Di pagi hari, Carl pun keluar bersama pria bernama Darnell dan adiknya. Sebelum keluar, mereka bersiap-siap terlebih dahulu. Carl bersiap dengan pedangnya sebelum membuka pintu dan Darnell bersiap dengan tongkat baseball nya. Carl membuka pintu secara perlahan dan ternyata para zombie yang semalam sudah tidak ada dan hanya ada satu zombie yang tergeletak didekat pagar.
"Kita yakin mereka sudah mati? Aku harus bertanya paling tidak sekali lagi." tanya Carl.
"Mereka memang sudah mati kecuali sesuatu di otak mereka. Karena itulah harus ditembak di bagian kepalanya." jawab Darnell.
Carl, Darnell dan Perlie berjalan menuruni tangga secara perlahan. Mereka berjalan sambil memperhatikan satu zombie yang duduk menyender pada pagar. Ketika mereka sudah dekat, zombie itu pun bergerak lalu melihat kearah mereka bertiga. Seketika zombie itu pun bangun, lalu menghampiri mereka bertiga. Carl dengan pedangnya menghampiri zombie tersebut, lalu menebas kepalanya. Dalam sekejap, zombie itu pun mati. Karena Carl mengayunkan pedangnya terlalu kuat, Carl pun merasakan sakit pada lukanya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Darnell.
"Aku perlu waktu menyendiri." jawab Carl.
Setelah membunuh satu zombie itu, mereka bertiga pun sampai di kantor polisi. Mereka masuk ke dalam dengan berhati-hati, karena takut ada zombie didalam. Mereka mengecek bagian dalam kantor polisi, namun sama sekali tidak ada zombie dan hanya terlihat semua ruangan di kantor polisi sangat berantakan. Begitu sudah mengecek, Carl meletakkan pedangnya di meja, lalu duduk untuk bersantai sejenak.
"Keluargaku masih hidup... Paling tidak begitulah saat mereka pergi." ucap Carl.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Darnell.
"....."
"Melihat keadaan tempat ini..."
"Aku menemukan laci-laci kosong dikamar tidur. Mereka membawa beberapa pakaian. Tidak banyak, tapi cukup untuk bepergian." ungkap Carl.
"Kau tahu siapa saja bisa masuk dan mencuri pakaian, bukan?" tanya Darnell.
"Kau melihat bingkai-bingkai foto didinding?" tanya Carl.
"....."
"Aku juga tidak melihatnya. Menurutmu pencuri juga mengambilnya?" tanya Carl.
Carl membuka satu lemari disebelahnya guna mengecek apakah ada sesuatu yang berguna.
"Album foto kami, foto-foto keluarga. Semuanya menghilang." ungkap Carl.
"Album foto." Darnell tiba-tiba tertawa.
"....."
"Ibuku juga sama. Ketika aku mengemas perlengkapan untuk bertahan hidup... Dia mengambil album foto." ungkap Darnell.
"....."
"Aku yakin mereka di Heaven Feel." ucap Perlie.
"Benar." balas Darnell.
"Kenapa disana?" tanya Carl.
"Pusat pengungsian. Kabarnya pusat pengungsian yang besar sebelum siaran terhenti... Perlindungan militer, makanan, tempat tinggal. Mereka menyuruh orang-orang untuk pergi kesana... Katanya tempat itu aman." ungkap Darnell.
"Selain itu, mereka punya tempat medis." ungkap Perlie.
"Pusat pengendalian penyakit. Katanya mereka sedang berusaha menyelesaikan masalah ini." ungkap Darnell.
Setelah mendengar perkataan Darnell dan Perlie. Carl pun pergi ke belakang, lalu mengecek satu persatu lemari dan laci. Begitu membuka laci terakhir, Carl melihat ada beberapa kunci mobil yang tergantung. Carl pun mengambil dua kunci mobil dari laci tersebut. Lalu mengajak Darnell dan Perlie pergi.
Mereka bertiga memasuki pintu yang dibuka oleh Carl. Mereka masuk dengan sangat berhati-hati dan juga bersiap dari sesuatu yang mungkin saja terjadi. Setelah masuk, mereka bertiga pun berjalan di lorong dan menemukan kamar mandi.
Mereka bertiga pun masuk ke kamar mandi guna mengecek masih bisa digunakan atau tidak. Karena mereka bertiga belum mandi selama berhari-hari. Carl membuka salah satu kran dan ternyata masih berfungsi.
"Pipa gas mungkin sudah tidak berfungsi selama sebulan." ucap Darnell.
"Stasiun gas punya cadangan gas sendiri." ungkap Carl.
"....."
Carl mendekatkan tangannya pada air.
"Masih berfungsi." ucap Carl sambil tersenyum.
Setelah tahu bahwa kran nya masih berfungsi dan mengeluarkan air. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mandi. Carl dan Darnell mandi duluan, setelah mereka berdua baru Perlie yang mandi. Mereka mandi di kamar mandi kantor polisi yang dimana bisa mandi bersama, karena terdapat beberapa shower yang berjejer.
"Astaga. Rasanya nikmat, bukan? Hahahaha."
Setelah mereka mandi, mereka pun mengeringkan tubuh menggunakan handuk, lalu mengganti pakaian disana.
"Heaven Feel kedengarannya seperti tawaran bagus... Tempat yang aman untuk orang-orang." ucap Carl.
"Kesana lah tujuan kami sebelumnya... Semuanya menjadi kacau. Kau tidak akan percaya dengan kepanikan yang terjadi. Jalanan tidak cukup menampungnya. Kemudian... Ibuku tidak bisa pergi... Tidak dengan lukanya. Jadi kami harus menemukan tempat bersembunyi. Lalu setelah dia mati... Kami harus bersembunyi... Kurasa kami hanya membeku ditempat ini." ungkap Darnell.
"Ada rencana untuk pergi?" tanya Carl.
"Aku belum memikirkannya." jawab Darnell sambil tersenyum.
...**...
Setelah mandi dan berbincang, mereka bertiga pun masuk ke gudang senjata yang ada di kantor polisi tersebut untuk mengambil beberapa senjata. Dan untungnya senjata disana masih ada beberapa.
"Banyak yang hilang." ucap Carl sambil mengambil salah satu senapan.
"Kakak. Boleh aku belajar menembak?" tanya Perlie
"....."
"Aku sudah cukup dewasa." ucap Perlie.
"Ya. Kau akan belajar. Tapi harus dilakukan dengan hati-hati, mengajarimu menghormati senjata!" ucap Darnell.
"Ya benar. Itu bukan mainan. Kau tarik pelatuknya dan kau harus bersungguh-sungguh! Selalu ingat itu, Perlie!" ucap Carl.
"Baik." balas Perlie.
"....."
"Ini. Bawalah!" Darnell memberikan satu senapan.
Carl mengambil satu senapan, lalu memberikannya pada Darnell.
"Kau bawa yang satu itu! Bukan sesuatu yang mewah. Scope nya akurat." ucap Carl.
"....."
Darnell mengetes Scope nya, lalu setelah itu mereka pun bersama-sama mengemas semua senjata. Setelah semuanya dikemas, mereka pun keluar dari kantor polisi tersebut lewat pintu belakang sambil membawa beberapa tas berisi senjata.
"Pelurunya akan cepat habis dari yang kau kira, khususnya saat latihan menembak sasaran." ucap Carl.
"Perlie." panggil Darnell.
"Ya?" sahut Perlie.
"Bawa ini ke mobil!" Darnell memberikan dua tas pada Perlie.
"Baik." balas Perlie.
"Kau yakin tidak akan ikut?" tanya Carl.
"Beberapa hari lagi. Saat itu, Perlie akan tahu cara menembak dan aku tidak akan meleset saat menembak." jawab Darnell.
Carl mengambil satu HT (alat komunikasi) dari dalam tas, lalu memberikannya pada Darnell.
"Kau punya satu baterai." ucap Carl.
"....." Darnell menerima HT tersebut.
"Aku akan menyalakan milikku selama beberapa menit setiap pagi... Nyalakan milikmu! Begitulah kau akan menemukanku." ucap Carl.
"Kau berpikir ke depan." balas Darnell.
"Tidak sanggup untuk kulakukan. Tidak bisa lagi." ucap Carl.
"Dengar! Ada satu hal... Mereka tidak masalah jika sendirian. Tapi jika berkelompok, semuanya berkerumun dan lapar... Kawan, berhati-hatilah!" ucap Darnell.
"Kalian juga!" balas Carl.
"Kau orang yang baik, Carl. Semoga kau menemukan keluargamu." ucap Darnell sambil menjabat tangan Carl.
"....."
"Sampai jumpa, Perlie. Jaga kakakmu!" ucap Carl sambil menjabat tangan Perlie.
"Baik." balas Perlie.
Ketika Darnell dan Perlie akan pergi, tiba-tiba muncul satu zombie dibelakang Carl. Tapi untungnya ada pagar yang membuat zombie itu tidak bisa mendekat. Ketika Carl melihat zombie itu, Carl mengenali zombie itu yang ternyata salah satu anggota gengnya.
"Leon?"
"....."
"Aku tidak terlalu memikirkannya. Dia ceroboh dan bodoh, tapi... Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini." ucap Carl.
"Kau tahu mereka akan mendengar suara tembakan." ucap Darnell.
"Jangan sampai kita ada disini saat mereka muncul." balas Carl.
Carl mendekati zombie Leon yang tertahan oleh pagar. Lalu Darnell dan Perlie pergi duluan dari sana.
"Ayo pergi, Perl." ajak Darnell.
"....."
"Ayo!"
Darnell dan Perlie berlari menuju mobil, sedangkan Carl sudah dekat dengan zombie Leon. Zombie Leon mencoba mendorong pagar, namun tidak bisa. Carl pun menodongkan pistol ke kepalanya zombie Leon, lalu menembaknya. Setelah semuanya selesai, mereka bertiga pun pergi dari sana. Ketika keluar dari area kantor polisi, mobil mereka mengambil arah yang berbeda. Mobil Carl ke kiri, sedangkan mobil Darnell dan Perlie ke kanan.
...**...
...Bersambung....
...JANGAN LUPA LIKE NYA....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments