RESTU YANG TERHALANG

"Saya ingin menikahi Rere."

Syok, itulah hal pertama yang dirasakan kedua orang tua Rere. Pemuda yang baru mereka kenal, tiba tiba mengatakan ingin menikahi putri mereka. Mungkin jika situasinya tak seperti ini, masih bisa dirasa wajar mengingat Rere sangat cantik. Tapi saat ini berbeda, putri mereka itu tengah hamil. Tapi seorang pemuda tiba tiba mengatakan ingin menikahi Rere.

"Apa yang sedang kau bicarakan ini?" Tomas masih belum bisa yakin.

"Saya ingin menikahi Rere Om, menjadi ayah dari anak yang ada didalam kandungannya?"

Jia menutup mulutnya yang menganga sambil geleng geleng. Apa pemuda itu masih waras? Mau maunya menikahi wanita hamil yang jelas jelas itu bukan anaknya.

"Apa alasannya?" Tomas sangat ingin tahu.

Romeo mendadak gugup. Dia meremat jemarinya dan jantungnya berdegup kencang.

Ayo Romeo, bilang jika anak yang dikandung Rere adalah anakmu.

"Karena.."

"Karena dia kasihan padaku Pah." Sahut Rere yang sejak tadi diam tapi ternyata menyimak obrolan mereka.

Tomas seketika menunduk, matanya berkaca kaca. Menyedihkan memang nasib putrinya. Dia hamil diluar nikah dan pernikahannya dibatalkan. Dan tadi pagi, putri malangnya itu melakukan percobaan bunuh diri. Mungkin benar, Romeo merasa kasihan padanya.

Dasar pecundang, kenapa kamu diam saja? Katakan jika kamu yang telah memperkosa Rere.

Romeo berperang dengan pikirannya sendiri. Perasaannya menyuruhnya jujur, tapi akal sehatnya menyuruhnya untuk diam.

"Apa kau yakin?" Jia ikut bertanya. Menurutnya, ini adalah solusi terbaik untuk masalah Rere. Papa Rere adalah seorang kepala sekolah SD, sedangkan dia guru SMP. Berita Rere hamil diluar nikah pasti berpengaruh pada pekerjaan mereka yang notabene adalah tenaga pendidik.

Seorang guru yang mampu mendidik ratusan bahkan ribuan murid, tak mampu mendidik putrinya sendiri. Mungkin seperti itulah yang ada dipikiran orang lain nantinya.

"Saya sangat yakin tante," jawab Romeo.

"Kau tahukan, Rere sedang hamil?" Pertanyaan Tomas itu dijawab Romeo dengan anggukan kepala. "Dan hukumnya haram bagi laki laki untuk menggauli istrinya yang hamil dengan pria lain sebelum dia melahirkan."

Romeo sedikit kaget. Dia memang tak begitu paham agama, jadi dia tak tahu soal ini.

"Apa kau siap? Ini berat Romeo, apa kau yakin sanggup untuk tidak menggauli istrimu sampai dia melahirkan nanti. 9 bulan bukan waktu yang singkat Romeo. Pertimbangkan lagi niatanmu itu."

"Tapi Pah." Jia ingin protes tapi Tomas segera menggeleng. Tomas tahu jika istrinya menganggap ini adalah jalan keluar terbaik, tapi Romeo juga berhak tahu konsekuensinya.

"Saya siap Om, saya siap untuk menikahi Rere dan tidak menggaulinya sebelum dia melahirkan."

Tomas dan Jia saling bertatapan lalu tersenyum. Mereka tak menyangka jika dibalik musibah ini, Tuhan masih menyayangi mereka dengan mengirimkan pemuda sebaik Romeo. Tak tahu saja mereka, jika Romeo yang mereka anggap pahlawan itu, sebenarnya adalah penjahatnya disini.

Sementara Rere, dia tak tahu harus senang atau sedih. Dengan Romeo menikahinya, setengah masalahnya telah teratasi. Tapi menikah dengan pria yang tidak dia cintai, mungkinkah dia bisa bahagia? Terlebih lagi Romeo adalah adik dari Haikal, itu artinya dia masih harus banyak berinteraksi dengan Haikal kedepannya

.

.

.

Bu Risa, sama seperti reaksi kedua orang tua Rere, dia juga syok. Disaat putra sulungnya membatalkan pernikahan dengan alasan Rere hamil, putra bungsunya justru kebalikannya. Romeo malah berniat untuk menikahinya dan menjadi ayah bagi janin yang Rere kandung.

"Berikan ibu alasan yang paling masuk akal kecuali rasa kasihan."

Disaat inilah Romeo bingung. Tak mungkin dia menjelaskan semua ini pada ibunya. Dia belum siap menerima kebencian dari wanita yang telah melahirkannya itu dan juga Haikal.

"Tadi pagi Rere mencoba bunuh diri Bu."

"Itu bukan alasan Meo. Harusnya pria yang menghamilinya yang bertanggung jawab, bukan kamu." Ada perasaan tak rela dihati Bu Risa. Dia tak rela Romeo bertanggung jawab untuk hal yang sama sekali bukan kesalahannya.

"Dan ibu yakin, ayahmu juga tidak akan merestuinya.

Romeo bersimpuh dihadapan ibunya yang saat ini duduk ditepi ranjang. Digenggangnya kedua tangan ibunya sambil menatap penuh permohonan.

"Bagi Romeo, hanya ibulah orang tua Romeo. Romeo tak peduli pada ayah. Romeo hanya butuh restu ibu. Tolong restui Romeo untuk menikahi Rere Bu."

"Tidak!" Sahut Haikal dengan lantang. Entah sejak kapan pria itu ada didepan pintu dan mendengarkan obrolan mereka. "Aku tidak setuju."

Romeo menghela nafas berat. Ini sesuai dugaannya, Haikal dan ibunya pasti tak setuju.

"Kau sampai bersimpuh dikaki ibu hanya demi restu untuk menikahi Rere?" Haikal tersenyum getir. "Perempuan pengkhianat seperti Rere tak pantas kau perjuangkan seperti itu."

"Rere bukan pengkhianat." Romeo menatap Haikal tajam, kadua tangannya mulai mengepal.

"Lalu apa sebutan yang pantas pagi wanita yang hamil dengan pria lain disaat statusnya sudah bertunangan?" Mengingat kembali pengkhianatan Rere, membuat Haikal emosi.

Romeo berdiri lalu menghampiri Haikal. "Rere bukan pengkhianat. Dia DIPERKOSA." Romeo sengaja menekankan kata diperkosa agar Haikal paham.

"Jadi kamu percaya dengan cerita karangan Rere jika dia diperkosa?"

"Ya, aku percaya." Jawab Romeo lantang. Dia lalu menekankan telunjuknya didada Haikal. "Seharusnya kau yang lebih mengenal Rere dan mengaku sangat mencintainya, bisa mempercayainya lebih dari siapapun."

Haikal mendorong Romeo hingga adiknya itu hampir terjatuh. "Aku tak seperti kau yang bodoh Meo. Aku tidak menelan mentah mentah suatu cerita karena aku akan mencari bukti lebih dulu."

"Lalu, bukti apa yang kau dapat? Apa kau dapat bukti peselingkuhan Rere?" tantang Romeo.

"Bukti jika Rere telah berbohong, dia hanya mengarang cerita. Gina telah bersaksi jika malam itu, dia ada bersama Rere, dan tak terjadi apapun malam itu."

"Gina" Gumam Romeo dengan tersenyum dan menangis sekaligus. Kasihan sekali kakaknya itu, telah mencari informasi dari orang yang salah. Orang yang sebenarnya adalah dalang dari semua masalah ini.

"Sebaiknya lupakan niatanmu untuk menikahi Rere, biar pria yang menghamilinya yang bertanggung jawab. Mereka berdua sama sama menjijikan, pantas untuk bersama."

Bugh

Romeo langsung melayangkan pukulannya kewajah Haikal. Tak terima dipukul, Haikal balas memukul Romeo.

"Stop, hentikan." Bu Risa berteriak histeris agar kedua putranya berhenti saling pukul. Tapi tak ada yang mendengar, keduanya seolah tuli. Tetap saling adu jotos seperti orang yang kerasukan setan.

"Berhenti." Bu Risa meringsek kedepan untuk memisah. Takut pukulannya mengenai ibunya, keduanya akhirnya sama sama berhenti. Baik Romeo maupun Haikal, keduanya tampak menyeka darah yang keluar dari hidung dan sudut bibir.

"Ini yang ibu khawatirkan. Selain karena Rere hamil, dia juga mantan kakak kamu. Belum apa apa, kalian sudah berkelahi, bagaimana saat kau sudah menikahi Rere nanti? Akan lebih banyak masalah lagi antara kalian berdua."

Romeo menunduk, benar apa yang dikatakan ibunya. Bagaimanapun, Haikal dan Rere pernah ada cinta. Jika hubungan yang awalnya cinta itu dipaksa untuk berubah menjadi hubungan saudara, itu tentu tidak mudah. Tapi dia tak boleh mundur, dia harus bertanggung jawab jika tak mau selamanya hidup dalam penyesalan.

"Romeo akan tetap menikahi Rere Bu."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***