Pembantu Tuan Muda
"Milea, kamu harus membantu Ayah, untuk menyelamatkan perusahaan kita, lakukan semua ini sebagai bentuk balas budi kamu buat Ayah, karena sudah Ayah besarkan. Jadilah pembantu dan layanilah sebaik mungkin Tuan Muda Leonardo Armada."
"Itu benar, hanya kamu yang harus membantu Ayahmu, karena Tamara tidak mungkin ia masih kuliah!" Ibu Fera menyahut cepat ucapan Ayah Roni, seraya tersenyum sinis menatap Milea.
Suasana di ruang tamu seketika hawanya terasa panas, Milea hanya bisa menunduk dan meremat jemarinya, bahkan dadanya ingin rasanya meledak dan memaki-maki dua orang yang tidak punya hati di hadapannya itu.
bagaimana bisa mengatakan bahwa ini bentuk balas budi, bukankah sudah kewajiban sebagai Ayah membesarkan putrinya sendiri, tapi apa ini, Milea diminta untuk balas budi, dan diminta untuk melayani pria yang ia sendiri tidak kenal siapa dia.
Ah! rasanya Milea ingin memaki dirinya sendiri yang tampak bodoh tidak bisa hanya sekedar menolak setelah mendengar kalimat ancaman dari Ayahnya.
"Jika kamu menolak, maka Ayah tidak akan menganggap kamu putri Ayah lagi."
Deg!
Begitu kejam pria yang dianggap cinta pertamanya itu, begitukah caranya meminta pertolongan pada putrinya sendiri batin Milea.
Milea menahan matanya yang terasa panas, ia menegakkan kepalanya menatap Ayahnya yang terlihat tidak ada guratan wajah memohon atau penyesalan.
Milea tersenyum getir, menyembunyikan luka hatinya atas ucapan Ayahnya sendiri.
"Baik Ayah, Milea bersedia."
Mendengar ucapan Milea seketika Ayah Roni tersenyum lega, senyum yang semakin membuat Milea sakit, karena Ayahnya rela menukar dirinya dengan harta.
Sementara Ibu Fera tersenyum penuh kemenangan, ahirnya impiannya yang ingin mendepak Milea ke luar rumah kini menjadi kenyataan, hatinya tertawa bahagia.
"Bersiaplah, sebentar lagi akan ada seseorang yang menjemputmu."
Milea bangkit dari duduknya lalu menuju kamar.
Di dalam kamar, Milea menatap wajahnya yang menyedihkan di depan cermin. Jiwa yang malang, jiwa yang tidak dicintai, jiwa yang tidak diharapkan. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini tumpah. Milea menangis pilu hingga beberapa saat Milea hanya terdiam.
Milea seketika menghapus air matanya dengan kasar saat mendengar suara Bibi.
"Nona Milea, di panggil, Tuan."
"Baik, Bi. Lea akan segera turun."
Setelah mendengar jawaban dari Nonanya, Bibi turun kembali ke dapur.
Sementara Milea segera bersiap dan setelah selesai ia ke luar kamar untuk menemui Ayahnya.
Saat Milea menapaki anak tangga, dari tempat ia berdiri sekarang, Milea bisa melihat Ayah dan Ibunya sedang menjilat bersikap ramah pada pria di hadapannya.
Benar-benar membuat Milea muak, mereka yang sudah menukarku dengan harta.
Sementara pria di hadapan Ayahnya tampak biasa saja seolah sudah biasa menghadapi orang seperti kedua orang tuanya.
"Lea?" ucapnya lembut saat melihat putrinya sudah berdiri di ruang tamu.
"Sekertaris Alan, ini Lea putri saya."
Pria bernama Alan hanya mengangguk.
"Baiklah, bila begitu kami langsung pergi."
Setelah berucap begitu, Milea mengikuti langkah Sekertaris Alan, ikut masuk ke dalam mobil dan pasrah mau dibawa kemana pun oleh pria yang baru di kenal itu.
Sepanjang perjalanan Milea hanya melamun, seraya bersandar di sandaran kursi, melihat pohon yang berjalan cepat seiring cepatnya laju mobil.
"Nona?"
Milea yang tadi sempat melamun langsung terperanjat kaget. "Iya."
"Jika nanti berbicara dengan Tuan saya, tolong cukup jawab iya, jangan bertanya yang lain."
Milea hanya mengangguk, melihat Sekertaris Alan yang kembali fokus mengemudi.
Memang apa yang bisa Milea lakukan selain bukan berkata iya, bukankah ia sudah di tukar dengan harta pria itu, hah! hanya mengingatnya saja sudah membuat hati Milea kembali sakit.
Mobil kini sudah sampai di sebuah restoran mewah, Milea berjalan mengikuti langkah Sekertaris Alan, berjalan menuju ruang VIP.
Milea duduk di ruangan tersebut, sementara Sekertaris Alan ternyata hanya mengantar, pria itu terus pergi lagi, sebenarnya ada yang ingin Milea tanyakan lagi, namun tidak jadi saat melihat ekspresi datar dan dingin wajah Sekertaris Alan.
Menunggu beberapa saat, ada yang masuk ke ruang VIP, Milea reflek berdiri melihat pria yang berjalan ke arahnya, pria tampan dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh centimeter, bibirnya ditekan rapat tanpa senyum, tatapannya dalam bagai sedalam lautan, kemudian langsung duduk di hadapan Milea.
Senyum sinis, Milea tangkap dari bibir pria itu yang bernama Leonardo Armada, Milea membaca tanda pengenal pria itu di jasnya.
Dari rumor yang beredar, pria itu memiliki banyak wanita, bahkan setiap malam berganti-ganti wanita, membayangkan saja Milea merinding, sedangkan saat ini dirinya terjebak menjadi pembantu pria itu.
"Tuan, nama saya Milea."
"Saya siap menjadi pembantu Anda, dan melayani Anda."
Mendengar ucapan Milea semakin membuat Leonardo tersenyum sinis. Sementara Milea rasanya ingin menampar mulutnya sendiri setelah berkata seperti itu, tidak rela jika harus melayani pria itu, tapi lagi-lagi kenyataan yang menampar dirinya bahwa harus melakukan.
"Kau hanya perlu melakukan apa pun yang saya suruh, sekertaris saya nanti akan memberikan lembaran kertas isi peraturan pekerjaan yang harus kamu patuhi."
"Baik, Tuan. Dan maaf apakah ada lagi?"
Ucapan Milea langsung membuat Leonardo berdecih, Milea terlihat sok baik-baik saja, padahal Leonardo tahu tangan gadis itu gemetar di bawah meja.
"Tidak ada."
"Bila tidak ada, boleh saya yang meminta."
Benar-benar gadis yang pemberani pikir Leonardo, Leonardo melihat di bawah meja, kaki Milea sudah bergetar, tapi bibirnya masih lantang berani meminta tanpa takut. Satu kata, menarik.
Hemm.
"Apakah saya masih diijinkan berjualan kue, di toko kue saya, Tuan."
"Terserah, itu tidak penting bagi saya. Kau hanya harus ada di rumah saat saya pulang kerja."
Milea tersenyum, hatinya merasa bahagia karena masih bisa melanjutkan berjualan kue.
Sekertaris Alan tampak berjalan masuk, lalu mendekati Leonardo dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Seketika Leonardo pergi dari ruangan tersebut, namun sebelumnya sudah menyuruh Sekertaris Alan untuk memberikan Milea uang untuk pulang naik taksi.
Sesampainya di dalam mobil, Leonardo langsung tertawa kencang.
Hahahaha!
Sekertaris Alan yang mendengar jadi bergidik ngeri, entah sudah berapa lama Tuanya tidak tertawa lepas, sepertinya Tuannya cocok dengan wanita tadi gumam Sekertaris Alan dalam hati, meski ia kurang setuju dengan cara tuannya kali ini.
"Alan."
"Iya, Tuan."
"Siapa tadi namanya, hahaha. Aku saja tidak mengingat namanya siapa, ingat Alan, kau harus membantuku untuk mengerjai wanita itu, hahaha."
Tidak! Tuan Tidak! Anda sendiri saja, jangan bawa-bawa saya. Namun hanya mampu Sekertaris Alan ucapkan dalam hati.
Tawa yang tadi menggelegar seisi mobil, kini lenyap menjadi aura dingin dan tatapan menusuk, Leonardo kembali seperti awalnya keadaan setelah ditinggal pergi kekasihnya
...****************...
...Mohon dukungannya ya kak💖 beri bintang 🌟 lima dibagian penilaian. Juga like, vote, dan komen....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Vitamincyu
👍👍
2024-08-20
0
Triani
mampir...🤗
2023-03-09
3
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
hadir kka, salam kenal
2023-03-01
1