Episode 2

...MALAM HARI...

Carl terbangun dari pingsannya, lalu melihat sekitar dan ternyata Carl berada disebuah ruangan dalam keadaan terbaring dengan tangan dan kaki yang diikat. Carl melihat ada dua orang disebelahnya, satu pria dan satu perempuan. Si pria sedang membasuh tangannya disebuah wadah yang berisi air, sedangkan yang perempuan sedang memegang sebuah tongkat.

"Perbanmu sudah diganti sekarang." ucap pria itu.

"....."

"Keadaannya sangat buruk." lanjut pria itu.

"....."

"Luka apa itu?" tanya pria itu.

"Luka tusukan." jawab Carl.

"Luka tusukan?" Pria sedikit terkejut.

"....."

"Apa lagi?" tanya pria itu.

"Luka tusukan tidak cukup?" tanya Carl.

Pria itu mendekat.

"Dengar! Aku bertanya dan kau menjawab!" ucap pria itu.

"....."

"Itu kesopanan yang umum, bukan?" tanya pria itu.

"....."

"Kau tergigit?" tanya pria itu sambil mendekatkan wajahnya.

"Tergigit?" tanya Carl yang bingung.

"Tergigit, terkunyah... Mungkin tercakar atau sesuatu seperti itu?" lanjut pria itu.

"..... Tidak. Aku tertusuk. Hanya tertusuk sejauh yang aku ketahui." jawab Carl.

"....."

Pria itu mendekatkan tangannya ke wajah Carl. Carl yang takut diapa-apakan pun mencoba menjauhkan wajahnya.

"Biarkan aku melakukannya!" ucap pria itu.

"....."

Pria itu menyentuh kening Carl.

"Terasa cukup dingin." ucap pria itu pada perempuan disebelahnya.

"Demam akan membuatmu mati saat ini." ucap pria itu pada Carl.

"Kupikir aku tidak demam." balas Carl.

"Sulit untuk dilewatkan." ucap pria itu.

Pria itu mengambil sesuatu di kantung nya. Dan ternyata pria itu mengambil sebuah pisau lipat, lalu memperlihatkan pisaunya pada Carl.

"Perhatikan seberapa tajam pisau ini!" ucap pria itu.

"....."

"Kau coba macam-macam, aku akan membunuhmu dengan ini! Dan jangan berpikir aku tidak akan melakukannya!" ucap pria itu dengan tegas.

Setelah mengancam Carl, pria itu pun melepaskan tali yang mengikat tangannya Carl menggunakan pisaunya.

"Keluarlah saat kau sudah kuat!" ucap pria itu.

"....."

"Ayo!" ajak pria itu pada perempuan disebelahnya.

Pria dan perempuan itu pun keluar dari kamar tersebut. Sebelum ikut keluar, Carl terdiam sambil mengecek luka tusukan yang ia derita. Pria tadi benar-benar sudah mengganti perbannya.

Setelah beberapa saat, Carl pun keluar dari kamar dan turun kelantai bawah. Sesampainya dibawah, pria dan perempuan tadi sedang menyiapkan makanan di atas meja. Carl saling bertatapan dengan pria dan perempuan itu. Setelah bertatapan, Carl pun berjalan melihat-lihat sekitar.

"Rumah ini milikmu?" tanya Carl.

"Bukan." jawab pria itu.

"Lalu, rumah siapa ini?" tanya Carl.

"Rumah ini sudah kosong saat kamu datang kesini." jawab pria itu.

Carl berjalan mendekati jendela dan mencoba membuka gorden untuk melihat keluar. Namun pria itu menghentikannya.

"Jangan lakukan itu!" ucap pria itu.

"....." Carl menengok pada pria itu.

"Mereka akan melihat cahayanya. Mereka lebih banyak dari yang biasanya." lanjut pria itu.

"....."

"Aku seharusnya tidak menembak hari ini." ucap pria itu.

Carl berjalan mendekati pria itu.

"Suaranya menarik mereka. Kini mereka ada di jalanan." ucap pria itu.

"....."

"Sangat bodoh untuk menggunakan pistol... Namun itu semua terjadi begitu cepat." ucap pria itu.

"Kau menembak pria itu hari ini." ucap Carl.

"Pria?" tanya pria itu

"Itu bukan manusia." ucap perempuan disebelahnya.

"Apa yang kau katakan barusan?" tanya pria itu pada perempuan disebelahnya.

"Itu memang bukan manusia." ucap perempuan itu.

"Ayo! Duduklah sebelum kau terjatuh!" ajak pria itu sambil menyajikan makanan untuk Carl.

Carl pun duduk setelah dipersilahkan oleh pria itu.

"Kakak... Berdoa!" ajak perempuan itu.

"Ya." balas pria itu sambil melirik pada Carl.

Pria dan wanita itu saling berpegangan tangan. Lalu perempuan itu juga mengajak Carl untuk berpegangan tangan. Awalnya Carl sedikit enggan, namun akhirnya memegang tangan pria dan perempuan itu.

"Tuhan. Terima kasih untuk makanan ini. Berkah darimu... Dan kami meminta padamu untuk menjaga kami di masa genting ini... Amin." Pria itu memulai doa.

"Amin." ucap perempuan itu.

Setelah berdoa, Carl pun mulai memakan makanan yang disiapkan oleh mereka berdua.

"Hei kawan. Apa kau tahu apa yang sedang terjadi?" tanya pria itu.

"Aku terbangun di rumah sakit hari ini... Aku pulang ke rumah dan mengganti pakaian. Lalu aku pun pergi ke markas gengku, namun karena tidak ada siapa-siapa. Aku pun memutuskan untuk pergi ke toko senjata untuk mengambil beberapa senjata dan inilah yang ku ketahui." cerita Carl.

"....." Perempuan itu hanya diam sambil melirik pada pria itu.

"Tapi kau tahu tentang orang-orang yang mati itu, bukan? tanya pria itu.

"Ya. Aku banyak melihatnya... Aku melihat tumpukan mayat di taman." jawab Carl.

"Tidak... Bukan yang dimatikan. Tapi mayat hidup." ucap pria itu.

"....." Carl melirik pada pria itu.

"Seperti yang ku tembak hari ini. Karena dia akan merobek tubuhmu... Berusaha memakanmu, mengambil sebagian dagingmu... Kurasa ini pertama kali kau mendengarnya... Aku tahu bagaimana ini terdengar." lanjut pria itu.

"Mereka diluar sana sekarang? Di jalanan?" tanya Carl.

"Ya." jawab pria itu.

"....."

"Terkadang mereka menjadi lebih aktif setelah malam tiba... Mungkin karena udara yang dingin atau mungkin karena aku menembak hari ini... Namun kita akan baik-baik saja selama kita tetap diam. Mungkin akan berjalan-jalan pada pagi hari." ungkap pria itu.

"....."

"Tapi dengar! Satu hal yang ku ketahui... Jangan sampai kau tergigit!... Aku melihat perbanmu dan itulah yang aku takutkan... Gigitan akan membunuhmu. Demam akan menyerangmu. Namun setelah beberapa saat... Kau akan hidup kembali." ungkap pria itu.

"....."

"Aku pernah melihatnya terjadi." ucap perempuan didepannya.

"....." Carl melirik pada perempuan didepannya.

"Ayolah!" ucap pria itu pada perempuan disebelahnya sambil tersenyum.

Mereka bertiga pun melanjutkan makan bersama. Setelah makan, Carl dan pria itu masih terjaga diatas kasur yang sudah dipindahkan ke ruangan keluarga dilantai bawah, sedangkan perempuan itu sudah tertidur.

"Skull Reaper... Apa itu gengmu?" tanya pria itu.

"....." Carl melirik pada pria itu.

"Aku melihat lambang geng di jaket mu." ucap pria itu.

"Ya... Aku adalah ketua dan juga pendiri nya." ungkap Carl.

"Dan mereka selamat?" tanya pria itu.

"Kuharap begitu." jawab Carl.

"Kakak." Perempuan itu terbangun.

"Hei." Pria itu mengusap kepala perempuan itu.

"Kakak sudah bertanya padanya?" tanya perempuan itu.

"Luka tusukan mu itu... Kami saling bertaruh. Adikku berkata bahwa kau adalah perampok bank." ungkap pria itu sambil tersenyum.

"Ya. Itulah aku... Perampok bank yang berbahaya. Haha." ucap Carl.

Tiba-tiba terdengar suara alarm mobil diluar. Sontak mereka bertiga terkejut akan hal itu. Adik perempuannya pria itu terbangun, karena takut.

"Tidak apa-apa. Kakak disini... Bukan apa-apa... Salah satu dari mereka pasti menabrak mobil." ucap pria itu sambil memeluk adiknya.

"Kau yakin?" tanya Carl

"Pernah terjadi sebelumnya." jawab pria itu.

"....."

"Ini akan berlangsung selama beberapa menit." ucap pria itu.

"Matikan lampunya!" ucap pria itu pada adiknya.

Carl dan pria itu mendekati jendela, sedangkan adik perempuannya mematikan lampu terlebih dahulu. Sebelum melihat keluar, Carl mematikan lampu yang berada didekat jendela. Tepatnya di pojok ruangan tersebut. Lalu pria itu melihat keluar dengan membuka sedikit gorden, kemudian Carl mulai ikut melihat keluar juga.

"Yang berwarna biru di jalan... Mobil yang sama dengan yang terakhir kali. Kurasa kita akan baik-baik saja." ucap pria itu.

"Suara itu tidak akan mengundang lebih banyak dari mereka?" tanya Carl.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang... Kita tunggu saja sampai pagi!" jawab pria itu.

Saat perempuan itu ikut melihat keluar, betapa terkejutnya dia ketika melihat zombie ibu-ibu disana.

"Dia disini." ungkap perempuan itu.

"Jangan melihatnya! Menjauhlah dari jendela!" suruh pria itu.

"....."

"Kakak bilang pergilah! Ayo!" suruh pria itu dengan tegas.

Adik pria itu pun berlari, lalu berbaring di kasur. Perempuan itu menangis diatas kasur. Sontak pria itu pun mendekati perempuan itu guna menenangkannya.

"Perlie. Diamlah! Ayolah! Diamlah sekarang! Sssttt..." ucap pria itu sambil memeluk Perlie adiknya.

Disaat pria itu sedang menenangkan Perlie, Carl masih berdiri didekat jendela sambil melihat keluar. Carl juga melihat zombie ibu-ibu di jalanan yang mendekat ke rumah yang mereka singgahi. Begitu zombie ibu-ibu itu sudah tidak terlihat, Carl pun berpindah ke pintu depan dan melihat keluar lewat lubang kecil di pintu. Dan ternyata zombie ibu-ibu itu berjalan menaiki tangga mendekati pintu depan rumah.

"Tidak apa-apa. Ini... Menangis lah di bantal. Kau ingat? Sssttt..." Pria itu terus berusaha menenangkan adiknya.

Ketika zombie ibu-ibu itu sudah berada tepat didepan pintu, Carl mun memutuskan untuk kembali ke kasurnya sambil terus memperhatikan pintu karena gagang pintunya digerakkan oleh zombie ibu-ibu itu. Tapi untungnya pintu itu sudah dikunci dan papan yang di paku.

"Dia... Dia mati dikamar lain ditempat tidur yang ada disana." ungkap pria itu.

"....." Carl menengok pada pria itu.

"Tidak ada yang bisa kulakukan. Demam itu... Kulitnya pucat, demamnya sangat tinggi." ungkap pria itu.

"....." Carl hanya terdiam.

"Aku seharusnya... Aku seharusnya membunuhnya. Aku tahu itu, tapi aku... Kau tahu? Aku tidak punya keberanian... Dia ibu kami." ucap pria itu sambil menahan tangisnya.

"....."

Carl kembali melihat pintu depan yang gagangnya terus bergerak. Setelah mendengar cerita pria itu, Carl pun mulai mengingat keluarganya yang berada di kota lain. Carl mulai mengkhawatirkan mereka dan takut terjadi sesuatu hal yang serupa pada keluarganya.

...**...

...Bersambung....

...JANGAN LUPA LIKE NYA....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!