...🌸🌸🌸...
Suara bernada kesal itu membuat seluruh teori penghindarannya secara terang-terangan semakin jauh tertinggal di belakang.
" Ah sial, kenapa juga tadi aku kesini!" merutuki kebodohan yang tiada henti sebab menyesal.
" Ma-maaf tuan, saya..tidak tahu jika anda sakit!" menjawab dengan terbata-bata, dan tubuh yang sudah gemetaran.
Definisi dari terserang rasa takut yang teramat.
" Masuk!" berkata ketus sembari menatap si perempuan dengan begitu kesal.
Yang diminta masuk malah mematung di depan gawang pintu. Apa dia akan mati? Pria itu sungguh membuatnya serba salah.
" Apa kau tuli, cepat masuk!" menghardik kembali dengan ucapan yang seenaknya saat si perempuan tak juga bergerak.
Jarak yang terbentang benar-benar menggerus keberaniannya. Tapi kehidupannya memang berada di tangan laki-laki itu, bisa apa dia?
Ia lantas masuk dengan langkah ragu-ragu. Semoga saja pria itu tidak melakukan hal yang membuat nyalinya semakin ciut. Namun setibanya ia di kamar, ia malah dibuat melongo akan permintaan Kendra.
" Pijat lenganku!" kata Kendra yang sudah dalam posisi setengah berbaring.
" Apa memijat? Bahkan bokongku saja sangat sakit saat kubuat duduk sialan!" tentu saja hanya berani mengumpat di dalam hati. Dan sudah bisa di pastikan, kebisuan yang terjadi membuat sang baginda semakin murka.
" Kau ini benar-benar tuli atau sengaja membuatku marah?"
Tapi Kinar masihlah Kinar yang selalu bisa mensugesti diri untuk tetap fokus akan alasannya berada disana.
" Sabar Kin, ini tidak akan lama. Nikmati saja jika dia menyiksamu!"
Kendra terlihat menggulir ponselnya menggunakan tangan kiri saat tangan Kinar mulai menyentuh lengan atasnya yang kekar.
" Tangan sebesar ini, jika digunakan untuk memukulku, aku pasti akan mati!"
" Kau ini bisa memijat apa tidak? Aku sudah memberimu makan tapi kau masih saja tidak bertenaga!"
" Lihat kan? Tangannya saja yang besar, kenapa malah menyalahkan aku. Kenapa kau tidak memanggil pelayanmu yang lain saja brengsek!"
" Maaf tuan, saya hanya takut jika mengenai tangan anda yang sakit! " berkata manis padahal di dalam hati sudah penuh dengan sumpah serapah.
" Alasan, yang sakit kan bukan tanganku yang ini!"
" Apa? Jadi dari tadi aku memijat tangan yang sehat ya? Kenapa kau tidak bilang brengsek?" membantin dengan rasa jengkel.
" Baiklah kalau begitu, saya akan perbaiki cara memijat saya!"
Dengan rasa geram yang tersamar di balik wajahnya yang menunduk, Kinar lantas mengeraskan pijatannya, awas saja kalau dia ngomel lagi setelah ini.
Saat keheningan menyeruak, sebuah pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari bibir Kendra berhasil memecah kesunyian.
" Apa kau masih kesakitan?"
Yang di tanya jutsru terkesiap sebab ia paham akan pertanyaan yang di layangkan dengan wajah santai itu.
Ia tak menjawab hanya mengangguk. Kendra tak mengatakan apa-apa lagi usai melihat anggukan Kinar. Kinar memijat orang itu sampai tangannya terasa pegal, tapi mau berhenti ia takut untuk berkata.
"Berhenti!"
" Syukurlah, baru saja aku merasai. Aku benar-benar sudah sangat sangat capek tau!"
" Ganti pijat punggungku!"
" Apa? Kau mau membuatku mati karena memijatmu seharian?"
Astaga, baru saja Kinar bernapas lega, tapi manusia tengik itu makin menjadi-jadi rupanya.
Kinar menatap ke arah lain saat lelaki itu membuka pakaiannya dengan wajah meringis. Sepertinya dia tidak lagi bersandiwara soal rasa sakitnya itu.
Pria itu kini menelungkup diatas kasur dengan bertelanjang dada. Kinar yang melihatnya sebuah luka tembak di perut bawah pria itu seketika membeku.
" Kenapa kau malah diam, cepat pijat punggungku!"
Menghardik kala kesenyapan lagi-lagi terjadi. Membuat sang wanita tergeragap.
" I- iya tuan!"
Tangan mungil itu terus memijat namun ekor matanya tak bisa lepas dari bekas luka tembak yang ada di antara perut dan pinggang pria itu.
" Itu kan luka tembak, apa pria ini pernah tertembak?" membatin dengan rasa penasaran.
Kinar terus dan terus memijat hingga ia merasa lelah dan tangannya menjadi kebas. Dan kurang ajarnya, yang di pijat rupanya tertidur.
" Benar-benar brengsek. Dia malah tidur, sialan. Tanganku rasanya bahkan sudah mau copot!"
Kinar bahkan sampai menguap.
Setelah memastikan jika Kendra benar-benar tertidur, ia buru-buru turun pelan-pelan dari ranjang dan berniat untuk keluar.
Namun segenap keberaniannya seketika luruh, saat teringat jika pria itu pasti akan memarahinya lagi nanti jika dia pergi tanpa pamit.
Ya, gadis itu takut untuk keluar karena pria itu pasti akan mencari-cari kesalahannya nanti. Ia lantas memilih untuk menuju ke sofa yang berada tak jauh dari pembaringan Kendra. Ia juga masih terus saja mengantuk pasca perhelatan panasnya semalam.
" Apa aku tidur saja ya sebentar. Astaga, badan pria itu sungguh keras, tanganku benar-benar sampai sakit!"
Usai menggerutu saat berbaring, perempuan itu akhirnya terlelap begitu saja sebab ia merasa begitu lelah.
...ΩΩΩ...
Tepat di jam 12 siang, Kinar membuka matanya dan langsung terkejut saat melihat dia telah berpindah keatas tempat tidur yang hanya ia huni sendiri.
" Astaga, kenapa aku bisa ada disini? Bukannya aku..." bergumam seraya berusaha memecahkan teka-teki kenapa dia bisa berpindah ke kasur itu.
Ia melihat ke sekeliling namun sepertinya, disana hanya ada dia seorang.
" Kemana orang itu?"
Ia buru-buru turun usai membasuh wajahnya lalu mendapati Hilda memarahi dua orang pelayan.
" Ampuni saya Nyonya, saya berjanji tidak akan mengulangi semua itu!"
Kinar tentu saja terkejut, Hilda bahkan telah membawa rotan untuk memukuli dua perempuan itu. Dan dari penglihatannya, tangan serta lengan mereka berdua yang menjadi sasaran.
" Bibi, apa yang anda lakukan?" setengah mati memberanikan diri untuk bertanya dan membuat ketiganya menoleh.
" Nona, anda sudah bangun? Cepat pergi kalian!"
Hilda memerintah ketus kepada dua anak buahnya sesaat setelah dia menyapa Kinar.
Kedua pelayan itu kontan berlari usai mengangguk pad Hilda juga Kinar. Membuat Kinar semakin bertanya-tanya.
" Bibi, kenapa anda memukuli mereka?"
" Maaf nona, tapi mereka berdua kedapatan membicarakan anda dan tuan Kendra saat aturan di mansion ini sudah tercetak dengan jelas!"
Kinar langsung syok. Membicarakan dirinya? Sampai di pukuli seperti itu?
" Saya permisi nona!"
Kinar masih mematung saat Hilda melenggang pergi dari hadapannya. Bahkan ia bisa melihat sendiri jika tangan kedua wanita tadi sampai memerah. Dan tunggu dulu, memangnya apa yang mereka bicarakan? Apa karena statusnya yang menjadi istri kedua?
...ΩΩΩ...
Megan terlihat menyiapkan makan siang sebab ia tahu suaminya akan pulang saat ini. Menjadi momentum paling ia nanti lantaran Kendra pasti tidak akan kembali ke mansion kedua sering-sering, usai ia menanam benihnya ke kadang wanita itu.
"Wow, apa ini kau yang memasak?" tanya Kendra antusias ketika ia telah tiba di meja makan mansion utama.
" Kau jangan bercanda sayang, kau sendiri yang tidak ingin melihat kuku-kukuku ini rusak kan?" menjawab seraya tergelak.
Kendra terlihat tersenyum simpul. Tapi entah mengapa itu malah menjadi suatu pembanding antara Kinar juga Megan. Apalagi, masakan gadis kampung itu memiliki tempat tersendiri di hati Kendra.
" Makanlah!" tutur Megan yang menyajikan beef steak kehadapan suaminya.
" Thanks darling!"
Kendra mengecup tangan Megan yang mendarat di bahunya. Namun saat wanita itu mengalungkan tangannya ke tubuh Kendra dari arah belakang, pria itu malah memekik.
" Awh!"
Megan sontak menarik dirinya tatkala suaminya meringis kesakitan.
" Are you okay?" bertanya khawatir sebab ia tak tahu apa yang menjadi alasan suaminya memekik.
" Aku baru terjatuh saat berkuda bersama Xander tadi!"
" Oh my God, maafkan aku sayang. Tapi, kenapa itu bisa terjadi?"
Kendra tak menjawab dan memilih untuk fokus ke makanan. Lagipula, usai di pijat Kinar rasanya menjadi lumayan.
" Aku tidak apa-apa sayang, Xander sudah memanggilkan dokter untukku. Ayo kita makan!"
Megan tersenyum saat melihat suaminya selalu menghibur dirinya. Ia tahu, suaminya pasti akan dan selalu mencintai dirinya.
" Oh iya Ken, Minggu depan ada acara pelelangan, adik-adikmu pasti juga akan hadir. Apa yang harus kita lakukan, maksudku... seandainya gadis itu sudah hamil, aku bisa membuat pengumuman jika diriku mengandung, kita bisa menyeting semuanya!"
Kendra langsung meletakkan pisau juga garpunya. Menatap lekat istrinya. " Makanlah dulu, kita bahas ini nanti saja!"
Dan entah kenapa, membahas masalah kehamilan membuat Kendra teringat akan malam panasnya beberapa saat lalu.
Wadiaw!!
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Novita
tunggu saja apa yg terjadi setelah ini, megan trenor🤭🤣✌️
2023-04-01
0
moerni🍉🍉
hadirrrrrr mommmmmmm......☺️☺️☺️☺️absennnnn setelah part16
2023-03-26
0
erma92_wati
mampir mom... baru komen dipart ini karna dari awal cuma menikmati alur ceritanya😊
curiga sama megan kenapa dia yg terlalu semangat tentang kehamilan??? apakah ad tujuan lain dari keturunan kendra?
2023-02-16
2