Gelang Mewah Bukan Bayaran
Sepekan sudah terlewat begitu saja sejak kejadian terakhir kali Maisara bertemu dengan Roni, di kamar Harlan.
Roni adalah laki-laki yang telah mengajarkannya bagaimana mencintai sekaligus bagaimana cara membenci, yang memberinya kekuatan untuk balas dendam sekaligus mengabaikan hal memalukan yang harus ia jalani, menerima perjodohan dengan pria penyakitan.
Sungguh kebalikan dari rasa cinta bisa berubah sedrastis itu dalam sekejap, oleh sebuah pengkhianatan. Padahal jelas, penghargaan adalah cara terbaik bagi manusia untuk bersosialisasi.
Hari itu Maisara pergi ke mansion keluarga Mahespati, tempat di mana ia pernah bertemu dengan Roni. Ia pergi bersama dengan Hara, setelah memastikan perawat dan pengawal Harlan siap sedia menjaga pria itu di rumahnya.
Wendi dan dua saudaranya yang lain, yaitu Wina dan Abid ikut menemaninya beramah tamah dengan Maisara di ruang tamu yang luas dan sofa yang banyak serta mewah.
“Aku kira kau tahu kenapa aku memanggilmu?” tanya Wendi. Ia masih ingat pertemuan mereka terakhir kali yang berakhir dengan buruk.
Maisara menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku pikir harus menuruti Ibu mertuaku.”
Wendi memberikan sebuah kotak kecil dan Maisara membukanya yang isinya adalah gelang yang bagus dan tampak sangat mahal.
“Terimalah, dan pergilah ke rumah sakit besok, periksakan lagi kandunganmu.” Wendi berkata dengan lembut, ia masih mengharapkan Maisara.
“Oh, jadi karena itu? Aku tidak membutuhkan ini!” kata Maisara lagi sambil menyimpan kembali gelang mewah itu ke kotaknya.
“Ini pemberianku, bukan bayaran. Kau tidak perlu merasakan rendah diri karena itu. Menikahi pria seperti Harlan di masa lalu sangat diharapkan semua wanita, kenapa kau menolak anakku?”
Maisara diam, ia menatap gelang dan Wendi secara bergantian. Ia akui kalau semua ucapan ibu mertuanya itu benar, tapi sekarang anaknya sama sekali bukan siapa-siapa. Pasti tidak ada wanita yang mau menikahi pria tak berdaya, setampan apa pun orangnya.
Akh yang benar saja!
Kalaupun wanita seperti Maisara mau mengandung benih Harlan, itu sebuah keberuntungan. Ia manis dan sangat menarik, tegas, cerdas tapi polos. Di kampusnya ia menjadi idola dan diinginkan banyak pria.
Wendi membayangkan cucu yang lahir darinya kelak pasti lebih manis dari ayah dan ibunya.
“Aku menginginkan keturunan, aku tidak akan membiarkan Harlan tiada tanpa memberiku seorang cucu.”
Tiba-tiba suasana menjadi sangat emosional, Wendi meneteskan air matanya cukup deras. Sebagai ibu, tentu ia tak ingin melihat anaknya lebih dulu meninggalkan dunia, dia bahkan belum menikah.
“Seharusnya kau merasa terhormat dengan gelang yang langka itu, Mai!” Wina ikut berkomentar.
“Aku kira juga benar, kau termasuk orang kaya di kota, jadi ini bukan soal harta!” Abid menimpali.
Maisara akhirnya luluh dan memakai gelang itu di tangannya.
“Baiklah, aku akan pergi ke rumah sakit!”
Maisara pergi setelah pamit, tanpa berkata-kata lagi. Ia pun pergi ke rumah sakit yang pernah ia kunjungi bersama Wendi. Hara masih bersamanya.
Hampir dua jam kemudian Maisara keluar darah ruang pemeriksaan. Hara menghampiri.
“Bagaimana, Nyonya? Apa semua baik-baik saja?”
“Ya. Aku disuruh datang kemari sebulan lagi,” sahut Maisara dengan sedih, ia tidak tahu bagaimana kini ia menjadi seorang wanita yang mengandung setelah menikah seminggu yang lalu, tanpa melakukan sesuatu dengan suaminya. Perasaannya tak terlukiskan.
Mereka berdua pergi dengan sopir dan mobil mewah milik Harlan. Hara menasihatinya agar diantar sopir dengan mobil kalau akan pergi ke mana pun.
“Nyonya, kau bisa meminta sopir mengantarkan, pilih mobil mana pun yang kau suka!”
Maisara ingat pengawal pintu gerbang yang memberinya saran yang sama.
“Itu bukan mobilku!”
“Kita punya tiga mobil, Nyonya. Satu mobil Tuan, ada lagi mobil untuk keperluan rumah, dan satu lagi mobil kantor dan untuk cadangan. Jadi, jangan khawatir.”
Sopir setuju setelah Hara mengatakan itu. Ia akan mengantarkan Maisara ke mana pun mulai sekarang.
$$$$$$$$$$$
Malam itu begitu senyap, seolah jangkrik dan binatang nokturnal lainnya enggan bersuara atau mencari pasangan. Setiap detik adalah sepi, setiap jam adalah kegelapan langit kecuali, cahaya lampu kota yang menerangi tanah di semua sudutnya.
Harlan membuka mata untuk ke sekian kalinya, kini ia bisa melakukannya semakin lama, kehangatan dan tindakan gadis di sampingnya setiap hari membuat perkembangannya lebih bagus.
Sebenarnya siapa dia?
Sialnya ia tak bisa mendengar apa pun saat ia kembali tidak sadarkan diri. Ia sudah kesal setiap kali para perawat memasukkan makanan dari selang melalui hidung ke lambungnya. Sebenarnya sangat sakit, tapi ia tidak bisa berteriak, hanya dengan begitu ia tetap bertahan hidup.
Hanya saja ia pernah mendengar Maisara berkata seorang diri di depan cermin dan menyebut Lane, Lane, Lane. Ia tak tahu apa maksud gadis itu. Namun, itu hanya sebentar hingga ia tak sadarkan diri lagi.
❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ayo harlan. semangat tuk sembuh.
2023-02-10
20