Hanya saja Hayler tidak memiliki mood baik untuk bersantai dengan mereka. Dia datang ke pantai justru demi menemukan si kembar dan mengambil kesempatan untuknya mengenal mereka.
Tanpa diduga, dia baru saja meniup angin dingin di luar penginapan, sosok wanita yang dikenalnya tampak terburu-buru pergi. Belum lagi, masih membawa kedua anaknya.
"Yuki, tunggu! Kamu mau pergi ke mana dengan membawa mereka?" Hayler segera menghentikannya tepat waktu.
Ia baru menyadari jika tangan wanita itu tampak gemetar saat memeluk Shirley.
Melihat Shirley sepertinya tidak dalam kondisi yang baik, entah kenapa Hayler juga gelisah. Belum lagi Valley yang mengusap air matanya sambil memeluk tas ibunya.
Saat ini, Yuki mengesampingkan rasa tidak senang nya saat melihat Hayler.
"Putriku ... Kondisi putriku tampaknya tidak benar. Aku ingin ke rumah sakit untuk mengeceknya. Aku khawatir kondisinya semakin memburuk," jawabnya agak serak dan tercekat. Ia juga tak bisa menahan diri untuk menangis.
Lalu Yuki menatap Hayler. "Jangan cari masalah sekarang, aku mohon. Biarkan aku pergi dulu dan selesaikan urusan kita nanti! Biarkan aku pergi dulu," imbuhnya.
Hayler hanya bisa diam saat dituduh seperti itu. Dia tidak bermaksud untuk menghentikannya.
"Biarkan aku mengantar kalian ke sana. Jarak rumah sakit dengan tempat ini cukup jauh. Tidak baik bagimu untuk pergi dengan keadaan seperti ini. Biarkan aku yang memeluknya."
Anak itu sudah berusia lima tahun. Tubuhnya cukup berat. Bagaimana mungkin Yuki bisa menahannya sepanjang waktu.
Yuki ingin menolak. Tapi mendengar suara putrinya yang terus berkata tidak nyaman, ia hanya bisa menyerahkannya pada Hayler.
Tak lama kemudian Brim menyusul mereka. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya bingung. Kemudian melihat Hayler menggendong seorang anak di pelukannya. "Hah? Anak siapa itu? Hayler, kamu mau ke mana?"
Brim belum menyadari keberadaan Yuki saat ini. Baru kemudian dia menyadari jika wanita yang terlihat baru saja menangis itu adalah Yuki.
"Nona Yuki? Kamu—"
Ucapannya terputus oleh kata-kata Hayler. "Jangan banyak bicara! Cepat siapkan mobil dan bawa kami ke rumah sakit!"
"Ahh? Apakah anak itu sakit?"
Brim masih belum pulih dari keterkejutannya. Melihat tatapan Hayler yang mendesaknya dengan kuat, ia menekan rasa ingin tahunya.
Sebagai asisten yang andal, Brim bergerak cepat tanpa kesalahan.
Selama perjalanan ke rumah sakit, Hayler sama sekali tidak menurunkan Shirley di pelukannya. Gadis kecil itu sepertinya demam. Tubuhnya panas. Belum lagi, Shirley merasa nyaman di pelukan Hayler, seperti menemukan baju lebar untuk dipeluk.
"Ayah ... Apakah kamu ayahku?" gumam Shirley setengah sadar. Kepalanya bersandar di dada Hayler.
Hayler tidak menjawab. Dia hanya mengelus kepalanya dengan lembut. Untungnya kata-kata itu tidak sampai ke telinga Yuki yang tengah linglung saat ini. Valley sendiri duduk di depan.
Kemudian Yuki sadar jika Shirley masih di pelukan pria itu. "Berikan dia padaku. Aku bisa memeluknya."
Meski Hayler tidak mau, dia tidak bisa bercanda saat ini. Yuki hendak mengambil Shirley dari pelukan Hayler. Tapi gadis kecil itu tidak mau, justru semakin memeluk Hayler dengan erat.
Hayler merasakan tangan Shirley yang meremas kemejanya dengan erat, mau tidak mau merasa nyaman. Ia menatap Yuki.
"Tidak apa-apa. Karena dia tidak mau, jangan paksa," katanya.
Yuki tidak bicara lagi, hanya enggan melihat putrinya di pelukan pria itu.
Sementara Valley tidak terlalu memperhatikan interaksi antara ibunya dan pria itu.
Bukankah itu ayah baji*gan yang meninggalkan ibu dan mereka selama ini?
Tampaknya tidak terlalu buruk?
Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Hayler dan Yuki buru-buru keluar mobil dan menuju lobi.
Hayler berinisiatif sendiri memesan bangsal VIP di rumah sakit itu sekaligus meminta dokter memeriksa kondisi Shirley yang agak memburuk.
Segera, dokter dan asistennya datang untuk memeriksa keadaan anak itu. Hayler memberi instruksi diam-diam pada Brim untuk memblokir semua berita tentang mereka ke rumah sakit atau ke pantai kali ini. Apa lagi, jangan sampai Lita tahu.
Tentu saja tugas tersebut merupakan hak yang mudah bagi Brim.
Seraya menunggu dokter memeriksa kondisi Shirley, Yuki duduk dan menunggu. Hayler berada tak jauh darinya namun wanita itu tidak memiliki niat untuk bicara banyak.
Berbeda dengan Valley yang masih memegang tas milik ibunya. Matanya masih memerah karena menangis, khawatir adiknya kenapa-napa.
Tak lama kemudian, ponsel Yuki dalam tas berdering. Pikiran Yuki kembali ke kenyataan.
"Bu, bibi Nobu menelepon," ucap Valley.
"Benarkah? Berikan pada ibu."
Valley menyerahkan ponsel itu padanya. Yuki tidak ingin bicara di depan Hayler dan Brim jadi mencari tempat yang tenang untuk bicara dengan Nobu. Dia lupa mengabari mereka saat pergi menuju rumah sakit nanti.
Ketika Yuki pergi, Valley hanya duduk dengan tenang. Dia tidak tahu harus bicara apa dengan Hayler. Ini pertama kali baginya bertemu langsung dengan pria itu. Ternyata Hayler lebih tampan dari pada di foto.
Brim sangat ingin mengorek informasi dari anak itu. "Nak, apakah namamu Valley?" tanyanya basa-basi.
Dilihat dari dekat, anak itu benar-benar memiliki kemiripan dengan Hayler.
Ck, sungguh hubungan darah ayah dan anak. Pasti!
Valley mengangguk. "Paman, kamu siapa?"
Dipanggil 'paman', Brim agak kurang nyaman. "Paman? Apakah kamu terlihat sangat tua?"
"Kamu memiliki kerutan di wajahmu. Bukankah kamu dipanggil paman? Ayah angkat bahkan tampak muda."
Brim menyentuh wajahnya dengan panik. Apakah dia benar-benar memiliki kerutan di wajahnya. Ini semua harus disalahkan pada Hayler yang membuatnya kerja lembur hampir tiap hari.
Namun melihat wajah Hayler yang bahkan lebih kesal darinya, ia tahu seperti nya ... si kecil menyinggungnya.
Kemudian Brim buru-buru bertanya lagi. "Kenapa ayah angkatmu tidak memiliki kerutan di wajahnya? Kami mungkin tidak seumuran."
"Karena ayah angkatku adalah dokter." Valley menjawab dengan nada polos.
"...."
Brim ingin berteriak ke langit.
Dokter!
Daleon adalah dokter kandungan!
Mana ada hubungannya dengan masalah kerutan di wajah. Pria itu bukan dokter kecantikan!
Meski sebenarnya Brim kesal dengan kata-kata Valley, dia tidak bisa menyalahkan anak kecil.
Siapa yang menjadikan anak itu kemungkinan besar adalah anak kandung Hayler?
Ketika Brim ingin bertanya lagi, Yuki sudah kembali dengan langkah tergesa-gesa. Dia khawatir Hayler akan menginterogasi Valley dengan cara yang tidak bermoral. Tapi melihat si kecil masih duduk tenang, ia lega. Sepertinya Hayler tidak banyak bertanya.
Tak butuh waktu lama bagi dokter untuk memeriksa kondisi Shirley.
Ketika pintu ruang pemeriksaan dibuka dari dalam, mereka berdiri. Yuki menjadi orang pertama yang bertanya.
"Dokter, bagaimana kondisi putriku?" tanyanya.
"Mari kita bicarakan di ruanganku lebih dulu."
Dokter pria itu menatap mereka dengan serius lalu meminta asisten dan perawat yang mengikutinya untuk memindahkan Shirley ke ruang VIP.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
dewi_oetari14
mungkin maksudnya 'seperti menemukan bahu lebar'
2023-03-06
1
Bunda Da'ta
kak Risa maaf ya kok yang novel "Balas dendam hantu merah" gak bisa kebuka lagi Jak?
2023-02-24
2
Sonya Kapahang
Apakah ini saatnya buat Hayler utk berkontribusi di hidup anaknya..??
2023-02-24
0