Yuki membiarkan Valley dan Shirley di penginapan. Ada banyak kamera pengawas di sana serta keamanan juga ketat.
Tidak akan ada orang yang tiba-tiba muncul untuk menculik anak-anaknya. Belum lagi, Valley sangat cerdas. Anak-anak itu pasti tidak akan membiarkan orang asing masuk.
Mirain masih khawatir dengan mereka. "Kalau begitu ayo kembali setelah matahari terbenam."
Keduanya setuju.
Sementara itu di sisi kedua anak itu saat ini ....
Shirley sudah istirahat di ranjang besar dan tampaknya mengantuk. Valley menemaninya di sana dan sesekali akan mengobrol dengan adiknya. Wajah Shirley sedikit pucat namun untungnya sudah minum obat.
"Adik, apakah kamu sakit?" tanya Valley polos.
"Tidak, aku hanya lelah. Ibu bilang akan baik-baik saja setelah minum obat. Tapi aku sangat mengantuk sekarang," jawab gadis kecil itu.
"Kalau begitu tidurlah. Kakak temani kamu di sini."
"Hmmm ..." Shirley menguap dan akhirnya tertidur.
Valley yang bosan juga ikut berbaring di samping adiknya. Karena mereka masih anak-anak, rasa kantuk akan muncul lebih awal tiap kali lelah beraktivitas.
Waktu berlalu dan matahari mulai terbenam sepenuhnya.
Sementara itu, Yuki tak bisa lama-lama menikmati keindahan matahari terbenam sebelumnya. Dia kembali ke penginapan untuk melihat keadaan kedua anaknya. Ia tidak nyaman meninggalkan Shirley yang sedang tidak enak badan.
Siapa yang menduga ketika Yuki hendak membuka pintu, Hayler ternyata sudah menunggunya.
Saat Yuki melihat orang itu, ekspresinya berubah. Dia sangat tidak ingin berurusan dengan Hayler. Jangankan bertemu, berbicara saja tidak mau. Akan lebih baik jika mereka tidak saling bertemu lagi setelah bercerai. Apa lagi memiliki hubungan.
Memikirkan apa yang terjadi malam itu, Yuki sedikit canggung. Gerakan membuka pintunya terhenti.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya pelan. Jangan sampai kedua anaknya tahu dia bicara dengan orang lain di luar.
Hayler berjalan mendekat ke arahnya tanpa mengalihkan pandangan. "Bagaimana jika aku bilang ... Aku datang untuk mengunjungimu? Sangat jarang bagi kita bertemu."
"Tuan Hayler harusnya tahu bahwa kita sudah bercerai. Tolong jangan sampai ada kesalahpahaman di antara kita." Yuki masih menahan diri, melembutkan kata-kata nya.
"Kenapa dengan hal itu? Tidakkah kamu melupakan apa yang terjadi malam itu?" goda pria itu sedikit tersenyum.
Kali ini Yuki benar-benar tidak tahan lagi dengannya. "Apakah kamu gila?!! Jika kamu kekurangan wanita, pergilah cari sendiri. Aku bukan mainanmu!" Dia hampir berteriak.
"Yuki, aku datang bukan untuk berdebat denganmu," kata Hayler serius dan menghilangkan ekspresi menggodanya tadi. "Aku hanya ingin melihat kedua anak itu."
"Bermimpi lah! Apa yang ingin kamu lakukan pada mereka? Mereka tidak ada hubungannya denganmu!"
Yuki sedikit berdegup kencang. Apakah pria itu sengaja membuntuti nya ke pantai hanya demi menemui kedua anaknya?
Mungkinkah pria itu sudah curiga?
Tapi harusnya foto-foto si kembar tidak terekspos di internet. Ayahnya sudah meminta seorang ahli untuk membereskan semua yang bersangkutan dengan si kembar. Dari mana pria itu mengetahuinya?
Hayler hendak membalas kata-katanya namun Yuki tidak memberikan kesempatan itu.
"Percaya atau tidak! Jika kamu berani menyentuh kedua anakku, aku tidak keberatan untuk membocorkan pernikahan rahasia kita di masa lalu dan apa yang kamu lakukan dengan wanita sialan itu! Sepertinya kamu sangat peduli dengan status dan reputasi bukan?!" Yuki terengah-engah ketika mengatakan semua itu.
Ia awalnya tidak memiliki niatan ini. Dia juga tidak ingin menjadi selingkuhannya. Sekarang dia memimpin perusahaan.
Jika pemimpin perusahaan dirumorkan berkumpul dengan pria yang telah beristri, citranya akan hancur. Orang tuanya pasti juga kecewa.
Yuki hanya bisa melakukan ini. Dia berjudi.
Benar saja, Hayler terdiam setelah mendengar semua itu dan tampaknya menggertakkan gigi. Pernikahannya dengan Yuki di masa lalu memang rahasia dan orang-orang hanya tahu bahwa mereka memiliki perjodohan bisnis.
Meski kedua belah pihak memutuskan kontak satu sama lain, tidak banyak orang yang curiga. Kecuali para kolega dekat yang masih bertanya-tanya.
Mereka mengira Hayler dan Yuki tidak memiliki takdir untuk bersama. Apa lagi saat Hayler dan Lita diumumkan menikah ke publik. Tidak ada yang tahu bahwa Yuki adalah mantan istrinya.
Hayler menatapnya dengan mata sedikit memerah. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan berbalik pergi.
Melihatnya pergi, Yuki menghela napas lega dan buru-buru masuk lalu mengunci pintu. Pria sialan itu benar-benar tidak tahu malu.
Ketika Yuki menenangkan diri, dia melihat Valley sudah berdiri tak jauh di sana. Yuki terkejut. Apakah anaknya mendengar sesuatu?
"Bu, kamu akhirnya kembali. Aku lapar."
Valley sepertinya baru bangun tidur dan mendengar suara pintu ditutup agak keras, mengejutkannya.
"Maaf, Ibu ... ada urusan sebentar. Bagaimana kondisi adikmu?" Yuki mengkhawatirkan Shirley yang masih tidur.
"Bu, adikku sepertinya demam."
"Demam?"
Yuki menghampiri Shirley dan mengecek suhu tubuhnya. Agak panas. Wajahnya juga masih pucat. Bahkan ada beberapa memar di tubuhnya yang muncul entah sejak kapan.
Memikirkan penyakit putrinya lagi, Yuki hampir ingin menangis. Ia mengelus kepala putrinya yang sedikit berkeringat.
"Sayang, apakah kamu bisa mendengar suara Ibu? Katakan pada Ibu, di mana yang sakit?" tanyanya lembut.
Shirley perlahan membuka matanya. Tubuhnya sangat tidak nyaman dan panas. Karena hal inilah, dia ingin menjadi rewel sekarang.
"Bu, tidak nyaman," gumam gadis kecil itu langsung menangis pelan. "Sangat tidak nyaman."
Valley juga panik ketika mendengar adiknya berkata tidak nyaman. Apa lagi Yuki yang sangat ketakutan ketika melihat kondisinya yang tampaknya tidak membaik setelah meminum obat.
"Bu, ada apa dengan adikku? Kenapa tangan adikku penuh ruam?"
Valley juga ingin menangis saat melihat adiknya menangis. Mungkin naluri sebagai saudara kembar yang memahami perasaan.
Yuki juga memperhatikan kondisi Shirley sepertinya lebih parah dari sebelumnya. Takut terjadi sesuatu, dia buru-buru membawa putrinya dalam pelukan.
"Valley, Ibu akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi adikmu."
"Aku ikut!" Valley tentu saja tidak mau sendirian di sini.
"Kalau begitu, ayo, cepat! Bawa tas ibu." Suara Yuki sedikit tergesa-gesa.
Valley dengan cepat bergerak. Meski langkahnya tidak lebar, dia sangat aktif berlarian. Ia mengambil tas Yuki yang cukup berat, memeluknya dengan erat.
Mereka segera meninggalkan resort dan setengah berlari menuju halaman depan. Tanpa diduga, lagi-lagi Yuki bertemu dengan Hayler.
Tapi kali ini dia tidak mau memedulikan pria itu. Dia hanya memeluk putrinya yang demam, berniat memesan taksi. Karena mobil yang mereka tumpangi saat datang si pantai telah dibawa oleh Daleon.
Hayler sendiri awalnya dalam suasana hati yang buruk setelah setengah bertengkar dengan Yuki. Dia berniat untuk minum lebih banyak alkohol malam ini.
Kebetulan Brim mengajak beberapa temannya berkumpul. Mereka sibuk bermain kartu dan memasang taruhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
ga paham sama maksud Dia berjudi 🤷
2024-12-15
0
Fifid Dwi Ariyani
trussaar
2024-02-01
0
April
maaf ya klo aku jadi yuki udah aku ludahi muka si hayler itu gk sudi aku liatnya
2023-04-01
1