Berkali-kali Mommy Amber menghubungi Edward. Namun sama sekali tidak ada jawaban. "Kemana dia?"
"Mom, bisa diam tidak? Aku pusing lihat Mommy mondar-mandir," ujar Alika. Sesekali dia memainkan ponselnya dan senyam-senyum sendiri.
Mommy Amber menoleh dia langsung merampas ponsel Alika. "Kau taunya hanya bermain saja. Kau tidak mencemaskan tentang kakak mu."
"Mom, apa sih? Kembalikan ponsel Alika." Alika tida suka dengan cara Mommynya yang mengambil paksa ponselnya.
Mommy Amber melempar ponsel itu begitu saja ke arah sofa. "Kau taunya hanya pacaran saja tanpa memikirkan kakak mu."
"Mom, buat apa di pikirkan? Kaka hanya kasihan saja."
Mommy Amber langsung melotot tajam ke arah Alika. "Kasihan bisa saja jadi cinta Alika."
"Mom, kau tidak perlu khawtair ok. Kak Edward tau mana yang berkualitas dan tidak. Mommy tinggal saja bawa Helena kesini."
Berbicara dengan Alika sama sekali tidak membantunya. Dia pun kembali menoleh ke arah pintu.
"Edward," Mommy Amber berlari ke arah pria yang baru saja masuk beberapa langkah. "Edward apa yang terjadi kenapa ada darah?" tanya Mommy Amber khawatir. Mommy Amber menoleh ke arah Areum.
Dia langsung mendorong tubun Areum, untungnya Areum sudah tau, pasti akan terjadi. Ia sudah memasang posisi tegap.
"Ini pasti gara-gara kamu kan?" Mommy Amber menodong Areum dengan pertanyaan. Sudah pasti karena perempuan sialan ini.
Areum diam, ia menoleh ke arah Edward. "Iya Edward menolong ku."
"Dasar perempuan sialan." Mommy Amber siap melayangkan tangannya ke wajah Areum. Ini kesempatannya untuk memberikan pelajaran bagi Areum.
"Mom," Edward menahan tangan Mommy Amber. "Bukan salah Areum, ini salah ku Mom." Edward tak suka dengan Mommynya yang menyalahkan Areum.
Alika melihat keanehan di raut wajah kakaknya itu. "Kak, dia Mommy. Kenapa Kakak membelanya?" Alika bingung dengan pikiran Edward. Untuk pertama kalinya ia merasa kakaknya tidak suka dengan Mommynya itu.
Edward melepaskan tangannya. Pertama kalinya ia tak bisa menahan kekesalannya.
"Seprrtinya kalian salah jika harus menyalahkan ku." Areum membuka bibirnya. Dia lelah bersikap seperti orang bodoh. Ketiga orang itu menoleh ke arah mereka.
"Aku terluka karena Mommy yang menyuruh ku membersihkan pecahan gelas di lantai tanpa menggunakan alas kaki. Kalau bukan karena Mommy yang menyuruh ku, aku tidak mungkin terluka dan Edward tidak mungkin terluka seperti ini."
Areum tersenyum sinis, dia menatap satu per satu keluarga yang dulunya ia hargai dan ia sayangi. "Kalau bukan karena Mommy semuanya tidak akan seperti ini kan?"
Areum menatap dalam ke arah Mommy Amber seolah menyulut api nerakanya.
"Kau menyalahkan ku, ini semua gara-gara kamu Areum. Andai saja kamu tidak hadir kami tidak akan seperti ini. Menantu ku tidak akan pergi." Sarkas Mommy Amber. Benar saja, Helena tidak akan pergi begitu saja saat menyaksikan pernikahan Areum dengan Edward. "Kau seperti orang bodoh, wanita bodoh yang tak tau apa-apa. Kau bahagia menikah dengan Edward, tapi ada wanita yang di sakiti."
Nyes
Kedua mata Areum tak berkedip, matanya memerah. Dia memang bahagia, tapi pertama kalinya bukan seterusnya. Ia bahkan mati di tangan keluarga Helena dan sekarang wanita yang ia anggap mertuanya malah menyalahkannya. "Kau menyalahkan aku orang bodoh, berarti nenek Mely bodoh karena memilih ku."
Areum menunjuk ke arah Edward. "Anda bilang beruntung, tapi kenyataannya saya tidak beruntung berada di rumah ini. Awalnya saya kira saya bisa mendapatkan kebahagiaan, tapi ternyata hanya penderitaan yang saya dapatkan. Anda bilang saya merebut, kapan saya merebut putra anda dari kekasihnya? Anda jelas tau kalau pada saat itu saya sudah menolak, tapi putra anda sendiri yang tidak tegas menolaknya. Sekarang anda menyalahkan saya?"
"Bahkan jika putra anda menikah dengan Helena. Saya merasa senang, saya siap bercerai dengan putra anda."
Areum langsung bergegas pergi, air bening di pelupuk matanya tak bisa di tahankan lagi. Secepatnya, ia harus pergi dari rumah ini.
Mommy Amber ingin memegang lengan Edward.
"Mom berhenti, aku lelah." Edward merasa tersakiti dengan ucapan Areum. Wanita itu benar-benar berubah tidak lagi menatap dan berbicara hangat padanya. Ucapannya bagaikan api yang membakar hatinya.
Edward menghentikan langkahnya, lalu menolah. "Hargailah sedikit saja Areum Mom, dia tidak akan datang kesini kalau bukan karena nenek Mely yang membawanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
sihat dan kaya
jika nk d ikutkan... nenek melly laaa punca penderitaannya....
2025-02-01
0
khayalan
untuk apa bertahan..ckp la yg sebenarnya Gan nenek melly..cerai cepat cikit pindah skrg jgk dekat umah tu😑
2024-02-10
2
Sandisalbiah
keluarga toxic.. mereka perempuan tp dgn mudah dan begitu tegasnya menghina,merendahkan sesama perempuan.. manusia tak berhati seperti mereka ini emang gak pantas mendapatkan org dgn hati yg tulus..
2024-02-10
2