Kehidupan
“Ya. Nyonya Haya! Itulah kamar Anda sebagai istri Tuan!” jawab Hara dengan ramah.
“Aku pikir di rumah sebesar ini pasti banyak kamar tamunya?”
“Tentu saja banyak, tapi Anda bukan tamu, melainkan Nyonya rumah ini, istri Tuan Harlan Mahespati ...,” kata Hara seraya keluar dari kamar.
Maisara biasa dipanggil dengan nama Hayati, oleh ibunya. Sebuah nama belakangnya yang artinya kehidupan. Hanya Daina yang memanggilnya demikian. Tentu saja pelayan itu tahu nama lengkap Maisara, yang jelas sekali tertulis dalam buku pernikahan. Wajar kalau ia memanggil Maisara dengan Nyonya Haya, sebab lebih enak di dengar.
Maisara duduk di sisi ranjang, melihat Harlan yang memejamkan mata, lelaki yang kini menjadi suaminya.
“Maisara!” panggil Wendi, dan gadis itu segera bediri, lalu menunduk hormat pada semua orang tua yang duduk melingkar di sofa.
“Ya, Nyonya Wendi!” sahut Maisara lembut dan sopan.
“Panggil aku Ibu, kau anakku juga, sama seperti Harlan!”
“Baik, Bu!”
“Kau memiliki hak penuh seorang istri di sini ... aku tidak akan membatasi semua kegiatan yang biasa kau lakukan sebelum menjadi menantuku, asal kau tetap ingat apa kewajiban dan tetap kehormatanmu, sebagai anggota keluarga Mahespati,” ujar Wendi penuh penekanan.
Maisara tahu betul apa maksudnya itu.
“Baik, Bu!”
“Ingat satu lagi, kau bersiaplah besok aku akan membawamu ke rumah sakit, untuk memastikan kesehatanmu. Kuharap kau bisa memenuhi harapanku dengan mengandung anak Harlan!”
Saat berkata demikian, Wendi berdiri diikuti Wina dan suaminya, tanpa senyuman sedikit pun di wajah mereka. Lalu, mereka keluar kamar dan menutupnya secara perlahan.
Mengandung anaknya?
Maisara menggeleng kepala, saat melihat rombongan itu pergi, sebab ia tidak melihat Roni ada di antara mereka.
Ke mana dia? Apa mungkin mantan kekasihku sedang merayakan kemenangannya dengan Nella, di kamar hotel atau di mana pun yang mereka suka? Terserah!
Gadis itu sudah memutuskan hubungannya dengan Roni, dan merasa jauh lebih baik tanpanya. Perasaan cintanya hilang begitu saja sejak mengetahui pengkhianatan pria itu.
Maisara memutuskan cintanya lewat telepon tadi malam. Ia tidak membutuhkan jawaban apa pun dari Roni saat menerima panggilan.
“Roni! Kita putus! Aku akan menikah!” hanya satu kalimat itu yang dikatakan Maisara, begitu telepon genggamnya tersambung. Ia tidak peduli apa yang akan ditanggapi oleh Roni.
Harusnya dia sadar mengapa aku memutuskannya!
Tak lama setelah telepon ditutup, Roni mengirimnya pesan seolah-olah merasa kehilangan dan merasa bersalah, ia menulis jika frustrasi karena putus.
“Cuih! Kau pikir aku tidak tahu perbuatanmu?” kata Maisara pada udara malam itu, “Aku tidak akan pernah menyesal memutuskan orang sepertimu!”
Lalu, ia menangis sampai puas. Setelah itu, ia menarik napas dalam-dalam, sambil menghapus nama Roni dari daftar kontak.
Kini Maisara sudah menjadi istri orang. Ia kembali duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan perawat yang melakukan terapi pada tubuh Harlan. Ia melihat dengan saksama wajah pria itu dan terpesona. Suaminya itu akan tampak sangat tampan dan gagah kalau duduk atau berdiri.
Fitur wajahnya serius dan menunjukkan katangguhan, Harlan mirip para pria yang menjadi super model paling keren, untuk iklan rokok ternama di negaranya.
(Maaf, saya kembali tidak membuat ilustrasinya, silakan bayangkan saja sendiri, saya rasa kalian pernah atau sering melihat banyak iklan rokok, kan?)
Sayang sekali matanya sekarang terus terpejam, seperti orang yang mati suri dari pada pasien penderita stroke.
Benarkah ia terkena stroke? Rasanya tidak mungkin!
“Apa aku boleh melakukannya untuk suamiku?” tanya Maisara pada perawat.
Pria itu tersenyum dan mengajarkan caranya. Maisara mengikuti, ia melakukan pijatan dan tekanan pada beberapa titik meredian secara perlahan.
Mereka memijit masing-masing satu bagian, perawat pada satu kaki dan Maisara pada kaki yang lain. Perawat berada pada satu tangan, dan Maisara pada tangan yang lain.
Tiba-tiba Maisara menghentikan gerakannya ketika melihat dada Harlan turun naik lebih kuat dari sebelumnya, seolah ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya kuat-kuat, begitu terus secara berulang.
“Apa aku menyakitinya?” tanya Maisara yang khawatir, karena ia pun melihat perubahan pada kulit wajah Harlan yang sedikit memerah. Padahal sebelumnya, wajah itu terlihat sangat pucat seperti orang mati saja.
“Tidak nyonya, seperti ini sering terjadi ... jangan khawatir itu menunjukkan kalau Tuan memiliki reaksi ... dan itu bagus!”
“Oh ya, berapa kali kau datang dalam sehari?”
Pria itu tersenyum samar dan berkata, “Tidak setiap hari, Nyonya, saya datang dua kali saja dalam sepekan.”
“Apa tidak masalah kalau aku melakukannya setiap hari?”
“Tentu saja tidak! Anda boleh melakukannya sesering mungkin, itu hak Anda sebagai istrinya!”
Maisara mengangguk. Setelah itu, perawat mengemasi barang yang digunakan untuk terapi, seperti jarum akupunktur dan alat pengisap darah kotor yang baru saja dibersihkan. Ia hendak pulang karena waktu terapinya sudah habis.
Dia harus bangun!
❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah bagus ini ada kemajuan
2024-03-13
3
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
ayo Maisara bantu Suamimu biar cepat sembuh
2024-03-13
2
@💜⃞⃟𝓛 Chipitz
berasa jadi istri pencetak anak
2023-03-26
5