Kehidupan Setelah Kematian

Derasnya air hujan mengguyur di kota London. Air mata Areum terus mengalir deras bagaikan air hujan saat ini. Entah ia akan pergi kemana untuk saat ini. Ia tak memiliki tujuan. Hidupnya yang dulu mewah walaupun ia tidak menginginkannya, di sayang oleh nenek Mely pun ia sangat bersyukur.

"Ke hotel terdekat," ucapnya. Tujuannya kali ini ke Hotel, ia tidak memiliki tujuan selain menginap di hotel untuk saat ini.

Sopir pribadinya yang bernama Baron, yang telah bekerja dan mengabdi untuk nenek Mely pun berhenti di salah satu hotel. "Nyonya biar saya saja."

Pria itu menurunkan koper yang berisi pakaian Nyonya mudanya itu. "Nyonya, maafkan saya tidak bisa membantu Nyonya. Bagaimana kalau Nyonya ke kampung halaman saya saja? Walaupun tidak seperti di kota, tapi sangat asri Nyonya. Saya yakin, Nyonya pasti betah berada di sana."

"Terimakasih, tapi bolehkah?" tanya Areum. Setidaknya ia mendapatkan tempat tinggal. Tidak masalah baginya walaupun tidak semegah di kediaman Winston.

Pria itu mengangguk dengan tulus, ia senang jika bisa membantu majikan mudanya itu. Orang yang telah di bawa oleh nenek Mely. Dia bertemu dengan nenek Mely pada saat nenek Mely menolongnya di tengah jalan. Dia kelaparan dan di usir oleh istrinya karena tidak memiliki pekerjaan yang baik. Istrinya memilih selingkuh dan menceraikannya.

"Saya sangat senang kalau Nyonya berkenan. Besok pagi saya akan mengantar Nyonya."

"Terimakasih, saya mau, saya mau."

Tanpa di sadari ada dua orang pria mendekati mereka. Pria itu berpakain jaket hitam dan menutupi bagian kepalanya. Dia mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya.

Keduanya saling pandang dan mengangguk. Masing-masing dari mereka memiliki sebuah tugas.

Salah satunya memegangi pundak Areum dan Areum pun menoleh, hingga tanpa sadar sebuah pisau menusuk di perutnya.

Sakit dan perih, ia melihat perutnya telah keluar darah. Dress putihnya di bagian perutnya berubah menjadi warna merah. Dia menatap pria itu. Ia tidak memiliki masalah dengan siapa pun. Dia tidak memiliki musuh.

"Kenapa?" Tanya Areum terengah-engah.

"Salah sendiri kau adalah istri Edward dan salah sendiri kau merebutnya dari putri ku, Helena. Kau yang menghancurkan putri ku, maka aku akan menghancurkan dan membunuh siapa pun yang menghalangi kebahagian putri ku."

"Nyonya," sapa Baron. Pria di sampingnya semakin menusuk hingga kedua matanya terasa berat.

Areum menoleh, ia melihat darah segar telah mengalir dari perut sopirnya itu dan tubuhnya lemas tak berdaya.

Pria itu pun melepaskan Areum dan sopirnya, meninggalkan mereka di tengah-tengah hujan. Buliran air bening pun mengalir di sudut matanya, dia menatap pria yang perlahan melangkah jauh. Benarkah ini kehidupannya? Ia ingin bahagia? Perlahan mata itu terasa berat, sakitnya di dalam perutnya seakan menarik nafasnya. Sebuah bayangan Edward dan dirinya bagaikan kaset yang berputar di otaknya. Ia tersenyum dan memejamkan kedua matanya.

Jedar

Sapaan petir itu memekik di telinga seolah memberi suatu tanda.

Hah

Hah

Hah

Peluh keringat membasahi wajahnya, bahkan kimono putihnya yang melekat di tubuhnya. Nafasnya tak beraturan, bagaikan lari marathon. Dia mengusap keringat yang hampir menetes dari jakunnya. Kemudian mengusap seluruh wajahnya.

Ia meraba perutnya, namun tidak ada darah dan sama sekali tidak ada kesakitan. "Aku tidak mati, syukurlah aku masih hidup."

Dia menghidupkan lampu utama di kamarnya dan bernafas lega, ternyata hanyalah mimpi. Tetapi terasa nyata dan menyakitkan. Ia teringat dengan perceraiannya. Tanpa sadar meneteskan air matanya kembali. Ia pun menoleh ke atas nakas, berniat untuk mengambil segelas air putih. Namun kedua matanya melihat sebuah kertas. Ia pun mengambilnya dan membacanya. Kertas itu adalah kertas saat pemeriksaannya, kertas itu pun jatuh.

Ia meremas seprai, air matanya mengalir deras. Tenggorokannya terasa tercekat. Berarti apa yang ia alami bukan mimpi. Pemeriksaannya di lakukan 3 bulan sebelum percerain itu.

"Aku, aku mati, hah ...." Berarti Nenek Mely masih hidup.

Dengan tangan gemetar, dia mengambil ponselnya di atas nakas dan mencari nama nenek Mely.

"Hallo sayang," Suara yang masih terdengar dengan jelas dan nyata. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Nenek, nenek baik-baik saja kan?"

"Iya, Nenek baik-baik saja."

Dia teringat dengan kematian nenek Mely yang menimpanya. Sebuah kecelakaan maut terjadi. Ia tidak boleh membiarkannya, ia harus mencegahnya.

Nenek Mely berniat untuk mengunjungi makam suaminya dan menyebabkannya kecelakaan hingga berkahir menanggal.

"Sayang, lusa Nenek ingin mengunjungi makam kakek. Kau mau ikut?" tanya nenek Mely.

Deg

Sama dengan kehidupan sebelumnya, ia menolak karena Edward mengajaknya menghadiri pesta pernikahan temannya itu. Namun kali ini ia lebih mementingkan nenek Mely, ia tidak akan menolaknya. Nenek Mely harus berada di pengawasannya.

Terpopuler

Comments

dita18

dita18

msh nyimak

2024-02-23

0

khayalan

khayalan

jangan kecewakan ku areum..berubah jdi lebih baik..ceraikan jantan xguna tu..😏

2024-02-10

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

aku kira bakal berpindah jiwa.. tertata kembali pd masa sebelum kejadian ya.. berarti tugas Areum merubah alur cerita hidupnya...

2024-02-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!