Tapi pada akhirnya Tuan Frangky tidak terlalu menyalahkan Yuki sepenuhnya. Ia juga salah di masa lalu. Salah mula kejadian ini berasal dari pernikahan bisnis yang gagal.
Setelah menghela napas panjang, Tuan Frangky hanya memberi dia nasihat. "Apapun yang terjadi di masa depan, jangan sampai telantarkan anak-anak. Mereka berdua ... biarkan mengenali ayah kandungnya di masa depan jika ada kemungkinan hubungan kalian membaik. Tapi kamu harus ingat, meskipun Hayler adalah ayah kandung mereka, keduanya tetaplah cucuku. Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan hak asuh Valley dan Shirley jatuh ke tangannya. Dengan ayah baj*ngan seperti dia, tidak layak!" tuturnya panjang lebar.
"Ayah, aku tahu. Kamu tidak perlu khawatir."
Tuan Frangky duduk di sofa dan menyesap kopinya. " Informasi tentangmu selama di negara J tidak bisa disembunyikan terlalu lama. Cepat atau lambat, dia pasti akan mengetahuinya. Ketika itu terjadi, bicarakanlah baik-baik. Hayler sudah menikah dan memiliki anak juga. Aku tidak ingin kedua cucuku bertemu mereka satu sama lain."
Yuki mengangguk lagi dan lagi ketika diceramahi ayahnya. Keduanya tidak menyadari jika dua sosok kecil di luar pintu mendengar dengan sangat jelas.
Valley dan Shirley mungkin masih berusia lima tahun, belum tahu banyak tentang hubungan orang dewasa. Tapi keduanya menangkap informasi tentang ayah kandung mereka.
Keduanya ternyata bukan bayi tabung dengan ayah yang tidak jelas. Mereka punya ayah kandung dan masih hidup. Tapi sayangnya ayah mereka menyakiti ibu.
Lalu apa artinya baj*ngan?
Pasti bukan sesuatu yang baik. Ayah kandung mereka mungkin bukan orang yang baik.
Sebelum Yuki keluar ruang belajar yang memang tidak tertutup rapat sebelumnya, si kembar sudah pergi diam-diam tanpa meninggalkan suara. keduanya pergi ke kamar dengan banyak keingintahuan.
"Kakak, apakah ayah kita bernama Hayler?" tanya Shirley
"Ya." Valley mengangguk serius.
Dia berlari kecil ke meja belajarnya dan membuka bermain dengan tabletnya. Kemudian mencari nama Hayler di dalam negeri.
Tak lama kemudian, sebuah informasi sederhana ditampilkan, termasuk marga dan karirnya.
Nama ayah kandungnya mungkin Hayler Johnson Del, anak satu-satunya keluarga Johnson Del dan kini memegang posisi CEO Delton Corp.
Selain foto dan informasi kecil itu, Valley tidak menemukan sesuatu yang lain.
Misalnya riwayat pernikahan pria itu dengan seorang wanita atau lainnya. Tapi tidak ada sama sekali.
Mungkinkah ibu dan ayahnya tidak menikah?
Atau mereka berdua adalah anak haram?
Foto Hayler sangat jelas dan membandingkan dengan mereka berdua saat ini, jelas ada kemiripan.
"Kakak, aku yakin dia ayah kita!" Shirley sangat bersemangat. Tapi kemudian semangatnya redup lagi. "Ayah mungkin tidak menginginkan kita. Jika tidak, ayah tidak akan meninggalkan ibu," keluhnya.
Valley tidak bisa menghibur adiknya saat ini. Dia sendiri juga bingung. "Jangan beri tahu ibu tentang ini. Ingat, ini rahasia kita berdua. Kita akan mencari tahu bersama."
Shirley mengangguk patuh. "Tapi aku tidak ingin dicap anak haram."
"Dari mana kamu tahu tentang kata 'anak haram'?" Valley merasa tidak mengajari adiknya dengan kata-kata tersebut.
"Salah seorang teman di sekolah berkata dirinya adalah anak haram karena ibunya menjadi simpanan seorang pria kaya."
"...."
Valley memiliki keinginan untuk mengajari teman sekolah yang nakal itu sebuah kata-kata yang sopan.
Valley menghapus semua jejak penelusuran tentang pria itu dan pura-pura membaca buku dengan adiknya. Tapi Shirley merasa bosan dan ingin menemukan ibunya.
Ketika Shirley pergi, jelas Valley juga mengikuti. Keduanya pergi ke bawah dan menemukan Yuki sedang mengobrol dengan Nyonya Elisa—nenek mereka.
"Bu, aku ingin makan buah!" Shirley berkata dengan nada ruang.
Yuki mengelus kepala putrinya dengan lembut. "Buah apa yang ingin putriku?"
"Emmm ..." Shirley berpikir keras.
Tiba-tiba saja Valley berkata. "Lengkeng! Kami ingin makan lengkeng."
Shirley buru-buru mengangguk setuju. "Ya, ya, Bu. Kami ingin makan lengkeng."
"Lengkeng?" Yuki terkejut.
Kemudian Nyonya Elisa ingat jika lengkeng di kulkas sudah habis. Mereka harus pergi ke toko buah dulu untuk membelinya.
"Biarkan pelayan yang membelinya untuk mereka." Nyonya Elisa bersiap memanggil salah satu pelayan kepercayaannya.
Namun Valley menggelengkan kepala. "Tidak! Kami ingin pergi beli sendiri! Bu, ayo pergi beli sendiri," ajaknya.
"Kenapa kalian tiba-tiba ingin beli sendiri?" Yuki curiga dengan niat mereka mengajaknya keluar.
"Kami bosan di rumah." Valley cemberut.
Nyonya Elisa tidak bisa melihat cucunya sedih. Dia menatap Yuki. "Bukankah kamu bilang akan pergi bertemu dengan dua temanmu malam ini? Ajak mereka sekalian. Mereka juga suka makan seafood."
Mata Shirley berbinar saat mendengar ini. Ini kesempatan bagus untuk dia dan kakaknya keluar rumah.
"Bu, aku ingin pergi. Ajak aku pergi!" Shirley mengguncang paha ibunya.
"Aku juga ingin pergi." Valley tidak kalah heboh.
Yuki sakit kepala melihat keduanya begitu antusias. "Baiklah, baiklah. Mari kita pergi malam ini. Kalian masih ingat dengan Bibi Nobu dan Bibi Mira kan?"
"Ingat! Apakah kita akan pergi menemui mereka?"
"Lebih tepatnya mereka yang mengajak Ibu untuk pergi. Jika kalian pergi, mereka berdua pasti senang." Yuki tak bisa menahan diri untuk mencubit pipi putrinya.
"Bu! Aku bukan anak kecil lagi." Shirley mengeluh. Dia tidak sadar jika pipinya sedikit memerah.
Nyonya Elisa akhirnya tertawa senang. "Cucu Nenek sudah besar," godanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ketika hari menjelang malam, Yuki dan kedua anaknya sudah siap untuk pergi. Dia juga mengajak Daleon sebelumnya tapi pria itu sudah masuk jadwal kerja yang padat. Sehingga tak bisa sering meninggalkan rumah sakit.
Oleh karena itu, mereka hanya pergi bertiga.
Shirley memakai gaun selutut warna senada dengan Yuki. Dia sangat cantik dengan rambut sepunggungnya yang terurai. Sementara Valley terlihat lebih santai.
Nyonya Elisa mengantar mereka hingga ke depan pintu. "Hati-hati di jalan. Jika ada sesuatu, hubungi rumah. Omong-omong, jangan pulang terlalu larut, anak-anak akan sekolah besok."
"Aku tahu, Bu." Yuki mengangguk, lalu membantu mereka membukakan pintu belakang mobil.
Setelah pamitan dengan Nyonya Elisa, Yuki meninggalkan rumah dengan mobilnya.
Mereka pergi ke restoran seafood yang tak jauh dari lokasi pantai. Shirley dan Valley sangat senang saat melihat pemandangan di malam hari. Di kanan dan kiri mereka adalah toko dan restoran besar.
Sesampainya di lokasi, Nobu dan Mirain ternyata belum masuk restoran. Keduanya tampak mengobrol santai.
Ketika melihat Yuki membawa si kembar, Nobu sedikit heboh. Mirain memutar bola matanya, tampak kesal.
"Jangan membuatku malu. Jaga sikapmu!" Mirain menyikut lengannya.
"Malu karena apa? Aku jelas sangat bersemangat, ok?" Nobu sendiri tidak peduli dengan sekitar.
Mirain tidak ingin berdebat dengannya. Nobu mungkin tidak menyadari jika mereka berdua memilih untuk menunggu Yuki di luar restoran. Sekilas, keduanya terlihat seperti wanita yang siap dijemput pria hidung belang.
Untungnya Yuki segera datang. Jika tidak, baji*gan ibu kota akan menggoda mereka dengan kata-kata vulgar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-02-01
0
dewi_oetari14
Valley kok dewasa banget ya, efek anak sulung ya thor...
2023-03-06
0
nona kim
lanjut thor semangat
2023-02-18
1