Setelah pertemuan selesai semua murid pergi ke asrama untuk mempersiapkan hari esok, saat itulah Elena memanfaatkan situasi untuk mendekati Ernest agar Sonia semakin cemburu.
"Kau mau ke mana?" tanya Aaron pada Elena, ia menatap adiknya itu dengan tatapan nyalang.
"Menemui Ernest," jawab Elena.
"Hah? kau pasti bercanda, dulu kau bilang tidak mau melihat pria itu lagi. Lalu kenapa selama kita di akademik kau menghindari aku dan Kak Carlos? Elena sikap mu ini sudah keterlaluan. Kau sedang mempermainkan kami? atau apa?"
"Kak, apa hubungan kita sedekat itu? kakak jangan lupa jika Ernest adalah segalanya bagi ku. Kakak tidak sepenting itu bagi ku, sampai aku harus menuruti kakak. Kelak jangan ikut campur lagi," tukas Elena berjalan ke arah menara.
"Maafkan aku kak, aku tidak akan berkata kasar pada mu jika saja wanita itu tidak menguping," batin Elena. Saat bicara dengan Aaron ia melihat Sonia menguping pembicaraan mereka.
"Ernest." Elena memeluk Ernest dari belakang membuat pria itu terkejut, dan berbalik.
"Aku sangat merindukan mu, Elena." Ernest pun membalas pelukan Elena.
"Awalnya aku berpikir kau marah pada ku, maafkan aku karena pergi tanpa pamit pada mu. Tapi aku juga tidak pamit pada Sonia, karena semua itu terjadi secara mendadak," ucap Elena melepaskan pelukannya lalu berdiri di samping Ernest sambil menyandarkan kepalanya pada pundak pria itu.
"Itu bukan masalah lagi sekarang karena kita sudah bertemu. Aku tau kau pasti punya alasan tersendiri mungkin karena keluarga mu juga memaksa, jadi jangan pikirkan itu lagi," balas Ernest sambil membelai rambut Elena.
"Kau tidak menduakan aku kan?"
"Pertanyaan yang konyol. Mungkin di sini banyak wanita cantik hanya saja mereka tidak secantik diri mu, bagi ku kau adalah segalanya dan tidak tergantikan."
"Manisnya, aku mencintai mu."
"Aku juga sangat sangat mencintai mu."
"Tidak bisa di biarkan lagi," batin Sonia, ia sudah tidak tahan melihat kemesraan keduanya.
"Wah! Elena? kau ada di sini?" tanya Sonia terkejut. Ia sangat pandai berakting.
"Memangnya kenapa jika aku ada di sini? Ernest memanggil ku ke mari untuk menemuinya. Kita sudah lama tidak bertemu," jawab Elena. Ia juga pandai dalam memamerkan kemesraannya dengan pria yang sangat dia benci, jika bukan karena ingin membuat Sonia marah maka Elena ingin sekali meminta kesatria sucinya mencabik-cabik tubuh Ernest.
"Tidak masalah, aku maklumi hal itu. Aku hanya terkejut karena tempat ini biasanya menjadi tempat aku dan Ernest jika ingin beristirahat, bahkan saat menunggu mu kami melihat kereta kuda akademik kalian dari atas sini," balas sonia yang secara tidak langsung mengatakan ini tempatnya dengan Ernest.
"Baiklah. Tapi bisakah selama 2 minggu ke depan kau jangan datang ke sini lagi, aku hanya ingin berdua saja dengan Ernest."
"Hei! kenapa kau mengatakan itu? dulu saat kalian bersama kau selalu mengajak aku, jangan canggung begitu. Kita adalah sahabat kan."
"Justru karena kita adalah sahabat makanya aku ingin kau mengerti keadaanku. Jika di sini ada kau maka bagaimana bisa kami berpelukan atau sejenisnya, kau bisa saja canggung melihat semua itu."
"Elena kau jangan keterlaluan. Selama kau tidak ada Ernest selalu bersama ku, bahkan dulu aku selalu bersama kalian. Lalu kenapa sekarang kau menjauhkan aku dengan Ernest? aku tau kau sangat merindukannya. Tapi aku ini sahabat mu, apa kau tidak merindukan aku juga?"
"Jangan kenak-kanakan Sonia. Aku selalu mengirim surat pada mu. Tapi kau tidak pernah membalas bagian tentang Ernest, aku cemburu dengan kedekatan kalian selama aku tidak bisa melihatnya. Ernest cobalah buat dia mengerti," rengek Elena beralih pada Ernest.
"Menurut saja Sonia. Jangan melewati batasan mu atau aku tidak akan segan lagi," ancam Ernest.
"Ayo kita pergi, aku akan mengajak mu berkeliling," ajak Ernest pada Elena.
"Ayo!" Elena menggandeng tangan Ernest lalu mereka pergi meninggalkan Sonia.
"Aku tidak akan mengampuni mu Elena, tidak akan. Kau berani berbohong tentang ku, menyebalkan!" batin Sonia meneteskan air mata. Ia terluka saat Ernest bersikap dingin padanya karena Elena.
*****
"Pak Aaron, makanlah pelan-pelan," ucap Qinthia pada Aaron yang makan dengan sangat cepat, ia melampiaskan rasa kesalnya pada makanan.
"Uhuk uhuk uhuk." Aaron tersendak membuat Qinthia panik, dengan cepat Qinthia memukul punggung Aaron membuat semua makanan dalam mulutnya dimuntahkan.
"Aku kan sudah bilang makan pelan-pelan," kesal Qinthia memberikan Aaron botol air minum, pria itu langsung meminumnya dan mengatur nafasnya kembali.
Aaron tidak tersendak oleh makanan itu, ia tersendak karena melihat Elena berada tidak jauh dari mereka sedang berjalan sambil bergandengan tangan dengan Ernest.
"Ambilkan lagi aku makanan! cepat! aku lapar," ucap Aaron semakin kesal.
"Tidak perlu, aku sudah bawakan," balas Malvia. Ia mendekati Aaron lalu meletakan nampan berisi tumpukan makanan di depan Aaron.
"Kau mau aku makan ini?" tanya Aaron pada Malvia, Malvia tersenyum dan mengangguk.
"Aku tidak meminta mu bawakan makanan, lagi pula makanan ini kotor. Aku hanya suka makakan bersih yang di bawakan langsung oleh Qinthia," lanjut Aaron membuat bola mata Malvia membesar.
"Bawalah itu kembali ke tempatnya. Kau bisa beri makan anjing dengan makanan itu," ucap Aaron.
"Pak Aaron, tidak baik mencela makanan. Lagi pula ini makanan dari kantin yang sama dan di jamin bersih," balas Malvia, ia tidak suka dirinya ditolak apalagi oleh orang yang ia cintai.
"Aku tidak mencela makanan, hanya saja aku tidak suka. Makanan itu mungkin dari kantin yang sama. Tapi orang yang mengambilnya tidak sama, jika kau tidak suka makanan di cela maka makan saja itu semua."
"Pak, kenapa anda selalu menolak apa yang saya berikan? itu terlalu kenak-kenakan."
Suasana Aaron menjadi sangat buruk, ia pun berdiri dari tempat duduknya seraya berkata, "Jangan melewati batasanmu."
Setelah mengatakan itu Aaron menarik Qinthia pergi dari sana, melihat itu Malvia tidak mau diam saja.
"Lalu bagaimana jika saya katakan bahwa saya adalah calon tunangan anda?" tanya Malvia. Ia ingin menyerang Aaron dari kelemahannya.
Aaron mengangkat tangannya yang menggenggam tangan Qinthia dan menjawab, "Buat apa calon tunangan jika tunangan ku ada di sini."
"Pa-Pak Aaron, apa yang anda katakan?" bisik Qinthia dengan wajah memerah.
Aaron tersenyum melihat wajah itu tersipu malu, karena sudah begini Aaron pun langsung menggendong Qinthia seraya berkata, "Aku mencintai mu, Qinthia."
Wajah Qinthia menjadi merah sepenuhnya bahkan seperti mengeluarkan asap, karena malu ia tidak sanggup menatap Aaron sampai menyembunyikan wajahnya dari tatapan Aaron.
"Imut sekali," batin Aaron. Ia pun kembali berjalan sambil menggendong Qinthia yang entah akan dia bawa ke mana.
"Dasar konyol! wanita itu tunanganmu? cih! kau mungkin tidak tau jika ibu kita telah merencanakan pertunangan kita. Alasan kenapa bibi setuju kau menjadi guru Akademik Bulan Sabit itu agar kita bisa menjadi dekat. Aku sangat penasaran bagaimana reaksi mu nanti jika kau tau segalanya," batin Malvia.
Malvia juga memutuskan untuk pergi dari tempat itu, ia sampai melampiaskan amarahnya dengan cara menendang nampan berisi makanan tersebut.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Livyana 171
Wahhhh bkln ada medusa dibngnnya aaron dan Quinsha
2023-04-30
0
Frando Kanan
heh 😏...pria gampangan.....sgt menyedihkn
2023-03-06
1
Lala Kusumah
Lanjuuuuuuutt....
2023-02-14
3