Mari Bercerai
Maisara tercengang dengan keadaan gudang dan kantor ayahnya yang berantakan, ia tidak tahu apa yang terjadi pada perusahaan keluarganya itu. Apakah ini maksud dari ucapan Wendi kalau perusahaan ayahnya membutuhkan uang? Tiba-tiba ia menyesal mengapa tidak setiap hari saja datang ke sana.
Salahnya selama ini hanya menyibukkan diri dengan gambar kartunya yang laku keras. Komiknya digemari banyak orang, bahkan dalam satu aplikasi ia mendapat ratusan piala hanya dari seorang penggemar fanatik. Orang dengan nama akun Caca, dan ia tidak tahu siapa dia.
Semua karyawan belum mendapatkan gajinya bulan ini, semua uang di bawa pergi adik Sahida, dan wanita itu bilang kalau dirinya tidak tahu apa-apa. Pembukuan keuangan kacau dan para pelanggan terbengkalai. Pekerjaan lain pun butuh kelanjutan tapi tidak ada dananya. Banyak pesanan barang furniture belum terlaksana dan hutang pun menumpuk di mana-mana.
Setelah cukup lama memeriksa semua keadaan, Maisara mendapatkan panggilan kalau ayahnya sakit. Namun, ia tidak bisa ke sana saat ini. Hari sudah mulai malam, ia harus pulang.
Maisara menolak tawaran Sanaya yang akan mengantarkannya, karena ia tidak lagi tinggal di Avonvile. Sahabatnya tidak tahu soal itu.
Ia meminta sopir menunggu di kafe, tapi ia justru pergi dengan mobil Sanaya ke Hansen Foundation. Jadi, ia harus kembali ke kafe dengan taxi, untuk pergi dengan sopir, dan pulang ke Vila Harlan.
Begitu pintu Vila terbuka, menyembul wajah Hara yang panik dan berkata dengan lirih.
“Nyonya ke mana saja ini sudah malam?”
Maisara melangkah masuk sambil mengedarkan pandangan berkeliling.
Tidak ada apa pun di sana, lalu mengapa Hara harus panik?
“Tuan menunggu Anda di meja makan sejak tadi!”
Maisara melangkah ke meja makan tanpa menjawab ucapan Hara. Ia duduk mengambil jarak cukup jauh dari suaminya di meja makan itu.
Ting! Suara dari sendok makan yang diletakkan dengan kasar di piring. Harlan-lah pelakunya. Pria itu duduk di kursi roda otomatis dan wajahnya sangat pucat. Ia menjatuhkan pedang dalam tatapannya pada Maisara. Bahkan tubuhnya di ikat di kursi roda itu agar tidak jatuh.
“Apa kau benar-benar merasa sudah menjadi seorang istri?”
Maisara diam, ia belum tahu ke mana arah pembicaraan pria itu.
“Berapa uang yang kau butuhkan?”
Apa maksudnya ini?
Maisara diam.
“Hara! Beri dia makan, biar kuat menjawab pertanyaanku, dia seperti orang bisu!”
“Aku sudah makan!” sahut Maisara tegas, ia sudah tidak punya napsu makan lagi karena pengaruh dari kehamilannya. Ia lebih butuh es krim.
“Bagus!” Harlan tampak kesal.
Bagaimana mungkin wanita itu menolakku, padahal sebelumnya banyak wanita mengantri demi apa pun pemberianku.
“Apa yang mau kau bicarakan, katakan saja!” kata Maisara tegas.
Lagi-lagi Harlan mengerutkan kening, kebiasaan lainnya adalah semua wanita akan bersikap lemah lembut padanya demi sesuatu dari dirinya, tapi Maisara kembali bersikap berbeda.
Hara pun terkejut dengan sikap Maisara, sebab sebelumnya ia terlihat ketakutan dan hati-hati pada Harlan, tapi sekarang ...
Hara menyingkir setelah menyediakan makanan di hadapan Maisara. Meski ia tak berharap gadis itu akan memakannya.
Kini pembicaraan hanya antara Maisara dan Harlan.
“Berapa uang yang kau butuhkan?” kata Harlan mengulangi pertanyaannya.
“Apa maksudmu? Aku tidak butuh uangmu!”
“Jangan sok jual mahal, bukankah itu tujuan kamu sampai mau dijodohkan Ibuku?”
Maisara diam, tapi sejenak kemudian ia menjawab tenang, “Bukan, bukan karena itu!”
Maisara kesal dengan dirinya sendiri, saat memikirkan ayahnya yang sakit, perusahaannya yang sekarat dan dirampok, juga masalah janin di perutnya yang membuatnya mual. Semua masalah itu menekannya terlalu dalam, membuatnya ingin marah. Ditambah lagi dengan lelaki yang berstatus suaminya itu membuat gara-gara lagi. Ia semakin kesal.
“Lalu?” tanya Harlan, sambil mengusap mulutnya dengan tisu, ia sudah selesai makan.
Tatapan mereka saling beradu, saling mengagumi wajah yang satu dan yang lain.
“Karena Roni!” jawab Maisara asal, karena ia sudah ngantuk dan ingin tidur, “dia menghianatiku dan sekarang pacaran dengan adik sepupuku Nella, aku ingin membalaskan dendam, makanya aku menerima permintaan Nyonya Wendy.”
Harlan mengangguk.
“Jadi aku tidak harus membayarmu agar kau mau melepaskan status istriku?”
“Apa? Jadi ini maumu? Kita bercerai, begitu?”
Pernikahannya hanyalah status diatas kertas, agar bayi yang lahir kelak punya ayah dan ibu, karena membuat bayi tidak bisa keluar melalui kitab suci.
“Ya! Aku bisa membalaskan dendammu pada Roni, itu hal mudah ... Lalu, kita bercerai ... kita impas!”
Tentu saja ia bisa membunuh Roni hanya dengan menjentikkan jari, maka semua pengawal dengan senang hati melukainya sampai tiada.
Maisara mengepalkan tangan yang tiba-tiba telapaknya berkeringat, ia bingung dengan nasibnya sendiri kalau bercerai saat ini.
Bagaimana dengan janin yang ada di perutku?
Maisara tidak mau semudah ini menjadi janda, bahkan mengurus seorang bayi yang sama sekali tidak diinginkannya, dari benih laki-laki yang sama sekali tidak dicintainya. Ia mungkin bisa bernegosiasi jika ada Wendi, tapi antara ibu dan anak itu pun kemarin malam bertengkar, karena pernikahan mereka.
Aku tidak mau bercerai karena anak ini! Apa yang bisa aku harapkan sekarang?
❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Aih Juaningsih
jadi penasaran
2023-05-08
3
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
akh.,. kenapa harlan terlihat seperti lelaki tak tau balas budi ya?
2023-02-10
16