Tujuhbelas

...betapa aku cemburu pada orang yang pandai menyembunyikan kebaikannya, dunia tak melihatnya, namun surga merindukannya. Uwais al-Qarni...

•

•

•

•

''nah kan dibilangin ibuk pada ngotot, sekarang sakit nggak'' marak Bu Retno pada Saniya dan April karena saat ini mereka masih dirumah April

''lha kalau dibilangin ibunya aja sambil nggerutu pokoknya mau sekarang nikmatin itu'' sambung ibu April

''lha kan nggak tau kalau mau jatuh'' sahut April

''iya kok kalau tahu kita juga nggak ke Sarangan''

''ye gede'' sahut Bu Retno dan ibuk April serentak sudah gedek apalagi anaknya terus saja menyahuti sedari tadi.

''Oh ya kita nggak bisa ikut silaturahmi itu dong'' keluh Saniya

''iya deng gimana orang sakit gini, loe Ra ikut?''

''ikul lah orang udah daftar, rugi kalau nggak ikut'' jawab Zafira

Mendengar itu Saniya dan April mengerucut kan bibirnya, didalam hati mereka berandai-andai kalau saja mereka tidak nekat ke sarangan, andai saja mereka tidak mengendarai dengan kecepatan segitu, andai mereka mendengarkan ucapan orang tua mereka pasti tidak akan terjadi seperti ini.

Tapi berandai-andai pun percuma, semua sudah terjadi dengan takdir Allah yang mana pasti itu sudah jalan yang diberikan Allah.

"Ibuk ikut kah?" Tanya Saniya pada Bu Retno

"Ikut ibuk kan Fatayat jadi ikut"

"Terus aku dirumah sendiri gituu" mendengar itu Bu Retno mengendikan bahu

.

.

Sampai tibalah mereka di hari Rabu, mereka bersiap-siap begitupun Zafira yang sudah rapi dengan batik nasional IPPNU.

Berangkat mereka membawa gula 3kg untuk nanti dibawa silaturahmi dan membayar mobil masing-masing 20.000

Zafira pergi bersama Lutfi dan Desta serta lainnya. Mereka berdua lebih tua dua tahun dari Zafira dalam artian sekarang mereka kelas 10.

''nggak ikut beneran April sama Saniya Ra?"

"Masih pada sakit mbak, mau sampean suruh nggendong" goda Zafira dengan menaik turunkan alisnya.

"Tidak terimakasih"

Mereka nanti akan menaiki pick up yang diatasnya sudah dikasih terpal untuk menghindari panasnya sinar matahari dan semoga saja nanti tidak hujan.

Perjalanan pertama mereka menuju pemimpin MWC beserta jajaran pengurus lainnya. Disini tidak hanya IPPNU saja namun ada Fatayat dan muslimat NU.

Beralih dari satu tempat ke tempat para pengurus, tak lupa mereka dokumentasi ya sebagai kenangan saja.

Ya pasti di tempat-tempat khususnya ditempat mbah kyai pondok pesantren pasti pantang pulang sebelum makan. Alhasil pasti pulang-pulang mereka merasa begah tapi bukan semata-mata makan mereka mengalap barokah lewat sajian dari para ulama tersebut.

Sore hari lebih tepatnya hampir magrib mereka para rombongan sudah sampai dirumah, tak terkecuali Zafira yang langsung mandi dan pergi mengaji bersama teman-temannya.

Capek? oh tentu tapi lebih baik lelah hari ini dijalan Allah daripada harus menyesal dihari esok untuk menyesal karena jauh dari Allah.

Mereka masih muda harusnya semangat mereka masih terus membara dan aktif-aktifnya berorganisasi begitupun yang Zafira rasakan. Untuk hari ini dia ingin menjadi remaja aktif bukan hanya formal namun juga non-formal, jika ia bisa meraih dunia maka ia harus berusaha meraih akhirat juga.

Tak jarang Zafira mendapat cibiran dari Yuni and the geng kalau Zafira adalah wanita sok alim, isi handphone pun tausiyah dan motivasi semua, baju yang dipakai itu-itu saja dan berkebanyakan gamis atau Tunik dan rok.

Meski begitu Zafira tak terlalu memperdulikan meski hatinya sedikit sakit namun tak pernah ia balas hanya ia adukan semua kepada Tuhannya.

Buruknya dia Dimata manusia belum tentu buruk Dimata Allah, sering Zafira malu kepada orang yang lebih baik dari pada dirinya lebih baik sholatnya, pengetahuan cukup luas dan sedekahnya insyaallah tak diragukan.

Zafira selalu merasa tertampar oleh salah satu kata motivasi yang pernah ia dapat di Instagram dan telegram yang kurang lebih seperti ini bunyinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***