakan mengancang menelanjangi.
"Pak Alon kau curang sekali, kenapa semua wanita nyantol terus samamu," bisik Adam, mengerucutkan bibir iri dengan wanita yang bertukar pandang bersama atasannya.
"Dasar mesum!" Pekik wanita itu.
Alon bereaksi terkejut, Adam mengulum bibir menahan gempur yang hampir membuat pipinya pecah.
Syha berlalu pergi mulutnya mencibir dengan dengusan kasar, meraih cocktail itu bersamanya.
"Pft! Buahaha baru kali ini ku lihat pak Alon dikatain kek gitu."
"DIAM!" Sergah Alon mengabaikan tawa yang meledak dari asistennya.
Yah lupakan saja semakin dipikirkan juga yang ada ia semakin malu. Alon melirik kepergian punggung yang telah dilahap habis oleh sekumpulan peminum yang berlalu lalang. Setelah dipikir-pikir 'kenapa rasanya tidak asing?'
Setelah kepalanya terus berdenyut tidak menentu, Alon berjalan keluar dari bar. Mencari ketenangan dari kerecokan didalam sana.
"Dia yang ngajak happy malah dia yang tepar," sindir Alon kepada asisten bobroknya si Adam yang tidak bisa diharapkan.
Setelah beberapa langkah, Alon terhenti sejenak menukik kedua alisnya memandang sesosok yang tampak familiar dari kejauhan.
Penampakan itu berdiri tepat menyisakan jarak beberapa centi dari bangku belakang mobilnya.
"Dia mau ngapain?" Gumam Alon menatap curiga.
Sebuah linggis mengacung tinggi ke atmosfer bersamaan besi itu mengayun, suara nyaring berhasil membuat pria itu melebarkan matanya.
Prangg!
Jendela mobil terpecah berderai menghamburkan serpihan kaca, Alon terperanjat berlari berhambur mendekat.
Dengan wajah yang tertekuk amarah pria itu membentak "Apa yang kau lakukan!" Bagaikan tuli pelaku itu mengabaikan panggilannya, menyusup masuk dengan mematikan doorlock.
Alon tertegun, seorang wanita terbaring lemah dengan wajah yang mengalir bulir keringat.
'Bukannya ini wanita tadi?' Batin Alon dalam keheningan.
Pria itu merangsak masuk, menindih. "Hei kau tidak apa-apa?" Alon mengguncang dan menepuk pelan wajah wanita itu.
Syha mengerjap, menerawang sesosok pria dihadapannya, "Alon" panggilnya lirih.
Alon bersitatap dengan kebingungan
Dalam sekali cekatan wanita itu menarik dasi dari kemeja Alon untuk mendekat, deru napas terasa hangat degup jantung keduanya memompa tidak beraturan. Seperti baru saja meneguk caffein dalam takaran yang besar.
Syha berusaha menautkan bibirnya, Alon menolak kesempatan yang terbuka lebar. 'kau bakalan jadi pria brengs*k jika menodai wanita yang sedang mabuk,' batinnya.
"Apa kau lupa dengan pernikahan kita," wanita itu terus meracau kata-kata yang sulit dimengerti, Alon mengacak-acak rambutnya frustasi.
Memandangi setiap jengkal kemolekan pada tubuh wanita ini, tenggorokan nya terasa tercekat. Efek mabuk melengahkan pria itu dalam pikiran yang menguap.
Belaian lembut menyapu wajah Alon, terhenti pada rahang yang serentak menurun. "Kau bahkan tidak pernah lagi ingat jika aku pernah dilahirkan ke dunia ini."
Alon menepis, manik matanya melirik cincin yang bertengger pada lekukan jari sang wanita. Sekarang ia mampu menerka apa yang sebenarnya terjadi.
'Wanita ini mengira ia adalah suaminya!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Liyahv07
aku mampir mampir juga di karya aku ya kak
2023-03-27
0
seoulotus
wow wow si Alon ngomongnya agak ngegas ya
2023-03-09
0
𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢
Semangat yah ka bikin Novelnya😄
Jangan lupa Feedback di Karyaku yah
2023-03-09
0