Bab 4

Setelah sampai di rumah, aku menghempaskan tubuhku yang lelah di atas kursi yang berada di ruang tamu rumahku.

Aku melihat langit-langit rumahku yang berwarna putih sembari memikirkan bagaimana nantinya jika aku berpisah dengan kedua orang tuaku terutama ibuku yang sering sakit-sakitan dan selalu meminta pijit punya yang sakit kepadaku.

"Jika aku pergi siapa yang akan memijit Ibuku nantinya" Pikir ku. Yah memang Aku mempunyai Abang dan juga Kakak dan aku adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Karena semua saudara ku sudah menikah dan hidup di rumah mereka masing-masing, jadi nya tidak ada tempat ibu ku untuk bermanja. Hanya aku lah yang berada di rumah ini dan yang selalu memijit ibuku yang sering sakit punggung nya itu.

Ibu ku tidak mau di sentuh oleh ayahku karena terlalu lama mengidap penyakit yang ada di perutnya. Ibuku tidak pernah lagi tidur satu kamar dengan ayahku dan tidak pernah lagi disentuh oleh ayahku karena terlalu memikirkan penyakitnya. Bertahun-tahun ibuku mengidap penyakit yang tidak tahu apa namanya itu. Dokter pun tidak bisa menjelaskan pada keluargaku tentang penyakit yang diderita oleh ibuku ini.

Kata dokter Ibuku hanya mengidap penyakit maag biasa. Tapi mengapa dia seperti tidak mengidap penyakit maag biasa Ibuku bilang seperti ada sesuatu yang berjalan di dalam perutnya.

kami sudah berusaha untuk mengobati ibuku dari pengobatan alternatif, dukun dan medis. Semua orang pintar yang bisa mengobati orang sakit kami datangi baik di daerah kami Sungai Pakning maupun di Bengkalis. Tidak hanya orang pintar, pengobatan medis pun kami jalani. Dari dokter praktik satu ke praktik lain nya. Dari puskesmas hingga rumah sakit besar yang ada di Bengkalis pun kami jalani. Tidak hanya di daerah Sungai pakning dan Bengkalis. Kami juga pernah membawa ibu ku berobat di daerah Dumai. Namun, hasil nya tetap sama. Jika bahasa medis nya hanya mengidap sakit maag. Namun jika menurut orang pintar atau dukun. Ibu ku ini mengidap sakit buat orang. Yah begitu lah kata nya. Maklum saha lah mak, dukun nama nya selalu mengatakan di buat orang. Entah lah, kami pun tidak tahu dan bingung entah mana satu yang harus di percaya.

Kami pun memutuskan membawa ibu ku ke rumah sakit yang cukup terkenal di kota Pekanbaru bernama Santa Maria. Rumah sakit tersebut cukup kota Pekanbaru dan juga daerah ku.

Ibu ku melakukan Esogastroduodenoskopi, dimana Esofagogastroduodenoskopi adalah jenis prosedur endoskopi yang memperlihatkan gambar visual saluran pencernaan atas dan usus dua belas jari. Ini adalah teknik yang sangat berguna untuk memeriksa dan mendiagnosis kelainan dalam bagian sistem pencernaan ini. Meski secara umum disebut EGD, prosedur ini juga dikenal dengan nama panendoskopi atau endoskopi saluran pencernaan atas.

Di mana ada sebuah kabel yang harus di telan oleh ibu ku. Dan di ujung kabel itu terdapat sebuah kamera kecil yang berfungsi untuk melihat kondisi dan keadaan di dalam saluran pencernaan.

Dan hasil dari melakukan itu, di dalam perut ibuku hanya terdapat memar memar biasa. Aku pun tidak tahu penyebab memar itu apa. Tapi alhamdulillah semenjak berobat di sana penyakit yang di derita ibuku mulai membaik. Yah meskipun sekali datang lagi hingga sekarang. Namun alhamdulillah nya tidak separah dulu.

Dulu nya ibu ku tidak bisa tidur setiap malam. Perasaan takut selalu menghantui nya. Jika hujan lebat di sertai angin kencang, ibu ku merasa takut. Yah kata orang sih semua yang mengidap sakit maag juga pasti akan mengalami hal yang sama.

Tidak hanya ibu ku, ayah ku juga mengidap sakit sesak napas. Yah nama nya juga sudah berumur, jelas saja banyak penyakit yang mereka idap.

Jika aku pergi, pasti mereka hanya tinggal berdua saja. Jika kedua nya kambuh sakit nya, bagaimana?

***

"Jadi bagaimana sekarang?" Tanya ku ke pada Nurfazira saat aku dan Yusnidar berkunjung ke rumah nya di malam hari itu. Yah kami memang ingin membahas tentang kursus yang akan kami jalani nanti nya bertiga.

"Seperti nya aku masuk di gelombang ke dua saja deh, karena aku harus menabung dulu untuk sekolah ku" Ujar nya.

Yah memang tempat kursus kami itu terdapat tiga gelombang masuk ke tempat kursus itu. Di mana setiap gelombang berjarak satu bulan lama nya.

Dan saat ini kami masuk di gelombang pertama. Sedangkan Nurfazira memutuskan untuk masuk di gelombang ke dua yang akan masuk sebulan lagi.

"Oh begitu, terus apa kamu sudah menghubungi pak Leiden untuk meminta jadwal pergantian masuk nya?" Tanya Yusnidar lagi.

"Sudah kok, dan dia pun menyetujui nya" Jawan Nurfazira. Aku dan Yusnidar tidak bisa berkata apa lagi mendengar keputusan Nurfazira alias Yet itu. Kami hanya bisa mengangguk mengerti memahami situasi yang di hadapi oleh Nurfazira itu.

***

Pikiran buruk terus menghantui ku. Rasa gelisah di hati ini terus saja berdatangan mendapati aku tidak lama lagi akan meninggalkan orang tua ku yang rentan ini.

Hingga pikiran ku buntu dan tidak bisa berpikir dengan jernih lagi, aku pun menangis sejadi-jadi nya.

"Kenapa?" Tanya ibu ku terbangun karena mendengar ku menangis. Yah aku memang tidur bersama ibu ku. Tepat pukul 01.30 malam, aku terbangun dari tidurku aku menangis saja tuh sudah memikirkan aku bisa dengan Ibu dan ayahku.

Entah lah aku juga tidak tahu kenapa aku begitu sedih berpisah dengan mereka. Hal itu mungkin di karena kan aku sama sekali tidak pernah berpisah dari mereka.

Jagan kan ke Bengkalis, menginap di rumah saudara-saudara ku saja aku tidak pernah. Karena itu lah aku sangat berat hati meninggalkan mereka. Meski aku bersekolah dari hari senin sampai kamis, hanya empat hari aku bersekolah sisa nya aku bisa pulang kampung dan bertemu dengan kedua orang tua ku. Namun tetap saja hati ini merasa gelisah dan sedih.

"Kenapa sih kamu malam-malam begini menangis seperti ini?" Tanya ibu ku.

"Aku gak mau ngekos di Bengkalis buk. Aku gak bisa tinggalkan ibu dan ayah di sini" Ujar ku dengan deraian air mata.

"Lo,. ngapain kamu sedih seperti ini? Kamu sekolah nya tidak lah lama. Hanya empat hari saja. Sisa nya kamu masih bisa pulang" Ujar ibu ku memeluk ku dan berusaha menenangkan hati ku.

"Sudah sayang jangan menangis lagi. Bagaimana pun, kamu harus pergi ke sana untuk melanjutkan pendidikan mu dan mengejar masa depan mu" Jelas ibu ku lagi.

Aku memeluk ibu ku dengan erat nya. Seolah-olah tidak mau berpisah. Dan pada akhir nya, aku terlelap di dalam pelukan ibu ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!