Hot Mother Pijat ++

Hot Mother Pijat ++

Bab 1

“Lepaskan saya, Tuan.”

“Diam! Kau hanyalah seorang pelayan di sini. Jadi, pekerjaanmu hanyalah harus mengikuti semua yang aku katakan!”

Seorang pria paruh baya masih berusaha untuk memegang gadis yang kini berada di hadapannya. Dengan tatapan mesum dia berusaha mengendus aroma tubuh sang gadis yang terus memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkramannya. Namun, hasrat serta keinginan untuk bertindak lebih, seolah sudah membuang akal dan pikiran pria itu. Membayangkan sang gadis cantik meraung di bawah kungkungannya, menyebabkan dia berulang kali menelan ludah sendiri dengan tatapan buas nan lapar.

Seketika bulu roma sang gadis tersebut merinding saat itu juga, akibat kalimat menjijikkan yang dia terima dari majikannya. “Tuan, saya mohon biarkan saya kembali bekerja.” Dia masih tidak menyerah untuk melepaskan diri.

“Siapa bilang aku tidak memberimu pekerjaan? Aku saat ini sedang memberikan pekerjaan paling menyenangkan di sini, yaitu melayaniku,” bisik pria paruh baya yang usianya mungkin lebih tua dari ayah sang gadis tersebut dengan begitu sensual.

“Saya bukan pelacur!” Sekuat tenaga gadis itu mencoba melepaskan diri. Niat hati hanya ingin mengantarkan kopi, tetapi tidak menyangka malah mendapatkan pelecehan dari majikannya seperti ini.

Hingga tidak lama kemudian, suara pintu terbuka seolah membawa angin segar baginya. Akan tetapi, ternyata sama saja. Bukan ibu peri yang datang membawa bahagia, melainkan singa betina yang juga bersiap menerkamnya kapan saja.

“Apa yang sedang kalian lakukan, hah?” Seorang wanita yang tidak lain merupakan istri lelaki tua di depannya tampak melangkah dengan wajah berang ke arah mereka. Sebuah tamparan sontak mendarat dengan keras di pipi pelayan itu, sedangkan suaminya tampak gelapan karena tidak menyangka apa yang dia lakukan akan di pergoki oleh sang istri. Padahal wanita itu sudah berpamitan untuk arisan bersama teman-temannya.

“Ma, dia berusaha merayu Papa,” kilah sang pria berusaha menyelamatkan diri dengan mendorong tubuh sang gadis ke lantai sangat kasar. Padahal hanya tinggal sebentar lagi pasti sudah menjadi miliknya, kenapa pula istrinya bisa tiba-tiba datang begitu saja.

“Apa? Berani-beraninya kau menggoda suamiku! Dasar wanita ******! Sudah bagus aku mau menampungmu di sini. Kau malah dengan lancangnya mau merayu suamiku. Sini kau!” Amarah yang menggebu membuat wanita itu gelap mata. Dia menarik rambut pelayan yang tersungkur tersebut dan menyeretnya keluar dari ruangan. Di hempaskannya tubuh mungil itu ke lantai dengan sangat kasar, dan berulang kali sang majikan menghajarnya dengan membabi buta. “Dasar bocah sialan! Seharusnya aku tidak pernah membawamu ke mari!”

Serangan brutal bertubi-tubi wanita itu berikan. Dia tidak peduli dengan sang gadis yang kini sudah babak belur akibat ulahnya, sedangkan pera pelayan lainnya di kediaman tersebut hanya bisa diam dan menyaksikan adegan tersebut tanpa berani untuk melerai. Semua orang di kediaman itu tahu, bagaimana temperamennya kedua majikan mereka. Dari pada menjadi sasaran amukan selanjutnya, lebih baik mereka bersembunyi di balik dinding seolah tidak meyadari apa yang terjadi.

"Ampun, Nyonya ampun! Saya tidak pernah merayu Tuan. Beliau yang—" Belum sempat gadis itu membela diri, sebuah tamparan keras lagi-lagi mendarat di pipinya yang kini sudah merah. Bukan hanya sakit dan perih yang dia rasakan tetapi juga tak berdaya karena dia harus berakhir dengan kepala yang menghantam sudut meja.

“Masih berani kau mengelak?" ucap sang majikan menatap nyalang. "Buang dia ke jalan!” Setelah puas melihat pelayannya terkapar tidak berdaya dengan tubuh penuh luka, wanita tersebut baru menghentikan aksinya. Dia meminta sang asisten rumah tangga untuk membuang pelayan yang baru saja di ambilnya satu minggu itu.

Mau tidak mau, sang pelayan hanya bisa menuruti perintah majikannya. Dengan terpaksa dia membawa tubuh penuh luka itu ke sebuah jalan yang cukup sepi. “Maafkan aku,” ucap pelayan tersebut sambil meletakkan beberapa lembar uang ke dalam saku rekannya.

“Jangan tinggalkan aku!” batin sang gadis, tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Entah berapa banyak buliran hangat yang sedari tadi keluar membasahi pipinya.

Dia menangis tanpa suara karena memang tidak mendapatkan sedikit pun kesempatan untuk membela diri. Suara isakan bahkan tak mampu keluar dari mulutnya. Hanya sebuah ketidakberdayaan akan keadaan yang kini harus gadis malang itu rasakan.

Dia merupakan seorang gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Dia berusaha untuk mencoba peruntungan dengan menjadi seorang tenaga kerja wanita, di negara Viropa. Berbekal keyakinan, gadis itu berhasil keluar dari zona nyaman, meninggalkan kampung halamannya di Visea dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun sayangnya, setibanya di Viropa dia malah mendapatkan majikan yang tidak berperasaan. Baru satu minggu lamanya dia bekerja di kediaman itu, tetapi sudah banyak hal yang harus wanita tersebut terima bak siksaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Sayangnya nasib baik sepertinya belum mau menyambut gadis itu. Dia yang berusaha bangkit dari kesakitan itu dengan susah payah, tiba-tiba saja kembali ditabrak oleh seseorang yang tidak dikenalnya.

“Sial. Di mana matamu, hah?” suara bentakan seorang pria terdengar cukup jelas di telinganya. Sayangnya dia tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah pria itu.

“Apa kau juga salah satu dari rencana mereka untuk menjebakku?” tanyanya sambil mengumpat. Pria tersebut tidak menyadari siapa dan apa yang terjadi pada gadis yang kini tergeletak lemas di hadapannya karena cahaya di jalan tersebut sangatlah minim dan dia sendiri berada di bawah pengaruh alkohol yang cukup kuat, sehingga dia tidak menyadari jika wanita di hadapannya sebetulnya sedang terluka dan memerlukan bantuan.

Ketika pria tersebut hendak melangkah pergi dan mengabaikan sang gadis. Tiba-tiba sebuah tangan menghentikan langkah kakinya.

“Tolong aku,” ucap gadis itu dengan nada sangat lirih. Suaranya bahkan tidak sampai ke telinga pria itu dengan benar dan hanya membuatnya semakin mengumpat kesal.

“Mereka benar-benar menjebakku ke dalam situasi yang menyebalkan. Sial aku sudah tidak tahan lagi!”

Bukannya membantu gadis yang tengah terluka, pria yang kini berada di bawah pengaruh obat dan alkohol secara bersamaan akibat jebakan seseorang itu malah melepaskan hasrat yang tidak mampu lagi ditahannya kepada sang gadis.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga, gadis yang sejak awal sudah terluka hanya bisa berharap kematian segera mendatanginya saja. Dia tidak menyangka, meskipun keluar dari kediaman terkutuk itu, dia masih harus menjadi korban pria hidung belang lainnya yang baru saja ditemui di jalan.

Buliran hangat semakin deras mengalir di pipi sang gadis. Kedua tangannya terkepal dengan sangat kuat, menatap nanar langkah pria yang sudah puas menikmati tubuhnya itu melangkah menjauh begitu saja meninggalkannya, tanpa dia tahu wajah pria itu karena minimnya cahaya. Entah karma atau hukuman yang kini dia alami. Takdir terasa begitu kejam mengambil sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita di saat dia sendiri tengah tersiksa. Dengan amarah yang membara gadis tersebut hanya bisa berharap agar Tuhan mengambil nyawanya saja, sebelum akhirnya dia terkapar tidak sadarkan diri di tempat tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!