Mogok

Salsa melajukan sepeda motornya melintasi jalanan. Mengenakan helm, celana model kulot dan kaos panjang besar serta jilbab instan sampai ke pinggang. Kalau untuk pergi berbelanja, dia selalu berpenampilan seperti itu.

Dia pun sampai di pasar dan mulai berbelanja kebutuhan bulanan. Sama halnya seperti Anisa, kini dia juga memiliki penggemar seperti sopir angkot, pedagang muda, hingga bank keliling di pasar itu.

"Salsa, mau kemana?" tanya salah seorang sopir angkot padanya saat baru melintas di depannya.

"Mau belanja, Bang," sahut Salsa sambil tersenyum.

"Oh, bisa senyum juga, Sa. Nggak nyangka orang sombong bisa senyum," ujar seorang pedagang buah yang sudah mengenal Salsa. Begitulah dirinya yang sedang berhijrah menuju kebaikan. Banyak sekali orang yang menghakimia Dan menganggap bahwa seolah dirinya selalu salah.

"Saya kan punya mulut, Bu. Kalau saya nggak punya mulut baru nggak bisa senyum. Itu Ibu aja punya mulut, makanya bisa ngatain orang." Salsa memang sudah berubah. Tapi dia tak bisa bersikap seperti Anisa yang memiliki kesabaran tingkat tinggi. Terkadang ada beberapa orang yang harus dilawan karena menghina dirinya sudah menjadi suatu kebiasaan.

"Heh, kamu itu memang nggak punya sopan santun ya."

"Heheh, maaf, Bu. Kalau orang sopan sama saya maka saya akan sopan juga. Tapi kalau nggak sopan, didiemin bakalan ngelunjak, malah semakin menginjak."

Salsa pun memilih pergi meninggalkan si pedagang buah dan berbelanja di toko langganannya. Dia berteman baik dengan pemilik toko itu hingga merasa nyaman jika terus berbelanja di sana.

Setelah selesai berbelanja, Salsa pun pulang dengan membawa satu keranjang penuh berisi macam-macam bahan untuk stok di kulkas.

Namun, saat dia sedang melintasi jalanan lengang, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang aneh pada sepeda motornya. Tarikannya terasa sangat berat dan stang yang kesulitan untuk dikendalikan.

Dia pun memutuskan untuk berhenti dan melihat apa yang terjadi pada ban sepeda motornya di bagian depan. Akhirnya dia tahu masalahnya. Ban sepeda motor itu ternyata mengalami kebocoran.

"Aduh, kok bocor, sih!" gerutunya sambil melihat ke sana kemari. Ternyata di depan ada tukang tambal ban. Segera dia pergi ke tukang tambal ban tersebut untuk menambal sepeda motornya.

Namun, baru saja dia berjalan sambil menuntun sepeda motornya, dia pun dihampiri oleh seseorang yang menggunakan sepeda motor matic dan jaket serta helm.

"Sa, kenapa?" tanyanya sambil memperhatikan sepeda motor Salsa.

"Ini, Mas, bannya bocor," sahutnya pelan. Dia mengenal pria itu. Seorang ojek offline bernama Reza.

"Sini, biar Mas bawain ke sana. Pasti berat, kan. Kamu pakai sepeda motor Mas aja," tawar Reza sambil menyerahkan sepeda motornya.

"Nggak usah, deh, Mas, takut ngerepotin," ujar Salsa yang seketika jadi salah tingkah. Dia bahkan tak berani menatap pria yang sudah lama dikenalnya itu.

"Nggak papa, Sa. Sini." Reza pun mengambil sepeda motor Salsa dan menuntunnya hingga ke tambal ban terdekat.

Salsa menaiki sepeda motor Reza dan menghampirinya ke tukang tambal ban.

Dan selagi menunggu tambal ban selesai, Reza pun mengajak Salsa minum di warung minuman yang ada di sebelah tambal ban itu.

Salsa memang telah mengenal Reza sejak beberapa tahun lalu. Dia sering memakai jasa Reza jika pergi ke kota karena jalanan yang ramai dan ketakutannya menaiki sepeda motor di jalanan besar seperti itu. Sedangkan ke pasar saja dia harus melewati jalan potong agar tidak melewati jalan raya.

Reza adalah seorang tukang ojek berusia dua puluh delapan tahun. Memiliki perawakan tampan, tinggi, dan pernah viral karena seorang penumpang pernah mengambil fotonya dan menyebutnya sebagai kang ojek tampan.

Namun dia tak kunjung menikah karena menunggu seseorang yang sangat disukainya. Salsa hanya tak tahu saja betapa Reza mencintainya selama ini.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***