Sebuah Ketidaksengajaan

Derga terbangun dan kedua matanya memicing saat melihat cahaya lampu begitu menusuk ke kornea matanya. Ia memijat pelipisnya yang terasa sangat pening. Dan begitu matanya terbuka sempurna, ia syok mendapati seorang gadis yang tertidur di sebelah nya tanpa sehelai benang.

"Astag .. Dia siapa?" Derga sontak duduk dan sedikit menjauh dari gadis tersebut.

Derga melihat tubuhnya yang juga polos, lalu ia mengedarkan matanya ke setiap sudut ruangan.

"Aku dimana?" tanyanya pada diri sendiri ketika tidak mengenali ruangan tersebut.

Derga memegangi sisi kepalanya yang terasa sangat pusing. Ia baru sadar jika semalam ia mabuk berat. Dan ketika ia mengingat sesuatu, ia tatap kembali gadis yang masih tidur itu.

"Dia gadis pelayan yang semalam membantuku saat nyaris terjatuh," ucapnya kemudian.

"Apa yang sudah aku lakukan dengannya?"

Derga benar-benar tidak ingat apapun tentang apa yang sudah terjadi semalam dengan gadis tersebut.

Pandangan mata Derga tertuju pada noda merah yang melekat pada sprei putih polos.

Derga seketika menggeleng.

"No! She's still a virgin. Dan aku orang pertama yang melakukan itu padanya?"

Derga kembali menggeleng. Ia tidak mungkin melakukan hal ituitu pada gadis yang sama sekali tidak ia kenal.

Derga segera mengambil pakaian dirinya yang berserakan di lantai bawah samping ranjang tempat tidur. Memakainya lalu segera pergi dari sana.

"Tunggu!" panggilan tersebut menghentikan langkah Derga yang sudah hampir membuka pintu untuk keluar.

"Kau tidak bisa pergi begitu saja, tuan!"

Derga membalikan badan dan ternyata gadis itu sudah bangun dengan selimut yang sudah membungkus tubuh polosnya.

Derga selangkah maju dan berhenti di hadapan Ara yang masih berada di atas tempat tidur.

"Kau sudah merenggut kehormatanku secara paksa dan sekarang kau mau pergi begitu saja? Dimana rasa tanggung jawabmu sebagai seorang laki-laki, tuan?"

Derga bingung harus mengatakan apa. Sebab ia juga dalam keadaan tidak sadar semalam.

"Ok, fine. Aku akan bertanggung jawab. Katakan aku harus membayarmu berapa?"

"What?" Ara merasa di rendahkan oleh perkataan pria itu barusan. Ia bukan wanita murrahhan yang dengan begitu mudahnya memberikan tubuh pada pria lain.

Ara bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri di depan pria itu.

"Kau pikir aku wanita sewaan yang bisa kau pakai sesuka hati dengan uangmu?" seru Ara tidak terima. Baginya kehormatan lebih berharga dari segalanya. Bahkan sejumlah uang tidak mampu menukar dengan harga dirinya.

"Lalu kau mau apa? Mau aku menikahimu? No, aku tidak bisa. Aku sudah memiliki kekasih dan aku tidak bisa menikahi gadis lain termasuk dirimu."

Perkataan pria itu begitu menusuk hati Ara.

"Tuan-"

"Sudahlah, kita lupakan saja apa yang sudah terjadi semalam. Anggap saja ini hanya sebuah ketidaksengajaan. Dan jika suatu hari kau bertemu lagi denganku, bersikaplah layaknya dua orang yang tidak saling mengenal."

Derga pergi dan Ara tidak bisa membiarkan pria itu pergi begitu saja.

"Tuan, tunggu."

"Lepaskan, aku harus pergi."

Derga menepis tangan Ara yang hendak mencegah kepergiaannya. Ia keluar dari ruangan tersebut dan Ara masih berusaha untuk mengejarnya.

"Tuan ... Kau harus tanggung jawab!" teriak Ara tanpa bisa mengejar lebih jauh lagi, sadar akan tubuhnya yang hanya di balut oleh selimut.

"Ara .. Kau masih di sini ternyata .."

Ara menoleh ke belakang saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Momy?" Ara terkejut mendapati momy Olin yang memergoki dirinya terbalut selimut dan berdiri di depan pintu kamar pengunjung.

Momy Olin menatap Ara dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan tatapan curiga.

"Ara, kau ..." tunjuk momy Olin.

Ara sudah bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran momy Olin.

_Bersambung_

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***