Seluruh keluarga Abraham terkejut dengan pangkuan Aaron jika dia telah menjadikan Qinthia sebagai wanitanya, Qinthia sendiri tidak menolak karena ia juga memiliki perasaan yang sama pada Aaron.
Liliana merasa sangat senang karena putra yang selama ini suka bermain hati, kini memutuskan untuk menetap pada satu hati. Keluarga Abraham tinggal menunggu keputusan dari keluarga Qinthia untuk membuat acaranya.
"Teh." Elena menawarkan secangkir teh hangat pada Qinthia, Qinthia menerima cangkir itu dengan senang hati.
"Dulu aku berpikir kita sulit untuk menjadi teman. Sekarang hubungan kita lebih dari itu, aku juga baru tau jika dia yang kau maksud saat itu adalah kakak ku. Aku langsung tau karena hanya dia yang suka memanggil ku Anna dihadapan orang lain," ungkap Elena kemudian meneguk teh dalam cangkirnya.
"Dia yang aku maksud bukanlah Kakak mu. Aku memang dia tau hubungan kalian apa. Tapi hari itu aku tidak mengatakan tentang kakak mu, melainkan sepupu ku putra mahkota. Sebelum mengenal apa itu cinta dengan benar, aku menjadikan obsesi akan posisi yang tinggi sebagai cinta. Aku kesal saat ada wanita lain mengambil perhatiannya dari ku, tidak terhitung berapa banyak wanita yang aku sakiti karena obsesi itu."
"Bagaimana itu mungkin? sebelumnya jangankan dekat dengan putra mahkota, aku bahkan tidak pernah memperhatikan dia. Lalu bagaimana bisa dia mengenal ku?"
"Aku tidak tahu. Mungkin itu namanya cinta dalam diam. Apa kau tau liotin yang kau tunjukan pada ku saat itu? itu liotin miliknya yang hilang. Tapi aku tidak paham saat aku menyarankan dia untuk meminta liotin itu kembali dari mu, dia malah menjawab liotin itu sudah kembali pada pemiliknya," jelas Qinthia.
Seketika Elena merasa sesak karena ada sesuatu yang tidak dia pahami bahkan setelah mengulang kembali kehidupannya, putra mahkota adalah orang yang tidak pernah dia perhatikan bahkan setelah hidup kembali. Kenapa bisa mengenalnya? apalagi ingatan Elena tentang liotin itu sama sekali tidak ada.
"Aku permisi," pamit Elena pada Qinthia.
Saat ini Elena bertekad untuk tidak memikirkan hal lain, tujuan pertama ia harus menjalankan rencananya agar terlepas sepenuhnya dari Ernest. Setelah tujuan itu selesai baru lah dia akan memikirkan apa yang ia lupakan.
Elena pergi menemui Sonia. Tanpa rasa bersalah Elena bertingkah seolah semua baik-baik saja, dia tidak peduli pada tatapan tajam Sonia.
"Sahabat ku. Maafkan aku, apa masih sakit?" tanya Elena dengan tampang polos sambil memegang tangan Sonia yang di perban.
Sonia menarik tangannya dari pegangan Elena seraya menjawab, "Sakit tidak seberapa. Tapi malunya aku itu tidak bisa di uraikan dengan kata-kata, aku tidak percaya kau tega melukai sahabat mu sendiri."
"Maafkan aku, Sonia. Itu semua terjadi begitu saja, aku sungguh tidak tau apa-apa."
"Lupakan saja. Katakan apa tujuan mu ke mari?"
"Tentu saja menemui mu. Aku ingin mengajak mu berbelanja besok, perjamuan persahabatan kan besok jadi kita harus membeli gaun. Kita ajak Ernest agar pergi bersama."
"Baiklah. Kau harus belikan aku gaun terbaik dan paling mahal kalau bisa warnanya harus sama dengan warna pakaian Ernest, kau juga harus membeli warna yang sama. Jangan lupa ajak Mimi, dia itu pelayan jadi dia harus membawa semua barang-barang ku. Aku ingin kau memecatnya. Tapi kau malah lupa, menyebalkan sekali."
"Lupakan saja tentang Mimi, memikirkan dia hanya akan memperburuk suasana hati mu. Besok kita akan beli banyak gaun serta perhiasan untuk mu. Bagaimana jika pakai baju pasangan?"
"Kau urus saja semuanya. Yang terpenting aku tidak mau pakai barang murahan, itu saja. Kau bisa keluar sekarang. Oh ya, Ernest memenangkan pertandingan melawan putra mahkota, jadi kita harus tampil bersinar di sampingnya."
"Tentu saja. Baiklah, aku pergi. Jangan lupa besok," ucap Elena. Setelah itu dia pergi meninggalkan kamar Sonia.
Elena lalu mengirimkan Ernest surat jika pada perjamuan besok ia akan menunggu Ernest di gerbang masuk aula, agar mereka bisa masuk bersama.
Keesokan harinya Elena memesan baju pasangan yang ia siapkan untuk menjebak Ernest dan Sonia, dia meminta Qinthia untuk menyamar sebagai pelayan lalu pergi membawakan baju pasangan itu pada Ernest serta Sonia bersama dengan pesan lisan.
"Malam ini akan menjadi malam paling seru," batin Elena.
*****
Sementara itu di sisi lain Malvia juga telah membeli gaun yang indah, dia tidak sabar untuk ikut perjamuan nanti sebagai pasangan Aaron.
"Ibu," panggil Malvia pada Martini, "Bagaimana dengan gaun ku ini? apa aku cantik jika memakai ini?"
"Tentu saja. Putri ku cantik memakai apa saja," jawab Martini membuat senyum manis merekah di bibir Malvia.
"Tapi bu, jam berapa Aaron akan menjemput ku? kata ibu Marchoiness Abraham akan datang meminta Aaron menjemput ku nanti."
Martini terlihat cemas. Ia juga bingung ingin menjawab apa. Pasalnya semua yang ia katakan pada Malvia itu bohong, begitu juga dengan yang ia katakan pada semua tamu dalam pesta-pesta yang ia selenggarakan. Ia melakukan itu agar posisi keluarga Kimberly mereka bisa mencapai posisi tinggi.
"Dia bilang tadi kau pergi lah sendiri dulu. Kalian akan bertemu di aula perjamuan untuk dansa bersama," jawab Matini berbohong.
Malvia melempar gaun di tangannya seraya menjawab, "Dia itu hanya mencari alasan saja. Dia tanpa rasa malu mengatakan wanita penggoda itu sebagai tunangannya di depan ku, entah bagaimana caranya menggoda Aaron sampai terpesona padanya. Pokoknya ibu harus bilang semua tentang Qinthia pada Marchoiness Abraham agar dia menjauhkan mereka berdua."
"Sayang, jangan marah. Kau sudah memenangkan pertandingan final antara dua akademik sebagai murid tingkat 2, marchioness pasti akan sangat senang lalu mempercepat pertunangan mu dengan Aaron. Memang siapa Qinthia itu? dia mungkin dewi akademik kalian. Tapi dia tidak ikut pertandingan, mana bisa dia di bandingkan dengan putri ku."
"Ibu benar sekali. Dengan semua kerja keras ku selama ini, aku yakin Marchioness akan dengan bangga mengatakan di depan semua bangsawan pada perjamuan nanti jika aku adalah tunangan putranya. Aku sudah cukup bersabar selama 1 tahun ini dengan sikap Qinthia, dia menggoda Aaron pada hari pertama Aaron masuk akademik. Padahal Aaron masuk akademik itu atas perintah Marchioness Abraham agar menjalin hubungan dengan ku sebagai calon tunangannya," ucap Malvia penuh rasa percaya diri.
"Yah. Tidak masalah sekarang aku berbohong, karena aku yakin dengan potensi Malvia dan kemenangannya kemarin. Marchioness akan langsung setuju atas pengajuan pertunangan dari ku nanti. Qinthia itu hanya wanita biasa mana mungkin bisa menandingi putri ku," batin Martini yang sangat bahagia.
Tanpa menunggu lama Martini menyediakan gaun terbaik serta perhiasan paling mahal yang akan dia kenakan malam nanti, ia akan berdandan sebagus mungkin bersama dengan Malvia agar aura bangsawan mereka terpancar sampai membuat keluarga Abraham terkagum.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Livyana 171
Ibunya malvia cocok nih disatuin sama sonia😅😅😅
2023-04-30
0
Frando Kanan
HA! ternyata hanya karangan doank... sekaligus pembohong.... ckckck 🙄
2023-03-06
1
Frando Kanan
Mimi itu pelayan milik Elena...bkn lo dsr jlng rakyat jelata busuk
2023-03-06
1