Keesokan harinya pertandingan persahabatan akhirnya dimulai, setiap murid harus menggunakan nama asli agar setiap keluarga bisa datang menghadiri pertandingan anak mereka.
Arena pertanding pria dan wanita dipisah oleh pihak akademik, sementara itu ruang istirahat pun sama. Liliana datang bersama Austin dan Carlos untuk mengunjungi Elena. Tapi tidak dengan Aaron, dia masih marah karena ucapan Elena kemarin.
Keluarga Elena duduk di bangku penonton sambil bersorak saat pertandingan Elena tepat di depan mata, Adrian juga tidak sabar melihat apa yang akan murid kesayangannya lakukan.
Dalam setiap pertandingan ini Elena selalu menang dari lawannya tanpa harus memanggil satu pun spirit, pertandingan sudah berlalu selama seminggu dan Elena berhasil maju ke final berhadapan langsung dengan Sonia.
"Pak Adrian, di mana ikat rambut ku? apa kau melihatnya?" tanya Elena saat sedang bersiap untuk final.
"Tidak," singkat Adrian dengan nada ketus tanpa menatap Elena.
"Apa anda marah?" tanya Elena lagi.
Kali ini Adrian menatapnya dengan tatapan tajam, lalu ia menjawab, "Kau adalah satu-satunya murid ku, kenapa kau tidak menggunakan kekuatan mu? aku tau kau adalah gadis yang di cintai oleh angin. Tapi, setidaknya panggilah Slyph untuk menunjukan identitas kita."
"Baiklah. Sesuai keinginan bapak," balas Elena membuat senyum terukir di bibi Adrian.
"Semoga berhasil," ucap Adrian setelah selesai mengikat rambut Elena.
Setelah mana mereka dipanggil Elena maju tanpa membawa apa pun, dan Sonia maju sambil membawa senjatanya.
Kemudain pertandingan dimulai tanpa menunggu lama Sonia mengayunkan ujung tombaknya ke arah Elena, Elena dengan sigap langsung menghindar. Tapi gerakan Sonia sangat lincah, sebelum Elena benar-benar menghindar ia menendang perut Elena dengan kakinya yang berapi.
Elena terpental sampai batuk mengeluarkan darah dari mulutnya, di tambah lagi bagian perutnya terluka parah sampai meninggalkan bekas luka bakar.
"Apa yang begitu saja kemampuan mu selama di akademik? aku tidak bermaksud menghina mu sahabat ku, hanya saja kita tidak bisa lama-lama dalam arena jadi mari kita akhiri permainan ini," ucap Sonia.
Sonia menyerang tanpa ampun bahkan Elena tidak punya waktu untuk memanggil atau sekedar mengeluarkan kekuatannya, melihat itu Adrian menjadi tidak tenang. Di sisi lain gerakan Sonia juga tidak memiliki celah, sementara Elena tidak punya peluang menyerang.
"Kalahkan dia Elena," teriak Liliana dari bangku penonton. Teriakan itu mengalihkan fokus Elena sampai ia terkena serangan Sonia lagi.
"Sakit," batin Elena memegang pundaknya.
"Elena, sekarang gunakan itu," teriak Adrian membuat Elena sadar jika jarak antara Sonia dan dirinya cukup jauh.
"Jangan harap." Sonia menembak banyak bola api ke arah Elena.
"Memanggil Salamander," gumam Elena.
Bruak!
Terjadi ledakan yang sangat besar di arena sampai seluruh area tertutup oleh asap, Sonia tersenyum senang karena ia tau Elena telah diledakan oleh serangannya.
"Uhuk uhuk uhuk," suara batuk Elena membuat banyak penonton terkejut begitu juga Sonia.
"Pergi!" Slyph mengibaskan tangannya seiringan dengan itu gumpalan asap yang menutupi arena hilang dalam sekejab.
"Lihat! itu naga berapi,"teriak salah satu penonton yang menunjuk Salamander.
"Ap-apa itu?" batin Sonia melihat Elena duduk di atas kepala Salamander, dan di belakang Elena ada Slyph yang sedang melakukan pemulihan.
"Apa ini semua? dari mana datangnya naga dan wanita itu? ini adalah pertandingan satu lawan satu lalu kenapa kau bawa rekan mu," protes Sonia. Dia tidak tau apa pun tentang pemanggil.
"Rekan? jangan konyol. Mereka adalah anak-anak ku, kekuatan ku, dan keahlian ku. Biar aku memperkenalkan diri sekali lagi. Aku Elena Abraham dari kelas pemanggil Akademik Bulan Sabit," jawab Elena membuat banyak orang tercengang.
"Kau seorang pemanggil? tidak mungkin. Keluarga Abraham adalah keturunan dewa angin, ini tidak mungkin." Sonia terkulai lemas, ia merasa dirinya seolah di tampar dengan sangat keras oleh kenyataan.
"Tolong yah Salamander," pinta Elena. Salamander tersenyum lalu menghembuskan nafas berapi dari dalam mulutnya ke arah Sonia.
Sonia terhempas jauh keluar Arena sampai tidak sadarkan diri, seketika sorakan dari para penonton untuk Elena memenuhi area itu.
*****
"Kau yang terbaik Elena." Adrian memeluk Elena lalu berputar-putar saking senangnya. Ia tidak akan menyangka jika Elena akan memanggil Salamander yang terkenal tidak suka mengikat kontrak dengan manusia.
"Anna." Aaron yang tidak tau datangnya dari mana merebut Elena dari pelukan Adrian ke pelukannya.
"Kau sangat luar biasa. Kau genius, aku sudah setahun penuh di akademik. Tapi aku tidak tau jika adik ku adalah seorang pemanggil, seharusnya aku sadar kenapa kau meminta ku memanggil mu Irene saat itu. Aku sangat menyayangi," ucap Aaron.
"Cukup!" Austin merebut Elena dari Aaron, lalu ia menurunkan Elena tepat di depan Liliana.
Liliana meneteskan air mata melihat Elena, ia masih tidak percaya jika putrinya adalah genius yang hanya ada 1 diantara 1000 manusia. Berkat hal ini kekuatan keluarga mereka akan meningkat.
Suasana penuh suka cita itu menjadi senyap saat Jovanka datang bersama para pelayannya, Liliana menatap tajam wanita sombong itu.
"Luar biasa, Elena. Dengan ini kau telah menunjukan pada ku bahwa kau itu pantas berada di samping Ernest," puji Jovanka.
"Terima kasih bibi," jawab Elena tanpa mengurangi rasa hormatnya pada Jovanka.
"Akan tetapi penampilan mu sekarang saat buruk, sebagai calon tunangan Ernest kau seharusnya berpakaian dengan layak. Jika pakaian mu seburuk ini maka apa bedanya kau dengan pengemis di jalanan, ubahlah penampilan mu," lanjut Jovanka. Ucapannya membakar hati semua yang ada di sana.
"Ya ampun. Bibi ini benar-benar pandai berhalusinasi," ejek Qinthia yang sedari tadi diam saja di samping Aaron, "Seharusnya bibi malu dengan ucapan bibi. Orang tua Elena saja diam dengan penampilan putri mereka, lalu kenapa anda keberatan? dia hanya calon tunangan putramu belum jadi istrinya jadi bibi tidak berhak mengatur gaya hidupnya. Apa sudah pasti Elena mau menjadi tunangan anak bibi? jika nanti berubah maka ucapan bibi saat ini bisa mempermalukan diri sendiri."
Jovanka menutup kipasnya lalu berjalan mendekati Qinthia, "Mulut mu pedas juga yah. Tapi, apa kau tau siapa aku? berani sekali wanita kurang ajar seperti mu bersikap lancang pada ku. Apa kau tidak tau akan seperti apa akhir dari wanita seperti mu?"
"Ah! aku memang tidak tau, apa bibi bisa mengatakannya pada ku? atau aku tanya pada paman ku saja yah. Oh iya! Aku lupa memperkenalkan diri, kenalkan aku adalah Qinthia Arsena keponakan dari Kaisar Ashraf. Apa nama ku tidak asing?"
Mendengar nama Qinthia nyali Jovanka langsung hilang, ia berdecak kesal hingga akhirnya pergi dari sana.
"Tunangan ku sangat hebat." Aaron memeluk Qinthia lalu mengecup keningnya.
Selama ini Aaron tidak pernah melihat Jovanka terdiam seperti itu, bahkan Liliana yang terkenal sebagai ratu perdebatan tidak bisa menang dalam melawan Jovanka.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Livyana 171
Qinthia ko dilawan😅😅😅🤭
2023-04-30
0
Ida Blado
elena goblok
2023-04-02
1
Ida Blado
iyuh masa guru sama murid main kecup2 aja,apalagi setting cerita latar belakangnya bangsawan,,, aneh nih yg bikin cerita
2023-04-02
1