Waktu berlalu dengan sangat cepat hingga tidak terasa sudah setahun berlalu sejak Elena datang sebagai murid di akademik bulan sabit, tidak ada yang tau pencapaian apa yang sudah dia buat selama di akademik.
"Kalau kakak mau datang setidaknya beritahu aku, lagi pula kakak datang untuk apa?" tanya Aaron, ia sudah memarahi Carlos selama perjalanan dari gerbang akademik menuju ke asrama guru.
"Jawab aku!" desak Aaron karena Carlos diam saja sejak tadi.
"Di mana Elena? kau bilang kau pernah bertemu dengannya sekali?" Carlos balik bertanya pada Aaron.
Aaron menghela nafas berat dan menjawab, " Aku tidak tau. Aku guru untuk murid tingkat 2 jadi aku jarang bertemu dengan murid tingkat 1, aku juga sangat sibuk sampai tidak punya waktu untuk bertemu dengannya."
"Apa itu masuk akal?" tanya Carlos lagi, Aaron menghentikan langkah dan berbalik menghadap Carlos.
"Apa maksudmu?"
"Rasanya tidak mungkin sudah setahun kau di sini bahkan berpapasan secara kebetulan dengan Elena sekali saja tidak pernah. Akademik ini tidak terlalu besar sampai sesulit itu untuk berpapasan, aku merasa dia sengaja menghindari mu. Benarkan?"
"Aku sendiri tidak yakin untuk hal itu."
"Bagaimana jika kita pergi ke kelas tingkat pertama elemental angin? kau sedang tidak sibuk kan?"
"Baiklah, ayo!" ajak Aaron, ia menunjukan arah pada Carlos.
"Cih! kenapa firasat pria itu sangat baik," kesal Elena yang keluar dari tempat persembunyiannya.
"Bisa gawat jika mereka tidak menemukan aku di kelas elemental angin," gumam Elena.
"Tapi kau masih aman, karena di sini banyak orang yang menyamar. Sampai hari pertandingan persahabatan kau masih aman," ucap Qinthia keluar dari tempat yang sama.
"Baiklah, aku sangat sibuk saat ini. Sampai jumpa nanti." Qinthia pamit untuk pergi lebih dulu, Elena hanya mengangguk.
Qinthia menjadi dekat dengan Elena sejak dia mencurahkan semua isi hatinya pada Elena tentang rasa sukanya pada Aaron, Elena sangat senang karena sekarang hubungan mereka menjadi sangat dekat.
Lalu sebentar lagi akan ada pertandingan persahabatan antara dua akademik, yakni Akademik Bulan Sabit dengan Akademik Kekaisaran yang letaknya ada di Kota Karan yakni Ibu kota Kekaisaran Ashraf.
"Eh! Louis?" Carlos terkejut melihat Louis yang baru saja selesai latihan, "Kau benar Louis kan?"
"Ya, Marquess muda Abraham. Lama tidak bertemu," ucap Louis berjabat tangan dengan Carlos.
"Kau terlihat sangat kacau sekarang. Apakah baru selesai latihan?"
"Ya. Karena pertandingan persahabatan sebentar lagi jadi saya tidak bisa membuang-buang waktu, persaingan sekarang sangat ketat."
"Kau benar, semoga berhasil," ucap Carlos.
"Pakailah sopan santun mu, dia itu putra mahkota. Panggil dia dengan benar," bisik Aaron pada Carlos. Namun, diabaikan oleh sang kakak
"Lalu kalian mau ke mana?" tanya Louis menatap Aaron dan Carlos secara bergantian.
"Apa kau pernah bertemu dengan Elena di sini? kalian sama-sama anak tingkat pertama jadi aku rasa kau kenal dia. Mungkin kalian pertama bertemu sekali atau beberapa kali," jawab Carlos membuat ingatan Louis tertuju pada Irene.
Beberapa bulan lalu Louis menemukan liotinnya ada pada Elena, ia ingin mengatakan jika liotin itu miliknya. Tapi entah kenapa rasanya ia ingin liotin itu tetap pada Elena, mungkin ini sudah saat liotin itu kembali kepada pemiliknya.
"Ada yang umph …." Kalimat Louis terputus saat Qinthia menutup mulutnya.
"Kakak, aku perlu membicarakan sesuatu yang penting dengan mu. Jadi ayo ikut aku!" Qinthia menarik tangan Louis agar ikut dengannya.
"Tunggu dulu! tidak sopan pergi seperti ini," ucap Louis. Namun Qinthia tidak mau mendengarkannya, ia tetap berjalan menarik Louis.
Melihat itu Aaron berdecak kesal karena cemburu, sudah lama dia mencintai Qinthia sayangnya dia tidak bisa mengatakan hal itu langsung pada Qinthia. Dan pemandangan yang menunjukan kedekatan antara Louis dan Qinthia membuatnya sangat kesal, ia tidak tahan sampai ingin menghancurkan apa saja yang dia lihat.
"Kita akan pergi mencari Elena nanti, aku teringat sesuatu sekarang," ucap Aaron berjalan pergi meninggalkan Carlos begitu saja.
"Hah? lalu bagaimana dengan ku?" batin Carlos kebingungan.
*****
"Hiyak!"
Trang!
Ernest berhasil mengalahkan lawannya dalam duel dan mendapatkan sorakan yang meriah, ini adalah kemenangan ke 12 hari ini. Melihat itu Sonia menjadi ikut senang.
"Ernest air mu." Sonia memberikan botol air pada Ernest, Ernest menerimanya dengan senang hati.
"Ckckck! dasar rubah. Dia menggoda Tuan Ernest tanpa rasa malu."
"Dia pikir dia itu siapa sampai berani berdiri di sisi Tuan Ernest."
"Hanya bangsawan tingkat rendah saja sudah bangga."
Para murid wanita yang mengagumi Ernest mulai mencibir Sonia. Sejak awal Sonia masuk ke akademik ini banyak orang yang tidak suka padanya karena ia selalu menempel pada Ernest, demi masuk ke akademik ini ayahnya rela menjual beberapa tanah peninggalan ibu Sonia serta harta yang tersisa.
Mendengar kabar itu Jovanka sangat kesal apalagi setelah pihak akademik mengakui bakat Sonia, ia menguasai 2 keahlian yakni ahli elemental api serta ahli racun. Akademik memberikan Sonia sedikit perlakuan khusus agar dia bisa mengasah bakatnya dengan baik.
Setelah itu latihan Ernest selesai, Sonia ikut dengannya pergi dari lapangan latihan untuk bermeditasi memperkuat tenaga dalam. Hal ini sudah menjadi rutinitas keduanya.
"Aku sangat ingin bertemu dengan Elena, dia pasti sudah menjadi hebat di sana. Entah akan secantik apa dia setelah setahun tidak bertemu," ucap Ernest yang mulai membayangkan pertemuan mereka nanti.
"Aku juga sebenarnya sangat menantikan pertarungan persahabatan nanti. Kita akan lihat kekuatan siapa yang lebih kuat di antara kita, mungkin sekarang anak lemah itu baru mencapai level dasar tingkat 1 atau 2 seni bela diri. Sebagai sahabat aku jadi kasihan padanya, lagi pula salah dia sendiri masuk dunia bela diri dengan tergesa-gesa," batin Sonia.
"Sonia." Ernest menyentuh pundaknya membuat Sonia tersadar, "Jika nanti kau bertemu Elena sebagai lawan dalam arena, tolong jangan terlalu keras padanya. Aku tidak meminta mu mengalah hanya saja jangan lukai dia, aku tau bakat mu sangat luar biasa."
Sonia tersenyum seraya menarik tangan Ernest dari pundaknya dan menggenggam tangan itu, "Dia adalah sahabatku, aku mungkin berbakat. Tapi, aku tidak ingin jadi sombong karena hal itu. Kau tenang saja karena walau bagaimana pun juga aku tidak akan setega itu pada Elena."
"Ah!" Sonia terkejut sampai tersipu malu saat Ernest tiba-tiba memeluknya.
"Aku tidak peduli apa yang mereka katakan tentang mu, aku percaya padamu Sonia. Jadi semoga berhasil nanti," ucap Ernest.
"Kau juga," balas Sonia.
"Elena yang malang. Sepertinya aku hanya perlu berusaha sedikit lagi untuk merebut Ernest dari mu, tolong jangan salahkan aku karena segala macam cara tidak jadi masalah dalam cinta dan perang. Aku tidak akan menyakiti mu jika bertemu di arena sebagai permintaan maaf ku," batin Sonia memeluk Ernest erat, ia tidak akan pernah mau ada orang yang merebut Ernest darinya entah siapa pun itu.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Wo Lee Meyce
ambillah,,laki bodoh gitu emnk cocok ma sonia sama" samph
2023-11-19
1
Naraa 🌻
Sonoo Lo ambil aja si Ernest lakik bodoh dan murahan masa status udh tunangan org masih nempel2 sama Sonia yg jelas² suka n pelakor
2023-05-09
1
kutu kupret🐭🖤🐭
ambil noh belatung sampahhh dasar pereeekk belatung 🖕🖕🖕☠️🤣
2023-05-07
1