Acara Lamaran

Enam bulan kemudian.

Hari ini Ara ikut senang lantaran kakaknya yang bernama Ana akan di lamar. Tentu saja itu menjadi sebuah kebahagiaan yang di tunggu-tunggu bagi keluarga.

"Acara lamarannya jam berapa, kak?" tanya Ara yang duduk di tepi ranjang sambil melihat kakaknya yang sedang mencoba beberapa pakaian untuk acara lamaran nanti.

"Jam tujuh malam."

"Kak Ana memangnya sudah berapa lama berpacaran dengannya?" Ara jadi penasaran.

"Hampir dua tahun."

"Tapi aku belum pernah melihat dia datang ke rumah menemui momy maupun daddy."

Ana yang semula hanya fokus pada pakaian dan pantulan dirinya di cermin, kini mengalihkan perhatiannya pada sang adik.

"Itu karena kau yang jarang di rumah."

"Memangnya dia sering datang kesini?"

"Kalau datang untuk jemput mau keluar bareng sering, tapi kalau mampir dan sengaja datang ke rumah hanya beberapa kali saja. Momy sama daddy sudah kenal baik juga sama dia."

Ara mengangguk-anggukan kepalanya. Ia jadi penasaran seperti apa sosok pacar kakaknya.

***

Waktu sudah menunjukkan jam enam. Itu artinya satu jam lagi keluarga kekasih Ana akan segera datang. Ara membantu kakaknya memoles wajah agar kelihatan cantik saat acara lamaran nanti.

"Aku harap acara lamarannya berjalanan dengan lancar dan secepatnya menikah. Momy sama daddy sudah tidak sabar ingin mendapatkan cucu, apalagi jika itu cucu laki-laki."

"Momy sama daddy yang tidak sabar menginginkan cucu atau kau yang sudah tidak sabar ingin menyusul?"

"Kakak kan tahu sendiri kalau aku belum ada calon. Kalau aku mungkin masih dua sampai tiga tahunan lagi. Itupun kalau sudah ada calonnya," sahut Ara.

"Salah kau sendiri yang terlalu pilih-pilih."

"Bukan pilih-pilih juga, kak. Aku belum menemukan seseorang yang buat aku nyaman saja."

"Yang penting harus bertanggung jawab."

Kalimat kakaknya barusan menghentikan Ara yang tengah merapikan rambut wanita itu. Ia tertegun seketika, mengingat sesuatu yang sudah berusaha ia lupakan selama enam bulan ini.

"Hei, kenapa?" tanya Ana melihat Ara dari pantulan cermin yang tiba-tiba saja melamun.

Ara pun tersadar dan berusaha tersenyum agar kakaknya tidak berpikir yang macam-macam tentangnya.

"Tidak, kak. Tidak apa-apa," sahut gadis itu seraya menggeleng kecil.

"Kalau lebih cepat selesaikan, waktunya sebentar lagi." pinta Ana dan Ara pun mengangguk. Gadis itu menata kembali rambut sang kakak agar terlihat rapi dan cantik saat acara lamaran nanti.

Satu jam berikutnya, pelayan di sana memberi tahu jika keluarga Xavier sudah datang. Keluarga tersebut merupakan keluarga dari kekasih Ana.

"Kami akan segera turun. Tunggu sebentar," ucap Ana pada pelayan tersebut.

"Baik, nona." Pelayan itupun pergi keluar dari kamar Ana.

Ana melihat pantulan dirinya di cermin, memastikan jika dirinya sudah tampil maksimal.

"Sudah sempurna, kak. Ayo cepat turun. Jangan membuat mereka menunggu lama," pinta Ara yang sedari tadi masih di sana.

"Iya. Ayo."

Ara menggandeng tangan sang kakak menuruni anak tangga. Senyum terpancar di wajah keduanya terutama Ana. Meski hubungannya dengan keluarga sang kekasih sudah sangat dekat, tetap saja ia masih gugup dan deg-degan di acara malam ini.

Ketika langkah keduanya sampai di ujung anak tangga, langkah Ara seketika terhenti saat kedua matanya tertuju pada pria yang duduk di sofa ruang tamu. Ia tercengang dan iris matanya melebar sempurna melihat sosok pria yang duduk di antara yang lainnya.

_Bersambung_

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***