Edward membantu Areum duduk di sofa ruang kerjanya, ruangan kerja Edward memang di desain dengan sebuah sofa santai sebagai penghilang jenuhnya saat duduk di kursi meja kerjanya.
"Ed, aku membawakan kopi. Kau paling suka dengan kopi pahit kan?"
Edward akui, Helena masih ingat dengan kesukaannya, tetapi bukan berarti dia akan luluh begitu saja. Keningnya berkerut ketika melihat wajah Areum yang sama sekali tak ada rasa kecewa, sedih dan senang. Ia bahkan tidak bisa menebak pikiran dan hati wanita di sampingnya.
"Aku keluar saja," ujarnya. Ia merasa menjadi obat nyamuk bagi sepasang kekasih itu. Dengan perasaan dongkol ia berdiri.
"Kau mau kemana?" tanya Edward. "Temani aku bersama Helen."
Helena tersenyum, hatinya menghangat. "Kau masih ingat dengan panggilan yang kamu berikan secara khusus pada ku." Biasanya Helena di panggil oleh Elen, sehari-harinya orang terdekatnya kecuali Edward dan keluarga Edward memanggil Helen.
Hatiny Areum semakin dongkol, bisa-bisanya kedua orang ini memamerkan kisah masa lalu di hadapannya.
"Bagaimana kabar mu Ed?"
"Aku baik, kabar ku dan istri ku baik," jawab Edward. Ia sengaja menekan kata istrinya karena Helena hanya menanyakan kabarnya.
Helena tersenyum tipis, ia merasa bingung dengan cerita keduanya yang berbeda. Tadi ia menemukan sebuah kejanggalan pada pernikahan mereka. Namun dalam beberapa detik ia tidak menemukan kejanggalan lain.
Apa ini hanya firasat ku saja kalau hubungan mereka baik-baik saja?
"Iya syukurlah." Helena sejenak membuang wajahnya. Dadanya bergetar, ia berusaha menenangkan dadanya yang terasa panas. Ia kembali melihat ke arah Edward. "Pernikahan kalian pasti baik-baik saja kan?"
"Iya."
Areum menaikkan sebelah alisnya, ia merasa tengah menonton kenangan masa lalu suaminya. "Sepertinya kalian harus menyelesaikan sepenggal kisah masa lalu."
Edward memejamkan kedua matanya, ia berusaha sabar menghadapi sikap Areum yang memaksanya untuk bersama Helena berdua. Ia tidak mau mengulang kesalahan lagi. Hatinya tidak ingin hancur ketika melihat istri yang ia cintai terbujur kaku.
"Kau bicara apa? kita tidak memiliki ikatan apa pun Areum. Benar kan Helena?" tanya Edward beralih menagalihkan pembicaraan pada Helena. Ia harus meyakinkan Areum kalau ia tidak memiliki hubungan apa pun lagi.
Helena mengangguk dengan tersenyum terpaksanya. Ia salah, hubungan mereka sangat baik. "Iya, kami sudah usai Areum. Aku datang kesini bukan bermaksud apa-apa."
"Kalau begitu aku pergi dulu." Tanpa menunggu jawaban Helena langsung bergegas pergi. Kakinya terasa berat menopang tubuhnya, dengan langkah tergesa-gesa dan air mata yang mengembum ia berlari dan menghiraukan Mommy Amber dan Alika yang memanggil namanya.
Bruk
"Jalan pak," ujar Areum menyuruh sopirnya secepatnya melajukan mobilnya.
Sementara Edward dan Areum. Sepasang insan itu saling diam. Keduanya tak ada yang memulai pembicaraa. Areum pun memutuskan untuk pergi, namun langkahnya berhenti mendengrkan suara Edward memanggil namanya.
"Areum, aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Helena. Kami sudah berpisah setelah aku menutuskan untuk menikah."
Areum mengeraskan rahangnya, di kehidupan masa depan mereka menjalin hubungan. "Terserah, kau memiliki hubungan apa tidak. Bukan urusan ku, karena pernikahan ini memang hanya perjodohan yang telah di tentu kapan akan usai."
Deg
Edward diam, ia menerima semua sikap acuh, dingin, ketus, suara kejam Aruem yang menghina dan mencacinya, ia akan terima. Karena semua ini penebusan kesalahannya. Ia memilih diam, seperti orang bodoh dari pada harus mendengarkan permintaan aneh yang di lontarkan istrinya.
"Aku antar kamu ke kamar. Kau harus beristirahat."
"Cukup Edward!! Jangan menyentuh ku!" Areum melambaikan tangannya, Edward pun menghentikan tangannya yang hendak menyentuh lengan Areum.
"Cukup berpura-pura peduli dan seolah hubungan kita baik-baik saja. Aku muak Edward, aku muak saat."
Edward tersenyum, ia tidak peduli dengan perkataan Areum.
"Baiklah, aku akan berhenti berbicara. Tapi ijinkan aku melakukan apa pun yang aku inginkan."
Areum bergegas pergi, ia tidak ingin lebih jauh meladeni Edward.
Sedangkan di lantai bawah.
Kedatangan nenek Mely menghebohkan kedua wanita itu. Dia melihat apa yang ia lihat saat Helena masuk ke dalam mobilnya. Ternyata Helena tidak menyadari kedatangan nenek Mely.
"Mom," Sapa Mommy Amber dengan sopan dan ramah.
"Nenek," Sapa Alika tersenyum.
Nenek Mely menatap menantu dan cucunya itu. Ia butuh penjelasan dengan kedatangan Helena.
Dia pun masuk, lalu duduk di sofa ruang tamu. "Panggil Edward dan Areum, aku ingin meminta penjelasan tentang kedatangan Helena."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sandisalbiah
nah loh... kapokmu kapan.. Ember dan kecap bango Malika... jd perempuan kok suka merendahkan sesamanya... tunggu aja azab kalian..
2024-02-10
2
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-03-10
0
Ibuk'e Denia
berarti Edward dan Arum dua duanya telah ber reankarnasi
2023-02-22
1