Helena 2

Pagi harinya.

Areum membuka kedua matanya sambil mengerutkan keiningnya. Ia merasakan sesuatu di salah satu kakinya. Kedua netranya melihat ke arah kakinya dan terlihat seorang pria yang sedang mengganti perbannya.

"Kau sudah bangun," ujarnya tersenyum tipis. Dia melanjutkan kembali melilit perban di kaki Areum. "Aku pasti membangunkan mu."

"Sudah," ucapnya. Dia membereskan kembali obat dan sisa perbannya ke dalam kotak. "Apa tadi malam tidur mu nyenyak?"

Areum masih terdiam, ah ia benar-benar malas untuk menjawabnya. "Ya, begitulah."

"Aku akan membawakan sarapan untuk mu." Edward bangkit, dia menuju ke arah laci. Meletakkan kembali kotak obat itu, kemudian melangkah ke arah pintu.

"Tidak perlu, aku bisa sen ...."

"Jangan menolak, ini kenginan ku." Edward memeotong perkataan Areum dengan cepat. Hatinya ingin melakukannya sendiri.

Areum melihat ke arah kakinya, lalu melirik ke arah pintu saat terdengar orang menutup pintu. Dia menarik sebelah sudut bibirnya. "Apa dia melakukannya karena menginginkan sesuatu?"

Sementara di lantai bawah.

Edward mengambil sebuah piring dan menaruh beberapa sandwich. Susu yang telah di siapkan untuknya, ia bawa untuk Areum.

"Edward, sarapan mu mau di bawa kemana?" tanya Mommy Amber. Sekilas dia menatap ke arah Alika.

"Iya Kak, mau di bawa kemana?" Alika bertanya dengan rasa penasaran. Dia mengambil segelas susu di sampingnya.

Edward menatap silih berganti Alika dan Mommy Amber. "Untuk Areum."

Alika langsung menyemburkan susu ke luar. Perkataan Edward seakan memukul punggungnya. Dengan cepat ia mengambil tisu di depannya. "What? Buat apa kak? dia bisa datang sendiri."

"Edward, semenjak kapan kau tidak waras. Jangan memanjakan Areum. Dia punya kaki yang harus dia gunakan." Mommy Amber menahan geram. Bisa-bisanya putranya itu membawakan Areum sarapan. Seorang Presdir hebat dan tampan harus membawakan makanan untuk istrinya?

"Kau bukan pembantunya, justru dia yang harus melayani mu."

Edward bingung dengan hidupnya, satunya lagi adalah istrinya dan satunya lagi adalah keluarganya. "Mom, kaki Areum terluka."

"Kau juga terluka Edward." Mommy Amber membantah. Putranya juga terluka, seharusnya memikirkan lukanya sendiri.

Mommy Amber menyuruh salah satu pelayan. "Ane, kau bawa sarapan itu untuk Areum."

"Baik Nyonya," ujar Ane.

Edward menghela nafas, dia pun memberikan nampan itu pada Ane.

"Sekarang sudah ada Ane yang mengantarnya. Lebih baik kau sarapan, kau juga harus memikirkan luka mu itu."

"Mom, aku ke atas dulu." Edward memilih pergi, Mommynya tidak akan berhenti sebelum menceramahinya panjang lebar.

Prang

Mommy Amber menaruh dengan kasar pisau di piringnya. Ia tidak bisa membiarkan Edward berdekatan dengan Areum. Bagaimana pun caranya ia harus memisahkannya.

"Mom kita harus bertindak tegas," ujar Alika. Lama-lama ia merasakan keanehan kakaknya itu. "Kapan Helena akan datang kesini?"

"Hari ini, Mommy sudah berbicara dengannya."

Sedangkan Areum, dia tak berniat mengucapkan terimakasih pada pria di sampingnya itu. Sebelum makan ia sudah kehilangan selera.

Edward duduk di sampingnya dan menatapnya. "Makanlah."

Masih tak bergeming, Edward mengambil piring di atas nakas itu. Kemudian menyodorkannya ke mulut Areum.

Areum memalingkan wajahnya, sejujurnya ia merasa hangat hatinya saat Edward menaruh perhatian padanya, tapi ia tidak ingin berharap terlalu dalam seperti kehidupan masa lalunya yang bodoh.

"Areum."

"Aku sedang tidak ingin makan Edward. Taruh saja,"

Edward menurunkan tangannya, mengembalikan sandwich itu ke atas piring. "Aku sudah berbaik hati mengambilkan sarapan dan kau malah tidak menghargainya."

Edward sangat kesal dengan Areum yang tidak memakan sarapannya. Bagaimana kalau Areum sakit?

"Aku tidak menyuruh mu. Masalah menghargai, aku lelah menghargai mu."

Edward tertohok dengan ucapan Areum. Dia tak berani mengucapkan sepatah kata lagi.

"Sudah untung kamu di perhatikan oleh Edward." Mommy Amber menyela, dia datang tanpa di undang ke kamar Areum dan Edward. "Kau bukan Nyonya di rumah ini. Jangan bersikap manja."

"Cih, perempuan seperti mu masih saja bersikap manja. Dasar tidak tau diri."

"Mom, Alik, kalian bisa keluar." Edward mengusir kedua wanita berbeda umur itu. Bukannya mengademkan suasana, malah menambah panasnya suasana.

"Saya memang bukan nyonya di rumah ini dan hanya Helena nyonya di rumah ini."

"Untunglah kau sadar diri, berarti kau masih punya otak."

"Mom!" Edward tak bisa mengontrol emosinya. Untuk pertama kalinya dia menaikkan nada tinggi pada ibu yang melahirkannya itu.

"Ya sudah kami keluar," ujar Mommy Amber. Dia tidak memiliki keberanian kalau Edward sudah marah. Jujur saja ia merasa kecewa pada putranya itu. Ia bersumpah akan memisahkan mereka berdua.

"O iya. Helena akan datang kesini. Sebaiknya kau barsiap-siap untuk menemuinya."

Mommy Amber pun menarik Alika keluar bersamanya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

well Edward... apa keputusanmu...

2024-02-10

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus bahagia

2023-03-09

0

Agatha Novelia

Agatha Novelia

lanjut thorr

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!