Satu bulan kemudian, sidang perceraian antara Yuki dan Hayler tiba. Keluarga kedua belah pihak datang untuk menjadi saksi perceraian ini. Meskipun keluarga Johnson Del memiliki hubungan kerja sama bisnis yang baik dengan keluarga Sconava, hubungan itu kini menjadi canggung.
Baik Yuki ataupun Hayler tidak saling menyapa dan melewati proses perceraian tanpa hambatan. Beberapa properti dan kekayaan ditransfer atas nama Yuki dari Hayler tapi wanita itu tidak menginginkannya.
Pada akhirnya, pembagian harta dari Hayler disumbangkan ke lembaga pendidikan dan panti asuhan. Yuki sama sekali tidak menginginkan barang atau harta darinya. Keluarga Sconava juga tidak kekurangan uang.
Karena masalah ini juga, hubungan bisnis kedua pihak berakhir dan keluarga Johnson Del harus menanggung kerugian perusahaan yang cukup besar. Setelah meninggalkan gedung pengadilan, Yuki dan orang tuanya tidak menyapa keluarga Johnson Del.
Sementara Hayler sedikit linglung ketika keluar dari tempat itu dan diam sepanjang perjalanan pulang. Dia memikirkan perkataan Yuki yang menyerahkan semua properti sebagai sumbangan amal. Segera, Hayler menelepon seseorang.
"Periksa semuanya tentang properti yang disumbangkan Yuki. Aku ingin informasinya sebelum siang hari." Setelah berkata demikian pada seseorang di seberang telepon, Hayler segera menutupnya.
Hayler memutar mobilnya ke perusahaan dan tinggal di kantornya selama setengah hari. Dia tidak banyak bicara hari ini dan menjadi orang yang gila kerja. Segera, setelah anak yang dikandung Lita lahir nanti, perusahaan akan menjadi miliknya. Dia akan menjadi pemimpin baru perusahaan Johnson Del.
Dengan segera, masalah ini pasti akan segera berlalu dan pernikahan lama hanyalah sebuah kenangan. Hingga dia tidak menyadari jika seseorang sudah memasuki ruangannya.
"Hayler, apakah kamu benar-benar bercerai dengan Yuki?" tanya Brim, seorang pria berjas biru tua dengan rambut kecokelatan dan mata biru laut. Dia datang sambil membawa dokumen penting.
Hayler melirik asistennya yang juga merupakan sahabat lama. Brim mungkin berasal dari keluarga kaya tapi lebih suka mencurahkan hidupnya sebagai asisten pria itu karena beberapa alasan tersembunyi.
"Ya. Sudah selesai hari ini," jawabnya.
"Apakah kamu gila? Yuki sangat baik untukmu, kenapa kamu menceraikannya? Dua tahun, apakah tidak berarti sama sekali?"
"Dia tidak bisa memiliki anak."
"Apakah ini alasannya?" Brim merasa curiga.
"Orang tuaku ingin segera memeluk seorang cucu dan mewarisi perusahaan Johnson Del. Aku hanya bisa mempertahankan Lita." Hayler mengembuskan napas kesal.
"Aku lihat kamu sama sekali tidak menginginkan perceraian ini," kata Brim dengan mata menyipit.
Gerakan tangan Hayler saat menandatangani dokumen yang dibawa Brim pun segera terhenti. "Benarkah?"
Benarkah Hayler tidak ingin bercerai dengan Yuki?
Faktanya, dia tidak mencintai wanita itu. Semuanya hanya hubungan kerja sama bisnis. Meski kini perusahaan Johnson Del mengalami beberapa kerugian, semuanya akan tertutupi lagi setelah dia menstabilkan saham di kamar dagang.
Dia terus menyangkal dalam hatinya bahwa dia tidak menginginkan Yuki, hanya anak yang penting untuk dirinya bisa mewarisi perusahaan. Setelah mewarisi perusahaan, mari pikirkan lagi masalah lain.
"Jadi ... Apakah kamu benar-benar menikahi Lita?"
"Dia akan menjadi sekretarisku di masa depan. Masalah pernikahan, itu bisa diurus." Hayler berkata dengan mudah seolah-olah pernikahan dan perceraian adalah hal yang biasa.
Brim kesal dengan sikapnya yang acuh tak acuh tapi tak bisa berbuat banyak. "Aku harap kamu tidak menyesalinya di masa depan."
"Heh, penyesalan itu tidak akan pernah ada," gumam Hayler. Tapi entah kenapa hatinya merasa diremas sesuatu ketika mengatakan ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa bulan setelah perceraian antara Yuki dan Hayler, tidak ada persimpangan apapun lagi. Ketika Yuki mendengar kabar jika menantu keluarga Johnson Del melahirkan seorang anak laki-laki, dia meninggalkan negara A dan pergi ke negara J untuk memulai hidup barunya.
Nyonya Elisa dan Tuan Franky mendukung keinginan putri mereka untuk memulai kehidupan baru sambil mencari dokter yang mampu menyembuhkan kemandulannya.
Hingga, waktu tak terasa, lima tahun lebih pun berlalu dengan cepat.
Yuki hidup dengan nyaman di negara J dan baru saja kembali ke negara A setelah musim semi berakhir. Saat tiba di bandara internasional, hari sudah malam. Wanita itu tumbuh semakin mempesona dan lebih dewasa tapi auranya sebagai wanita karier tidak bisa lepas dari sosok rampingnya yang berisi.
Yuki melepaskan kacamata hitamnya saat tiba di bandara internasional. Dua sahabatnya, Mirain dan Nobu sudah menunggu sejak awal dan sangat senang melihat Yuki kembali. Ketiganya segera saling berpelukan dan melepaskan rindu dengan cium pipi kanan dan kiri.
"Oh My God, Yuki! Kamu tumbuh sedikit lebih tinggi kali ini dan oh ... Lihat ini, apakah kamu menjalani operasi?" tanya Mirain saat melihat dada wanita itu lebih menonjol dari pada tahun sebelumnya.
Nobu segera menyikutnya dengan kejam. "Kamu hanya iri!" katanya.
"Oh, ayolah, kita sudah saling kenal sejak lama. Beri tahu rahasianya," balas Mirain benar-benar penggosip. Berbeda dengan Nobu, wanita blasteran negara J yang lebih pendiam. "Dadaku tidak sebesar itu," katanya cemburu.
Yuki menggelengkan kepala dengan perasaan geli saat bertemu dua wanita yang telah bersahabat sejak SMA ini. "Aku tidak melakukan operasi atau suntik apapun. Ini murni tumbuh sendiri. Mungkin setelah melahirkan anak," jelasnya.
"Oh, omong-omong tentang ini, aku hampir lupa. Kamu memiliki si kembar. Di mana keduanya?"
"Dia masih di belakang dengan Daleon," jawabnya.
"Daleon ... Apakah dokter kandungan yang kamu ceritakan itu?" tanya Nobu.
"Ya."
"Ishh ... Kapan kamu menikah dengannya dan memiliki anak? Si kembar sangat lucu di foto, aku ingin mencubit pipinya." Mirain terkekeh.
Yuki tidak menjawabnya kali ini dan tersenyum masam. Tak lama, seorang pria berkemeja putih berjalan ke arah mereka sambil menggandeng dua anak kembar.
Pria jangkung itu memiliki hidung mancung, rambut disisir rapi, kulitnya putih, tubuhnya juga ideal. Pria tersebut seperti model majalah fashion harian. Awalnya Nobu dan Mirain mengagumi ketampanan Daleon. Tapi saat melihat si kembar, perhatian keduanya teralihkan.
Si kembar Valley dan Shirley langsung menghampiri ibunya. “Bu!”
“Oke, mari berkenalan dengan teman-teman Ibu. Panggil bibi,” kata Yuki pada keduanya.
Nobu yang pertama membungkuk dan mencubit pipi Valley. “Panggil Bibi Nobu,” ujarnya meminta.
“Halo Bibi Nobu,” kata Valley sangat cerdas.
“Bagus! Oh My God! Kamu sangat lucu!” Nobu ingin mencubitnya lagi tapi kali ini Valley lebih pintar untuk menghindar.
Sementara itu, Mirain berjongkok di depan Shirley, gadis kecil kembaran Valley. “Kamu bisa memanggilku Bibi Mira,” katanya.
“Halo, Bibi Mira.” Shirley sedikit pemalu.
Daleon tidak bisa terus melihat keduanya menggoda si kembar. “Mereka lelah, mari kembali dulu dan bicarakan nanti.”
“Oh, aku hampir lupa ini karena terlalu ingin bertemu si kembar.” Nobu meminta maaf dan segera mengajak keduanya untuk kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
kadang bingung sih emang kalo dr pihak perempuan yang ga bisa kasih anak solusi nya suami nya boleh gitu hamilin perempuan lain? lah kalo laki nya yg bermasalah perempuan kudu nerima 🤦 coba kalo dia yg sebagai pewaris yg ga bisa punya anak pengen tau orangtua nya bakal ngapain 😏
2024-12-14
1
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-02-01
0
Erni Nofiyanti
aku mampir KK,dari nola
2023-12-22
0