JCPM bagian 9

"Iyaa sama-sama Ren.." ucap Bela tersenyum manis pada si fotografer.

Belariana Wijaya adalah adik mantan istrinya Tristan, wanita cantik usia 23 tahun berprofesi sebagai model. Keluarga Wijaya ingin menjodohkan kepada Tristan agar hubungan keluarga dan perusahaan meraka erat kembali. Dahulu sempat anjlok saham keluarga Wijaya semenjak kepergian Anastasya di tambah kehilangan anak kesayangannya papa dan mama Anastasya sangat terpukul sekali, karena Anastasya juga tulang punggung keluarga bapak Wijaya. Maka dari itu, bapak Wijaya berharap menginginkan putri bungsunya menikahi Tristan. Walaupun dulu Tristan dengan Anastasya menikah tidak dijodohkan melainkan karena pertemuan tak sengaja.

"Bel lo kapan mau balik ke Indonesia, gue denger calon tunangan lo sekarang jadi dosen semenjak lo nerima jadwal pemotretan 2 bulan ini" tanya Maria sahabat Bela.

"Haah.. serius lo..??" balas Bela dengan serius

"Iya Bel gue sih sedikit tahu kabar dari temen kuliahnya Tristan.." jawab Maria

"Kenapa Tristan tidak meneruskan perusahaan om Damar saja, apa mungkin keduanya dia ambil" pikir Bela dalam hati

"Aku juga kangen sama Tristan, sedang apa dia yah..?" gumam Bela.

Bela memang menaruh hati pada Tristan, semenjak kedua orangtuanya menjodohkannya Bela sangat menerima.

"Lebih baik nanti aku akan telepon dia saja deh" ucap Bela

🍃🍃🍃

Di ruangan dosen, Tristan dengan serius sedang membuat soal-soal ujian di mejanya, hingga dering ponselnya berbunyi

kriiiiinnngg...

Tristan meraih ponselnya di atas meja melihat ID caller nya tertera "Bela".

"huuufht.. mau ngapain lagi dia menghubungiku sungguh malas sekali..." keluh Tristan

Kriiiiinnngg.. ponsel berdering kembali

"Ckkkkk.. sangat menggangu.." gerutu Tristan. ia kemudian mengangkat ponselnya

"Halo..." Ucap Tristan dengan nada ketus

"Hai sayang apa kabar ? aku kangen sama kamu sayang.. oh iya lusa aku pulang ke indonesia yaa kamu jangan lupa nanti jemput aku kan ? ucap Bela dengan manja

"hmmmm.. iya." ucap Tristan jengah dengan nada pelan. Telepon dari Bela masih berlangsung, Tidak lama terdengar suara ketokan pintu dari luar.

Tok..tok .tok...

"Permisi pak ini saya Salsa.." terdengar suara Salsa dari luar pintu. Tristan bergegas membuka pintu ruangannya..

"Silahkan masuk Salsa.." jawab Tristan. Tetapi karena posisi tangan Salsa tak seimbang karena membawa tumpukan banyak buku dan kertas ujian yang tadi Tristan pinta. tumpukan buku dan kertas itu pun jatuh berantakan..

Bruuuuukkk...

Salsa dan Tristan bergegas bersamaan memungut buku dan kertas-kertas berserakan, tetapi malah mereka justru menabrak kening bersamaan sehingga jarak wajah mereka sangat berdekatan...

"auuww... "teriak Salsa kesakitan sambil memegang keningnya. sedetik kemudian ia melihat wajah Tristan

Hembusan nafas Tristan sangat terasa pada wajah Salsa.

"blussss" wajah Salsa bersemu merah

Begitu pun juga Tristan ia menatap Salsa lekat sampai jantung Tristan berdetak kencang. Sehingga suara telepon dari jauh membuyarkan mereka berdua.

"halooooo haloo haloo sayangggg.." ucap Bela jauh pada ponsel Tristan.

"Astaga aku lupa ponsel ku.." ucap Tristan salah tingkah, ia mengambil ponsel di lantai karena ikut terjatuh sama buku-buku.

Salsa pun langsung cepat membereskan buku-bukunya juga kertas yang berantakan dan menyerahkan langsung pada Tristan.

"Pak maaf kertas dan bukunya sampai jatuh, saya ijin keluar ya pak terima kasih" ucap Salsa menundukkan kepalanya

"Hmmmm.." Tristan jawab mengangguk, Salsa sudah keluar dari ruangannya.

Kemudian Tristan meraih ponsel nya kembali melihat telepon dari Bela masih tersambung..

"Iya Bel, nanti saya akan jemput kamu kalau saya tidak sibuk.." ucap Tristan ketus

"Baiklah terima kasih sayang.." balas Bela, kemudian sambungan telepon dari Tristan terputus.